Dapat Bantuan Rp102 Miliar dari Bank Dunia, Cilegon Bakal Defisit Sampah

 

NERACA

Cilegon - Disaat beberapa daerah kelimpungan dalam menangani sampah, Kota Cilegon berhasil mengatasi sampah dengan strategi yang dilakukan oleh Walikota Cilegon Helldy Agustian. Dengan mengandalkan inovasi, pemanfaatan teknologi, dan bantuan dari Bank Dunia, tak lama lagi Kota Cilegon akan defisit sampah.

Hal itu seperti disampaikan Walikota Cilegon Helldy Agustian saat mengunjungi Tempat Pengelolaan Sampah Akhir (TPSA) Bagendung Cilegon, Banten, Rabu (12/2). Tak hanya defisit sampah, Cilegon juga akan memanfaatkan sampah tersebut untuk dijadikan bahan bakar pendamping atau Bahan Bakar Jumputan Padat (BBJP) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Helldy menceritakan proses bagaimana Cilegon dipercaya oleh Bank Dunia untuk dapat dana mengelola sampah. Menurutnya Cilegon menjadi kota pertama yang memiliki pabrik pengolahan sampah BBJP. "Pabrik tersebut merupakan hasil hibah dari PLN senilai Rp10 miliar. Lalu kami mengikuti kegiatan Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities (ISWMP) yakni program berskala nasional yang bekerja sama dengan Bank Dunia ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja pengelolaan sampah," katanya.

Hasilnya dari 40 kabupaten kota seluruh Indonesia, ada 36 kabupaten/kota yang hadir. Lalu dipaparkan program masing masing untuk mengelola sampah sehingga disaring menjadi 16 kabupaten/kota. Kemudian dipilihkan 6 Kabupaten/kota yang mendapatkan bantuan dari Bank Dunia lewat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU.

"Saat ini kapasitas TPSA Bagendung untuk pengelolaan sampah BBJP sebesar 30 ton, nantinya dengan bantuan Bank Dunia akan mencapai 200 ton sehingga kemungkinan Cilegon akan defisit sampah," kata Helldy.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Cilegon Sabri Mahyudin memaparkan bahwa tidak semua sampah diolah menjadi BBJP melainkan sampah sampah khusus seperti kelapa, buah buahan, sayuran dan lainnya yang mana sampah tersebut didapat dari pasar Cilegon.

"Sampah dikumpulkan lalu di press dan difermentasikan selama 7 hari. Setelah itu dimasukkan ke mesin pencacahan kemudian masuk ke trombol. Nantinya akan dihasilkan BBJP dengan ukuran besar dan ukuran kecil. Untuk ukuran kecil sudah ada yang menampungnya yakni Indonesia Power (IP) yang membutuhkan hingga 800 ton per hari namun kita baru sanggup 30 ton. Dengan bantuan dari Bank Dunia kita akan pasok hingga 230 ton," jelasnya.

BERITA TERKAIT

Dihadiri 100 Pembicara Internasional, IBC Siap Gelar Indonesia Economic Summit (IES) 2025

  NERACA Jakarta - Indonesia sebagai salah satu perekonomian terbesar dikawasan Asia Tenggara menurut pengusaha Arsjad Rasjid berada digaris terdepan…

ESDM Jadikan Opsi Pengelolaan Batubara Lebih Bersih - Energi Ramah Lingkungan

  NERACA Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pengelolaan batu bara yang lebih bersih…

Progres Proyek Tol Semarang " Demak Seksi 1B Capai 50%

  NERACA Jakarta – PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) menyebut, progres pengerjaan Jalan Tol Semarang-Demak Seksi 1B mencapai 50…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Dihadiri 100 Pembicara Internasional, IBC Siap Gelar Indonesia Economic Summit (IES) 2025

  NERACA Jakarta - Indonesia sebagai salah satu perekonomian terbesar dikawasan Asia Tenggara menurut pengusaha Arsjad Rasjid berada digaris terdepan…

Dapat Bantuan Rp102 Miliar dari Bank Dunia, Cilegon Bakal Defisit Sampah

  NERACA Cilegon - Disaat beberapa daerah kelimpungan dalam menangani sampah, Kota Cilegon berhasil mengatasi sampah dengan strategi yang dilakukan…

ESDM Jadikan Opsi Pengelolaan Batubara Lebih Bersih - Energi Ramah Lingkungan

  NERACA Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pengelolaan batu bara yang lebih bersih…