Mengenal Konsep Ki Hadjar Dewantara dalam Transformasi Pendidikan

 

Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengenalkan konsep yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara, sebagai konsep yang mendukung transformasi pendidikan. Ide tersebut dipaparkan oleh Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (Dirjen PDM) Kemendikbudristek, Iwan Syahril dalam ajang Gateways Study Visit Indonesia (GSVI) 2024 di Denpasar, Selasa, yang mempertemukan Indonesia dengan 56 peserta dari 20 negara dan sembilan organisasi internasional.

Konsep tersebut merupakan analogi "petani mangga", dimana dalam menghasilkan buah mangga yang berkualitas, petani harus menabur benih mangga dan mengimplementasikan metode tanam dan perawatan yang sesuai. "Kita tidak mungkin memanen mangga, jika menanam atau menggunakan metode perawatan biji kopi," kata Iwan.

Oleh karenanya, kata Iwan, pihaknya mengusung program Merdeka Belajar, yang bermakna emansipasi dalam belajar, dimana semangat yang diusung merupakan pendidikan yang sesuai dengan minat dan bakat anak-anak, dengan tenaga pendidik sebagai penuntun.

Konsep ini yang turut membantu mengangkat kualitas pendidikan Indonesia, melalui intervensi berbasis teknologi, dimana Indonesia menjadi negara dengan waktu penutupan sekolah terlama di seluruh dunia dengan 644 hari pada masa pandemi COVID-19. "Data 2018 atau sebelum pandemi mencatat ada sekitar 70 persen dari murid berusia 15 tahun memiliki kompetensi di bawah standar dalam literasi dan numerasi. Oleh karena itu, intervensi berbasis teknologi menjadi cara untuk meminimalkan risiko kehilangan pembelajaran (learning loss)," ujarnya.

Adapun untuk para guru, papar Iwan, intervensi berbasis teknologi juga dilakukan dalam Platform Merdeka Mengajar (PMM), dengan sekitar 4,3 juta pengguna PMM (3,2 juta diantaranya pengguna aktif), juga 52 persen dari total 240 ribu guru di area pedesaan yang  aktif menggunakan platform tersebut.

Upaya ini, kata dia, membantu mengatasi distorsi informasi antara yang disampaikan pada tingkat pusat dan yang diterima guru-guru di daerah. Sebagai salah satu upaya dalam mempermudah diseminasi informasi, lanjut Iwan, PMM didesain untuk dapat digunakan oleh para guru di daerah dengan mudah, oleh karenanya, platform ini didesain agar mudah digunakan dengan telepon pintar (smartphone). "PMM didesain agar simpel, ringan, dan mudah digunakan pada telepon pintar. Hal ini yang dinilai sebagai kebijakan inklusif," ucapnya.

BERITA TERKAIT

Waduh, Jumlah Kekerasan ke Anak Meningkat

  FEDERASI Serikat guru Indonesia (FSGI) mencatat  tingginya kasus-kasus kekerasan di satuan pendidikan. Pada Januari- September 2024 sebanyak 36 kasus terjadi yang terdiri…

Tidak Kuliah Tapi Bisa Menerima Gelar Doktor, Kenali Gelar Doktor Honoris Causa

  Belakangan ini banyak dibahas oleh netizen soal pemberian gelar doctor honoris causa kepada salah satu publik figur. Banyak yang…

Berkontribusi Kemajuan Budaya, Tiga Anak Diberikan Penghargaan

  Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengapresiasi dedikasi kerja budaya yang dilakukan oleh tiga orang anak, dengan memberikan…

BERITA LAINNYA DI

Mengenal Konsep Ki Hadjar Dewantara dalam Transformasi Pendidikan

  Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengenalkan konsep yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara, sebagai konsep yang…

Waduh, Jumlah Kekerasan ke Anak Meningkat

  FEDERASI Serikat guru Indonesia (FSGI) mencatat  tingginya kasus-kasus kekerasan di satuan pendidikan. Pada Januari- September 2024 sebanyak 36 kasus terjadi yang terdiri…

Tidak Kuliah Tapi Bisa Menerima Gelar Doktor, Kenali Gelar Doktor Honoris Causa

  Belakangan ini banyak dibahas oleh netizen soal pemberian gelar doctor honoris causa kepada salah satu publik figur. Banyak yang…