NERACA
Jakarta – Meskipun ramai perusahaan yang bakal melantai di pasar modal, namun dari sekian banyak yang masuk dalam antrean untuk IPO belum ada satupun dari perusahaan BUMN ataupun anak usahanya. Berangkat dari hal tersebut, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) masih menaruh harapan besar di pemerintah baru akan ada perusahaan BUMN dan anak usahanya yang bisa IPO.
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman berharap Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka mampu memboyong BUMN untuk menggelar initial public offering (IPO) pada 2025,”Tunggu saja, wait and see pada pemerintahan baru, tetapi kami harapkan tahun depan mungkin ada BUMN atau anak BUMN yang akan IPO,” ujarnya di Jakarta, kemarin.
Disampaikannya, BEI menargetkan ada 62 perusahaan melantai di bursa pada tahun ini. Jumlah itu melandai dibandingkan jumlah IPO pada 2023 yang mencapai 79 perusahaan. “Sekarang di pipeline kami masih ada sekitar 30 perusahaan. Kami berharap seperti di awal tahun, target kami sekitar 60 perusahaan. Saat ini, dengan 32 perusahaan [yang melantai] mudah-mudahan kami bisa mencapai target di akhir tahun,” tuturnya.
Di sisi lain, Kementerian BUMN telah memastikan tak ada perusahaan pelat merah yang menggelar IPO pada 2024. Jika benar terjadi, kondisi ini akan serupa dengan tahun politik 2019 yang nihil aksi pencatatan saham perdana dari BUMN. Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo pernah bilang, tidak ada perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang akan menggelar pencatatan saham perdana. Kondisi dan minat pasar menjadi pertimbangan Kementerian BUMN. “Sementara belum. Kami lagi lihat market tergantung appetite, seperti PHE kemarin ternyata minatnya kurang,” ujar Kartika.
Kementerian BUMN juga menahan rencana IPO subholding PTPN, PalmCo, pada 2024. Hal tersebut dikarenakan kondisi pasar yang kurang menarik. Kemungkinan PalmCo akan melantai di Bursa jika kondisi pasar memungkinkan. Sebelumnya, dia menjelaskan bahwa saat ini Kementerian BUMN memang belum memiliki fokus untuk membawa PalmCo ke lantai bursa. Pasalnya, masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dibenahi agar perusahaan memiliki valuasi yang tinggi.
Disebutkan, salah satu pekerjaan rumah yang perlu ditempuh saat ini adalah replanting atau penanaman kembali pohon sawit karena lahan milik PTPN Grup berada dalam kondisi kurang terawat. “Tadinya kami mau dorong PalmCo, namun kami melihat marketnya seperti apa. Kalau pasarnya oke, kami mungkin dorong tetapi [ternyata] pasarnya kurang. Kami lihat timing juga, tahun depan mungkin PalmCo, tetapi setelah pasar bagus,” kata Tiko.
Direktur Utama PT BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS), Laksono Widodo mengatakan,antrean perusahaan BUMN untuk IPO diperkirakan akan sepi, mengingat pemerintah akan menunda mengurusi BUMN di masa pemilu dan begitu juga pada masa pergantian pemerintah kendati masih positif tren IPO. Di samping itu, ada juga faktor sentimen pemberat dari global, yakni suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve yang tinggi. Belum lagi, The Fed kemungkinan masih akan meningkatkan suku bunganya satu kali lagi. (bani)
Dalam menjalankan bisnisnya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dukung terwujudnya Asta Cita untuk mencapai Indonesia Emas 2045 dengan bergerak…
Kelangkaan pupuk bersubsidi masih menjadi persoalan klasik yang menjadi hambatan para petani dalam meningkatkan daya saing produksinya. Alih alih ingin…
NERACA Jakarta -Lembaga peringkat Fitch Ratings menyematkan peringkat PT Indosat Tbk. (ISAT) dari BBB- ke BBB dengan outlook stabil sejalan…
Dalam menjalankan bisnisnya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dukung terwujudnya Asta Cita untuk mencapai Indonesia Emas 2045 dengan bergerak…
Kelangkaan pupuk bersubsidi masih menjadi persoalan klasik yang menjadi hambatan para petani dalam meningkatkan daya saing produksinya. Alih alih ingin…
NERACA Jakarta -Lembaga peringkat Fitch Ratings menyematkan peringkat PT Indosat Tbk. (ISAT) dari BBB- ke BBB dengan outlook stabil sejalan…