Neraca, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI terus mendorong transformasi digital dalam pengelolaan zakat guna meningkatkan efisiensi, transparansi, dan kepercayaan masyarakat pada lembaga zakat.
Hal tersebut dikemukakan oleh Pimpinan BAZNAS RI Bidang Transformasi Digital Nasional Prof. Ir. H. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, M.Ec, PhD, pada Konferensi Zakat Internasional ke-8 atau The 8th International Conference on Zakat (ICONZ) 2024 yang dilaksanakan di Gedung Sabuga, Institut Teknologi Bandung (ITB), Rabu (18/12/2024).
Pimpinan BAZNAS RI Bidang Transformasi Digital Nasional Prof. Ir. H. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, M.Ec, PhD, menyampaikan, pertumbuhan donasi online menunjukkan tren yang sangat positif. Sehingga, kata Prof. Nadra, tidak mungkin amil dapat melayani muzaki dan mustahik hanya dengan cara konvensional, tentu perlu adanya transformasi digital dalam pengelolaan zakat.
Menurut Prof. Nadra, pengelolaan secara manual dalam mengelola zakat menimbulkan beberapa hambatan seperti, distribusi dana yang tidak efisien, alokasi sumber daya yang tidak merata, biaya administrasi tinggi, dan ketergantungan pada dokumentasi fisik dapat menyebabkan hilangnya atau rusaknya data penting serta menambah biaya operasional.
"Kurangnya pencatatan arsip dapat menyebabkan bantuan yang tumpang tindih atau pengabaian tidak sengaja terhadap kelompok tertentu. Metode tradisional sering melibatkan lebih banyak perantara, sehingga meningkatkan biaya dan mengurangi proporsi dana yang sampai ke penerima. Selain iu, kegiatan distribusi memerlukan banyak sumber daya manusia. Oleh karena itu, teknologi menjadi solusi penting untuk mendukung pengelolaan zakat," ujarnya.
Menurut Prof. Nadra, dengan adanya transformasi digital khususnya pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan zakat akan memepermudah alur kerja pengumpulan, verifikasi, dan distribusi, serta mengurangi intervensi manual dan kesalahan manusia dalam transaksi keuangan.
"Teknologi memungkinkan pengelolaan volume donasi yang lebih besar tanpa peningkatan sumber daya secara proporsional," ujarnya.
Selain itu, lanjut Prof. Nadra, platform digital, termasuk situs web dan aplikasi mobile, memungkinkan donatur berkontribusi kapan saja dan di mana saja, serta menghilangkan hambatan geografis, memungkinkan kontribusi dari donatur internasional.
"Transparansi dan pembaruan rutin membuat donatur lebih percaya untuk berkontribusi. Kepercayaan penerima memastikan alokasi dana yang akurat penerima menerima manfaat secara adil, memperkuat keyakinan pada sistem, serta menunjukkan akuntabilitas melalui praktik yang transparan meningkatkan kepercayaan publik dan pemangku kepentingan. Sekarang adalah saat yang tepat untuk mentransformasi pengelolaan zakat dan infaq," tuturnya.
Sementara itu, Dr. Muhammad Zaki bin Haji Zaini sebagai Dean, Faculty of Economic and Islamic Finance, Sultan Sharif Ali Islamic University (Brunei Darussalam) memaparkan, transformasi digital dalam segala hal termasuk pengelolaan zakat sangat dibutuhkan. Pasalnya, proyeksi ekonomi digital di ASEAN akan mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada tahun 2030.
"Ekonomi digital ASEAN diproyeksikan mencapai $1 triliun pada tahun 2030, didorong oleh populasi muda, peningkatan penetrasi internet, dan e-commerce. Pada tahun 2022, kawasan ini memiliki lebih dari 460 juta pengguna internet," kata Zaki.
Zaki menjelaskan, kerja sama negara-negara ASEAN tentu akan sangat erat kaitannya dengan era transformasi digital. Pasalnya, kata Zaki, komunikasi lintas negara sudah tidak mungkin lagi tanpa pemanfaatan teknologi.
Menurut Zaki, ada tiga pilar Utama yang akan membangun visi komunitas ASEAN yang kohesif dan terintegrasi, yaitu: Pertama, Komunitas Politik-Keamanan ASEAN (ASEAN Political-Security Community/APSC). Kedua, Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC). Ketiga,
Komunitas Sosial-Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community/ASCC).
"Bersama-sama, pilar-pilar ini bertujuan untuk membangun Komunitas ASEAN yang stabil secara politik, makmur secara ekonomi, dan kohesif secara social," katanya.
Dalam pengelolaan zakat, Zaki menyebutkan ada dua praktik terbaik yang dapat dilakukan yaitu praktik inovatif dalam pengumpulan dan distribusi, serta penguatan administrasi dan manajemen.
"Praktik inovatif dalam pengumpulan dan distribusi serta penguatan administrasi dan manajemen harus menjadi fokus utama. Dua hal ini bertujuan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan zakat dengan menerapkan sistem informasi manajemen yang modern. Juga untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga zakat," jelasnya.
Neraca, PT Bank Negara Indonesia Tbk (Persero) atau BNI menyediakan uang tunai sebesar Rp19,74 triliun rupiah dalam periode libur Natal…
KESIAPAN PERTAMINA JELANG NATARU : Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso (kanan) bersama Corporate Secretary Subholding…
BYOND BY BSI CAPAI TARGET SATU JUTA PENGGUNA : Customer Service memberi penjelasan tentang aplikasi SuperApp BYOND by BSI…
Neraca, PT Bank Negara Indonesia Tbk (Persero) atau BNI menyediakan uang tunai sebesar Rp19,74 triliun rupiah dalam periode libur Natal…
KESIAPAN PERTAMINA JELANG NATARU : Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso (kanan) bersama Corporate Secretary Subholding…
BYOND BY BSI CAPAI TARGET SATU JUTA PENGGUNA : Customer Service memberi penjelasan tentang aplikasi SuperApp BYOND by BSI…