Awas Benih Iligitim Akibatkan Kerugian Besar Bagi Petani

NERACA

Bogor – Benih memiliki posisi strategis dalam usaha tani subsektor perkebunan. Sebagai usaha tani yang bersifat tahunan, pengunaan benih iligitim akan mengakibatkan kerugian besar baik dalam hal biaya maupun waktu. Penggunaan benih varietas unggul, bermutu, bersertifikat dan berlabel menjadi sebuah keharusan dalam usaha agribisnis sub sektor perkebunan.

Adapun untuk menjamin benih yang dihasilkan/diproduksi dan disalurkan oleh produsen benih kepada petani pekebun, maka benih tersebut harus disertifikasi dan diawasi peredarannya oleh petugas pengawas benih tanaman dan/atau petugas lainnya yang memiliki kewenangan melakukan pengawasan peredaran benih.

“Dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan petugas dan pengawas benih tanaman tentang mutu benih tanaman perkebunan. Hal ini penting, jika yang beredar benih yang tidak baik, pekebun bertahun-tahun akan rugi,” tutur Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, Heru Tri Widarto di Bogor.

Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga hari dan diikuti oleh kurang lebih 60 peserta Petugas Perbenihan yang berasal dari Direktorat Perbenihan, Direktorat Jendral Perkebunan Kementerian Pertanian dengan menghadirkan Narasumber dari Komite Litbang Sawit BPDPKS, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dan IAT (Singapore) Tehnologies.

Heru menambahkan bahwa benih adalah faktor utama dalam rangka budidaya pertanian dan menjadi ujung tombak keberhasilan pembangunan perkebunan. Maka peran petugas perbenihan di lapangan sangatlah penting. Dengan demikian perlu dilakukan pengembangan diri untuk meningkatkan kompetensi di bidangnya.

Selain itu pula Heru menyatakan bahwa diperlukan langkah-langkah strategis dan terkoordinasi, salah satunya dengan menerapkan penyederhanaan regulasi sehingga kebutuhan-kebutuhan terkait dengan penyedian benih menjadi lebih mudah.

Pada kesempatan yang sama Komite Litbang Sawit Tony Liwang menyampaikan bahwa mutu benih yang harus diperhatikan ada tiga yaitu mutu fisik, mutu fisiologis dan mutu gentik.

“Pengawas Benih Tanaman (PBT) harus memiliki pengetahuan teknis dari sisi ketelusuran secara genetik. Implementasi teknologi dalam hal pengawasan benih menjadi suatu yang penting dalam upaya menyediakan benih unggul bermutu bagi pekebun sehingga mendorong peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan,” ujar Tony.

Plt. Direktur Perbenihan Perkebunan, Dhani Gartina menambahkan bahwa, saat ini kita perlu melakukan identifikasi terhadap produsen benih Tanaman Perkebunan yang beredar di seluruh Indonesia. Benih berkualitas yang berasal dari varietas terbaik dengan kemurnian dan daya kecambah tinggi serta telah melewati proses uji untuk memastikan kualitas fisik (kebersihan), genetik (kebenaran varietas), dan fisiologisnya (viabilitas dan vigor).

“Manfaat lain dari menggunakan benih bersertifikat adalah memudahkan pelacakan jika terjadi masalah dengan benih tersebut. Petani dapat meningkatkan nilai jual produk mereka dengan memastikan mutu hasil panen yang baik,” jelas Dhani.

Sebelumnya, Ketua Forum Kerjasama Produsen benih Kelapa Sawit, Dr. Dwi Asmono mengungkapkan jika saat ini Indonesia memilik potensi produksi hingga 242 juta  benih, yang dihasilkan dari 20 produsen dengan varietas yang dimiliki sebanyak 68 jenis.

Pada tahun 2023 total distribusi benih sebanyak 124,5 juta sekaligus angka terbesar secara global dimana 1 persennya diekspor meskipun penurunan dari tahun 2022 yang hampir menyentuh 130 juta benih.  Posisi market share, PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) masih nomor satu dan pada tahun 2023 dan  cenderung akan berkontribusi lebih tinggi pada tahun 2024 ini.

“Ketika kita bicara hilir maka sawit kita nomor satu, sementara di sisi hulu yakni perbenihan Indonesia juga nomor 1 dunia,” jelas Dwi. 

Dwi pun memperkirakan terdapat potensi peningkatan kebutuhan benih karena masih bertumbuhnya kebutuhan akan minyak kelapa dampak dari peningkatan populasi dunia. Selain itu terjadi perunan supply minyak nabati lainnya seperti bunga matahari akibat kekeringan dan konflik geopolitik di Ukraina.

Hanya saja perlu perhatian penggunaan benih di tingkat smallholder, pasalnya penyebaran benih yang tidak produksi melalui proses breeding illegal masih tetap marak.

Lebih lanjut, Dwi menyoroti adanya pemasaran benih illegal melalui tiktok shop. Saat ini tercatat penjualan kecambah sebanyak  1.088 kali dengan jumlah 271.000 butir atau setara 1.500 hektar (ha) pengembangan dengan kerugian diperkirakan sebesar Rp2,4 miliar.

Selain itu Indonesia menghadapi ancaman ganoderma sehingga ke depan Indonesia perlu melakukan akselerasi menghasilkan varietas tahan terhadap ancaman penyakit yang belum ada penanggulangannya.

 

BERITA TERKAIT

Industri Manufaktur Kendaraan Roda Empat Tasuk Penyumbang Devisa Terbesar

NERACA Cikarang – Industri manufaktur kendaraan roda empat tetap menegaskan posisinya sebagai salah satu penyumbang devisa terbesar dan kontributor utama terhadap pertumbuhan…

Pemerintah Masih Kaji Subsidi Tepat Sasaran

NERACA Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa kebijakan subsidi energi masih dalam proses…

Manufaktur Jadi Leading Sector Pembangunan Ekonomi

NERACA Jakarta -Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita melakukan pertemuan dengan Menteri PPN/Kepala Bappenas Prof. Rachmat Pambudy. Dalam pertemuan yang bertempat…

BERITA LAINNYA DI Industri

Awas Benih Iligitim Akibatkan Kerugian Besar Bagi Petani

NERACA Bogor – Benih memiliki posisi strategis dalam usaha tani subsektor perkebunan. Sebagai usaha tani yang bersifat tahunan, pengunaan benih…

Industri Manufaktur Kendaraan Roda Empat Tasuk Penyumbang Devisa Terbesar

NERACA Cikarang – Industri manufaktur kendaraan roda empat tetap menegaskan posisinya sebagai salah satu penyumbang devisa terbesar dan kontributor utama terhadap pertumbuhan…

Pemerintah Masih Kaji Subsidi Tepat Sasaran

NERACA Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa kebijakan subsidi energi masih dalam proses…