November 2024, ICP Menyentuh Level USD71,83/Barel

NERACA

Jakarta – Harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) kembali mengalami penurunan pada bulan November 2024 menyentuh level USD71,83/barel. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar USD1,70 dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan harga minyak dunia yang menjadi faktor utama di balik penurunan ini turut memicu kekhawatiran akan potensi dampaknya terhadap perekonomian nasional.

"Perlambatan ekonomi global, khususnya di kawasan Eropa dan Tiongkok, telah menciptakan efek domino yang cukup kompleks. Penurunan permintaan minyak dunia adalah salah satu dampaknya. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada pendapatan negara, tetapi juga berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi dan menciptakan ketidakstabilan di pasar energi global," jelas Plt. Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Chrisnawan Anditya di Jakarta.

Penetapan ICP November 2024 sebesar USD71,83/barel tercantum dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 373.K/MG.03/DJM/2024 tentang Harga Minyak Mentah Indonesia Bulan November 2024 tanggal 10 Desember 2024.

Menurut Chrisnawan bahwa harga rata-rata minyak mentah selama November 2024 dibandingkan dengan Oktober 2024, menunjukkan penurunan. Berbagai faktor berkontribusi terhadap penurunan harga minyak mentah yang signifikan di pasar internasional, termasuk penurunan ketegangan di Timur Tengah akibat perjanjian gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hizbullah Lebanon, efektif untuk jangka waktu 60 hari mulai 26 November 2024.

"Perkembangan ini mengurangi kekhawatiran pasar mengenai potensi gangguan pasokan minyak yang berasal dari kawasan Timur Tengah, yang diakui sebagai daerah penghasil minyak terkemuka secara global," ujar Chrisnawan.

Selain itu, pasar minyak mentah dunia saat ini juga dihadapkan pada ketidakpastian yang tinggi. Meskipun produksi minyak OPEC+ mengalami peningkatan, namun penurunan permintaan global dan penguatan Dolar AS terus menekan harga minyak.

Data dari publikasi OPEC November 2024 menunjukkan bahwa produksi minyak mentah OPEC+ pada bulan Oktober mencapai 40,34 juta barel/hari, naik 0,21 juta barel/hari dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global untuk tahun 2024 direvisi turun sebesar 107 ribu barel/hari.

"Kemenangan Trump dalam Pemilu AS mengurangi permintaan minyak mentah di pasar internasional, karena peningkatan nilai Dolar AS membuat semua komoditas yang diperdagangkan dalam mata uang Dolar AS menjadi lebih mahal," tambah Chrisnawan.

Untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah selain disebabkan oleh faktor-faktor tersebut, juga dipengaruhi oleh penurunan pengolahan minyak di Tiongkok sebesar 4,6%, lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu akibat penutupan sejumlah kilang dan penurunan operasional di kilang kecil independen.

Selengkapnya perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama pada November 2024 dibandingkan Oktober 2024 sebagai berikut: Dated Brent turun sebesar USD1,19/bbl dari USD75,66/bbl menjadi USD74,47/bbl. WTI (Nymex) turun sebesar USD2,02/bbl dari USD71,56/bbl menjadi USD69,54/bbl. Brent (ICE) turun sebesar USD1,98/bbl dari USD75,38/bbl menjadi USD73,40/bbl. Basket OPEC turun sebesar USD1,45/bbl dari USD74,45/bbl menjadi USD73,00/bbl. Rata-rata ICP minyak mentah Indonesia turun sebesar USD1,70/bbl dari USD73,53/bbl menjadi USD71,83/bbl. 

Lenih lanjut, berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan (Kemendag) ekspor migas secara kumulatif Januari—Oktober 2024 mencapai USD13,02 miliar. Nilai ini turun 1,05 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar USD13,16 miliar. Secara spesifik pada Oktober 2024, total ekspor Indonesia mencapai USD24,41 miliar.

Sebelumnya harga ICP pada bulan Oktober 2024 ditetapkan sebesar USD73,53/barel. Angka ini ditetapkan melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 363.K/MG.03/DJM/2024 tentang Harga Minyak Mentah Bulan Oktober 2024 tanggal 1 November 2024. ICP Oktober mengalami kenaikan dari ICP bulan sebelumnya sebesar USD72,54/barel.

Terkait migas, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia meminta pemerintah dan para pemangku kepentingan di sektor migas untuk berfokus pada lifting migas dengan mengoptimalkan intervensi teknologi dan proses untuk meningkatkan eksplorasi.

Bahlil mengatakan, saat ini lifting migas terus mengalami penurunan. Tiga puluh tahun lalu, lifting migas dapat mencapai 1,6 juta barel/hari dengan konsumsi tidak lebih dari 600-700 ribu barel/hari. Namun saat ini, lifting menurun, sampai tinggal 600 ribu barel/hari, dengan konsumsi 1 juta barel/hari. Kondisi ini, membuat pemerintah dan para pemangku kepentingan harus mengambil tanggung jawab.

BERITA TERKAIT

Dari Bandung ke Aljazair, Kopi Puntang Wangi Tampil di Kancah Internasional

NERACA Bandung - Di tengah hiruk-pikuk acara, Deni Sofyan, yang berbalut beskap hitam dan blangkon, menuang bubuk kopi arabica di…

Kilang Pertamina Internasional Siap Olah Minyak Jelantah

NERACA Jakarta – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) terus memantapkan langkahnya untuk menghasilkan produk bahan bakar minyak yang ramah lingkungan.…

SNI Jaga Daya Saing dan Produktivitas Industri

NERACA Jakarta – Sebagai upaya menjaga daya saing dan produktivitas industri dalam negeri serta menjaga persaingan usaha yang sehat, Kementerian…

BERITA LAINNYA DI Industri

Dari Bandung ke Aljazair, Kopi Puntang Wangi Tampil di Kancah Internasional

NERACA Bandung - Di tengah hiruk-pikuk acara, Deni Sofyan, yang berbalut beskap hitam dan blangkon, menuang bubuk kopi arabica di…

Kilang Pertamina Internasional Siap Olah Minyak Jelantah

NERACA Jakarta – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) terus memantapkan langkahnya untuk menghasilkan produk bahan bakar minyak yang ramah lingkungan.…

SNI Jaga Daya Saing dan Produktivitas Industri

NERACA Jakarta – Sebagai upaya menjaga daya saing dan produktivitas industri dalam negeri serta menjaga persaingan usaha yang sehat, Kementerian…