Terjemahan Pancasila dalam Bahasa Milenial Lawan Intoleransi

Terjemahan Pancasila dalam Bahasa Milenial Lawan Intoleransi
NERACA
Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI menilai terjemahan nilai-nilai Pancasila dalam bahasa milenial melawan intoleransi dan kekerasan di satuan pendidikan sehingga perlu peran guru dalam hal tersebut.
"Jadi, tidak bisa lagi kami menjelaskan nilai-nilai Pancasila hanya dengan pengertian sila pertama sampai sila kelima, tetapi memberi penjelasan dengan kalimat dan cara-cara anak-anak zaman sekarang," ujar Direktur Pencegahan BNPT RI Irfan Idris saat membuka Sekolah Damai di SMAN 39 Cijantung, Jakarta, dikutip Antara, kemarin, seperti dikutip dari keterangan resmi.
Irfan Idris menjelaskan bahwa paparan intoleransi, kekerasan, dan perundungan (bullying) bisa membawa anak masuk ke jaringan radikal terorisme. Dengan demikian, Sekolah Damai merupakan upaya untuk merapatkan barisan menjaga anak-anak dari paparan tersebut.
Ia memandang penting bagi guru untuk memahami fenomena tersebut agar mampu memberikan pencerahan dan pemahaman yang baik kepada anak murid.
Diungkapkan pula bahwa Pancasila merupakan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang serta turun-temurun diwariskan oleh para pendiri dan nenek moyang bangsa Indonesia.
Pancasila, kata dia, terbukti mampu menyatukan berbagai keragaman Indonesia sehingga harus terus menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda.
Ia lantas mencontohkan banyak negara di dunia yang terlibat perang saudara karena hanya berbeda etnis atau suku karena mereka tidak memiliki Pancasila.
Untuk itu, BNPT terus melakukan sosialisasi pencegahan intoleransi, kekerasan, dan perundungan di satuan pendidikan melalui program Sekolah Damai, sebagai salah satu dari tujuh program prioritas BNPT pada tahun 2024.
Sekolah Damai di SMAN 39 merupakan kegiatan kelima setelah di Palu (Sulawesi Tengah), Serang (Banten), Banyuwangi (Jawa Timur), dan Semarang (Jawa Tengah).
Pelatihan guru dalam program Sekolah Damai diikuti guru-guru pendidikan kewarganegaraan (PKN), bimbingan dan konseling (BK), serta agama dari SMAN 39 dan tujuh sekolah di Jakarta Timur.
Irfan menjelaskan bahwa kegiatan Sekolah Damai bertujuan menyosialisasikan nilai-nilai kedamaian di sekolah sehingga guru menjadi corong untuk menyuarakan nilai-nilai perdamaian agar siswa/siswi tidak mudah terpapar paham radikal terorisme.
Setelah mengikuti kegiatan Sekolah Damai, dia berharap guru dan siswa bisa makin mendamaikan antara sesama serta anak-anak makin tercerahkan. Dengan demikian, mereka dapat membedakan paham sesat dan ajaran agama yang benar maupun yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
Sementara itu, Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Purwosusilo menyambut baik gelaran Sekolah Damai di SMAN 39.
Purwosusilo berharap kegiatan tersebut membawa manfaat dalam melawan berbagai bentuk intoleransi, kekerasan, dan perundungan di satuan pendidikan.
Bicara intoleransi, menurut dia, tentunya menjadi salah satu penyebab terjadinya perundungan di lingkungan satuan pendidikan yang jelas menimbulkan lingkungan sekolah tidak kondusif.
"Intinya isu intoleransi, kekerasan, dan perundungan masalah serius yang sangat mengganggu tatanan di sekolah," kata Purwosusilo. Ant 

 

 

NERACA

Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI menilai terjemahan nilai-nilai Pancasila dalam bahasa milenial melawan intoleransi dan kekerasan di satuan pendidikan sehingga perlu peran guru dalam hal tersebut.

"Jadi, tidak bisa lagi kami menjelaskan nilai-nilai Pancasila hanya dengan pengertian sila pertama sampai sila kelima, tetapi memberi penjelasan dengan kalimat dan cara-cara anak-anak zaman sekarang," ujar Direktur Pencegahan BNPT RI Irfan Idris saat membuka Sekolah Damai di SMAN 39 Cijantung, Jakarta, dikutip Antara, kemarin, seperti dikutip dari keterangan resmi.

