NERACA
Jakarta -Sepanjang tahun 2024, emiten telekomunikasi PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) mencatatkan pendapatan senilai Rp11,41 triliun atau turun 2,02% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari tahun sebelumnya senilai Rp11,65 triliun. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam laporan keuangan yang dipublikasi di Jakarta, kemarin.
Secara terperinci, pendapatan dari jasa telekomunikasi data berkurang 2,77% yoy menjadi Rp9,90 triliun pada 2024 dari sebelumnya rp10,18 triliun. Sedangkan pendapatan nondata melesat 47,25% yoy menjadi Rp429,85 miliar dari sebelumnya Rp291,91 miliar. Namun, pendapatan jasa interkoneksi anjlok 34,68% yoy menjadi Rp259,80 miliar dari sebelumnya Rp397,78 miliar. Sedangkan pendapatan lain-lain naik tipis 5,94% yoy menjadi Rp825,34 miliar.
Selanjutnya, beban usaha FREN juga meningkat 5,56% yoy menjadi Rp11,72 triliun dari sebelumnya Rp11,11 triliun. Keuntungan dari utang obligasi terpantau turun 84,52% yoy menjadi Rp116,09 miliar dari sebelumnya Rp750,29 milair. Sedangkan keuntungan dari investasi dalam saham berhasil ditingkatkan menjadi Rp88,42 miliar dari sebelumnya rugi Rp467,83 miliar. Beban bunga dan keuangan lainnya terpantau makin besar hingga Rp1,31 triliun dari sebelumnya Rp1,27 triliun.
Sementara rugi bersih yang dicatat perseroan membengkak hingga Rp1,29 triliun dari rugi bersih pada 2023 senilai Rp108,92 miliar. Kemudian jumlah aset juga berkurang 4,13% yoy menjadi Rp43,18 triliun per 2024. Perinciannya, liabilitas ditekan 25,99% yoy menjadi Rp21,73 triliun dan ekuitas berkurang sedikit 4,13% yoy menjadi Rp43,18 triliun.
Sebagai informasi, perseroan resmi merger dengan XL Axiata dan ditargetkan akan selesai pada semester pertama 2025. Saat ini, rencana merger tersebut telah mendapatkan persetujuan dari dewan direksi XL Axiata, Smartfren, dan SmartTel. Kendati begitu, proses penggabungan atau integrasi masih menunggu persetujuan dari regulator, pemegang saham, dan ketentuan penutupan tertentu.
Group Chief Executive Officer Axiata Group, Vivek Sood mengungkapkan, pada tanggal 10 Desember 2024, telah terjadi penandatanganan persetujuan untuk penggabungan XL Axiata, Smartfren Telecom, dan Smart Telcom. Kemudian pada hari ini, 11 Desember 2024, dokumen kesepakatan penggabungan merger operator seluler tersebut diserahkan ke OJK dan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi)."Apa yang akan terjadi setelah kesepakatan ini, kami akan melalui proses persetujuan yang penting diperoleh dari regulator Indonesia, yakni dari OJK dan Komdigi,"ujarnya.
Lebih lanjut, Vivek memperkirakan persetujuan dari OJK dan Komdigi akan didapatkan sekitar tiga bulan ke depan. Tidak hanya itu, mereka juga akan meminta persetujuan dari Bursa Efek Malaysia.
NERACA Jakarta – Terkoreksinya indeks harga saham gabungan (IHSG) selama lima hari berturut-turut menjadi momentum tepat bagi investor untuk mengkoleksi…
NERACA Jakarta- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa nilai perdagangan bursa karbon telah mencapai Rp62,93 miliar sejak diluncurkan pada 26…
PT PP (Persero) Tbk (PTPP) dipercaya untu pembangunan kawasan IT Center milik PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) di…
NERACA Jakarta – Terkoreksinya indeks harga saham gabungan (IHSG) selama lima hari berturut-turut menjadi momentum tepat bagi investor untuk mengkoleksi…
NERACA Jakarta- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa nilai perdagangan bursa karbon telah mencapai Rp62,93 miliar sejak diluncurkan pada 26…
PT PP (Persero) Tbk (PTPP) dipercaya untu pembangunan kawasan IT Center milik PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) di…