Persiapkan Lebih Awal Minimalisir Dampak Penyakit Kritis

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami peningkatan signifikan dalam jumlah kasus penyakit kritis. Pada tahun 2023, penyakit jantung, kanker, stroke, gagal ginjal, hemofilia,talasemia, leukemia, dan sirosis hati merupakan delapan penyakit kritis dengan kasus tertinggi, mencapai 29,7 juta kasus di Indonesia. Dimana angka tersebut menunjukkan kenaikan sebesar 27,9% dibandingkan tahun sebelumnya.

Ika Meynita, Head of Product Management Prudential Syariah dalam siaran persnya di Jakarta, mengatakan bahwa penyakit kritis memiliki dampak signifikan pada penurunan produktivitas pasien. Biaya kesehatan untuk penyakit kritis juga terbilang sangat besar yang mencakup perawatan medis jangka panjang. Lambat laun, kondisi ini juga memiliki pengaruh terhadap kondisi finansial pasien.”Maka dari itu, penting sekali untuk menjaga kondisi kesehatan dan mempersiapkan rencana finansial secara matang. Salah satu caranya dengan melakukan persiapan lebih awal, sehingga dapat memiliki rasa lebih tenang ketika dihadapkan dengan risiko kehidupan, seperti penyakit kritis,”ujarnya.

Disampaikannya, penyakit kritis dapat mengintai siapa saja, baik usia tua maupun muda, serta dapat berdampak serius terhadap kesehatan dan finansial individu. “Untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan hidup, penting untuk memiliki proteksi yang memadai guna melindungi diri dan keluarga dari dampak yang mungkin timbul akibat penyakit kritis. Selain itu, ketika seseorang terkena penyakit kritis dan dia lebih awal memiliki proteksi, maka ia akan fokus untuk proses pemulihan sehingga ia akan lebih tenang dan lebih siap menjalani hidup di masa depan,”kata Ika

Asal tahu saja, penyakit kritis yang biasanya dialami kelompok usia lanjut karena bertambahnya usia,  ketahanan, dan metabolisme tubuh yang cenderung menurun, kini mulai mengintai kelompok usia muda. Hal ini tercermin dari hasil pengukuran kadar gula darah dalam Hasil Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 dari Kementerian Kesehatan, yang menunjukkan bahwa terdapat peningkatan prevalensi penyakit diabetes melitus (DM) pada penduduk umur di atas 15 tahun termasuk usia produktif.

Salah satu faktor utama yang menyebabkan penyakit kritis di usia muda yaitu gaya hidup seseorang. Kemajuan teknologi menawarkan berbagai kemudahan yang sering kali menyebabkan seseorang lebih banyak duduk atau berbaring dan tidak banyak melakukan aktivitas fisik. Bahkan, berdasarkan Hasil Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023, lebih dari sepertiga (37,4%) responden mengaku jarang melakukan aktivitas fisik, dengan 48,7% dari mereka menyebutkan tidak memiliki waktu yang cukup sebagai alasan utama. Pola hidup ini memiliki dampak serius pada sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko penyakit kritis seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, obesitas, depresi, kecemasan, bahkan risiko kematian dini

Lalu, hal apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit kritis. Hal pertama yang dapat dilakukan yaitu dengan mendorong gaya hidup sehat dan meningkatkan pemahaman tentang cara memproteksi diri dari berbagai risiko penyakit. Selain itu, rutin melakukan medical check-up hingga pemeriksaan genetik keluarga sejak dini dapat mendeteksi potensi masalah kesehatan sejak awal, memungkinkan tindakan preventif yang lebih efektif, dan mengetahui risiko yang mungkin dapat diturunkan dari keluarga.

Merencanakan kesejahteraan finansial dengan miliki proteksi yang sesuai dengan kebutuhan pribadi dan perlindungan kesehatan jangka panjang dapat menjadi langkah awal untuk berjaga-jaga apabila di kemudian hari terjadi risiko penyakit kritis. Terlebih, biaya kesehatan kini kian meningkat, salah satunya karena munculnya risiko kesehatan pasca pandemi.

BERITA TERKAIT

Perawatan Preventif Kunci Kesehatan Masyarakat Lebih Baik

Hidup sehat dan terbebas dari penyakit merupakan keinginan setiap individu. Kondisi fisik dan mental yang baik tidak hanya meningkatkan produktivitas,…

Berbagi Tugas untuk Merawat Orang dengan Dimensia

  Dokter spesialis saraf Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) Mahar Mardjono dr. Asnelia Devicaesaria, Sp.N Subsp.NGD(K) mengingatkan bahwa caregiver (perawat) orang…

Antara Garam Himalaya dan Penderita Hipertensi

  Apakah Anda pernah menggunakan garam himalaya? Garam ini menjadi tren beberapa tahun belakangan sebagai pilihan pengganti garam konvensional karena…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Persiapkan Lebih Awal Minimalisir Dampak Penyakit Kritis

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami peningkatan signifikan dalam jumlah kasus penyakit kritis. Pada tahun 2023, penyakit jantung, kanker, stroke,…

Perawatan Preventif Kunci Kesehatan Masyarakat Lebih Baik

Hidup sehat dan terbebas dari penyakit merupakan keinginan setiap individu. Kondisi fisik dan mental yang baik tidak hanya meningkatkan produktivitas,…

Berbagi Tugas untuk Merawat Orang dengan Dimensia

  Dokter spesialis saraf Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) Mahar Mardjono dr. Asnelia Devicaesaria, Sp.N Subsp.NGD(K) mengingatkan bahwa caregiver (perawat) orang…