Di tahun 2023 kemarin, PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) membukukan rugi tahun berjalan senilai US$ 3,666 juta atau memburuk dibanding tahun 2022 yang membukukan laba bersih senilai US$ 7,127 juta. Dampaknya, saldo laba belum dicadangkan berkurang 40,2% secara tahunan yang tersisa US$ 5,61 juta pada akhir tahun 2023. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin. 

Direktur Utama NIKL, Jetrinaldi melaporkan, pendapatan perseroan sepanjang tahun 2023 tercatat senilai US$171,08 juta. Hasil itu anjlok 32,9% dibanding tahun 2022 yang setara US$ 255,34 juta.  Walau beban pokok penjualan dapat ditekan sedalam 28,08% secara tahunan menjadi US$ 169,5 juta pada tahun 2023. Tapi laba kotor tetap terpangkas 91,9% yang tersisa US$ 1,584 juta.

Terlebih, beban usaha mencapai US$ 6,413 juta sepanjang tahun 2023. Akibatnya, emiten produsen kemasan berbahan baja ini mengalami rugi sebelum pajak penghasilan sedalam US$4,829 juta. Sementara itu, jumlah kewajiban berkurang 41,1% secara tahunan yang tersisa US$80,056 juta pada akhir tahun 2023. Pada sisi lain, total kewajiban menyusut secara tahunan menjadi US$55,76 juta pada akhir tahun 2023.