Irfan Idris menjelaskan bahwa paparan intoleransi, kekerasan, dan perundungan (bullying) bisa membawa anak masuk ke jaringan radikal terorisme. Dengan demikian, Sekolah Damai merupakan upaya untuk merapatkan barisan menjaga anak-anak dari paparan tersebut.

Ia memandang penting bagi guru untuk memahami fenomena tersebut agar mampu memberikan pencerahan dan pemahaman yang baik kepada anak murid.

Diungkapkan pula bahwa Pancasila merupakan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang serta turun-temurun diwariskan oleh para pendiri dan nenek moyang bangsa Indonesia.

Pancasila, kata dia, terbukti mampu menyatukan berbagai keragaman Indonesia sehingga harus terus menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda.

Ia lantas mencontohkan banyak negara di dunia yang terlibat perang saudara karena hanya berbeda etnis atau suku karena mereka tidak memiliki Pancasila.

Untuk itu, BNPT terus melakukan sosialisasi pencegahan intoleransi, kekerasan, dan perundungan di satuan pendidikan melalui program Sekolah Damai, sebagai salah satu dari tujuh program prioritas BNPT pada tahun 2024.

Sekolah Damai di SMAN 39 merupakan kegiatan kelima setelah di Palu (Sulawesi Tengah), Serang (Banten), Banyuwangi (Jawa Timur), dan Semarang (Jawa Tengah).

Pelatihan guru dalam program Sekolah Damai diikuti guru-guru pendidikan kewarganegaraan (PKN), bimbingan dan konseling (BK), serta agama dari SMAN 39 dan tujuh sekolah di Jakarta Timur.

Irfan menjelaskan bahwa kegiatan Sekolah Damai bertujuan menyosialisasikan nilai-nilai kedamaian di sekolah sehingga guru menjadi corong untuk menyuarakan nilai-nilai perdamaian agar siswa/siswi tidak mudah terpapar paham radikal terorisme.

Setelah mengikuti kegiatan Sekolah Damai, dia berharap guru dan siswa bisa makin mendamaikan antara sesama serta anak-anak makin tercerahkan. Dengan demikian, mereka dapat membedakan paham sesat dan ajaran agama yang benar maupun yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

Sementara itu, Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Purwosusilo menyambut baik gelaran Sekolah Damai di SMAN 39.

Purwosusilo berharap kegiatan tersebut membawa manfaat dalam melawan berbagai bentuk intoleransi, kekerasan, dan perundungan di satuan pendidikan.

Bicara intoleransi, menurut dia, tentunya menjadi salah satu penyebab terjadinya perundungan di lingkungan satuan pendidikan yang jelas menimbulkan lingkungan sekolah tidak kondusif.

"Intinya isu intoleransi, kekerasan, dan perundungan masalah serius yang sangat mengganggu tatanan di sekolah," kata Purwosusilo. Ant 

 

BERITA TERKAIT

"Digital Library" Dorong Kecendekiawanan dan Kemajuan

NERACA Surabaya - Mantan Wakil Gubernur Jawa Timur dan anggota Dewan Penasihat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jatim Emil Elestianto…

Harganas Jadi Momen Penting Tekan Angka Perceraian

Harganas Jadi Momen Penting Tekan Angka Perceraian  NERACA Jakarta - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto…

Sejumlah Strategi untuk Amankan Penyimpanan Data

Sejumlah Strategi untuk Amankan Penyimpanan Data  NERACA Jakarta - Praktisi teknologi informasi (IT) memaparkan bahwa ada sejumlah strategi efektif untuk…

BERITA LAINNYA DI

"Digital Library" Dorong Kecendekiawanan dan Kemajuan

NERACA Surabaya - Mantan Wakil Gubernur Jawa Timur dan anggota Dewan Penasihat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jatim Emil Elestianto…

Harganas Jadi Momen Penting Tekan Angka Perceraian

Harganas Jadi Momen Penting Tekan Angka Perceraian  NERACA Jakarta - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto…

Sejumlah Strategi untuk Amankan Penyimpanan Data

Sejumlah Strategi untuk Amankan Penyimpanan Data  NERACA Jakarta - Praktisi teknologi informasi (IT) memaparkan bahwa ada sejumlah strategi efektif untuk…