NERACA
Jakarta – Masuki tahun politik 2024, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) masih pacu ekspansi bisnisnya dengan rencanakan akuisisi. Emiten menara grup ini bakal mengalokasikan belanja modal yang signifikan,”Secara umum capex masih signifikan karena melihat dari pendapatan dan free cash perusahaan,”kata Wakil Presiden Direktur Sarana Menara, Adam Gifari di Jakarta, kemarin.
Disampaikannya, perseroan menganggarkan belanja modal sekitar Rp5-Rp6 triliun, sementara alokasi capex 2024 yang lebih terperinci saat ini masih disusun manajemen. Adam menjelaskan ekspansi perseroan masih berpegang pada investasi membangun menara yang build-to-suit atau berdasarkan permintaan dari pihak operator telekomunikasi.
TOWR juga fokus menggelar jaringan fiber optik khususnya yang mendukung konektivitas fiber-to-the-home (FTTH). Menurut Adam, perseroan juga menerima pesanan dari operator telekomunikasi untuk membangun menara tidak hanya di lokasi yang padat penduduk tetapi juga di luar Jawa, khususnya Indonesia bagian timur.
TOWR, lanjut Adam, berupaya menjaga likuiditas neraca untuk mendukung ekspansi dan akuisisi strategis. Artinya, perseroan mencari sumber-sumber pendanaan yang efisien, terlebih perseroan mempertahankan peringkat investment grade dari lembaga pemeringkat internasional. Tahun ini, TOWR menargetkan pendapatan senilai Rp11,5 triliun dan EBITDA Rp9,8 triliun. Dari sisi operasional, hingga 30 September 2023, TOWR telah memiliki dan mengoperasikan 29.915 menara, dengan rasio tenancy 1,8 kali.
Selain itu, TOWR juga mengoperasikan 178.300 km jaringan tower fiber (FTTT), dengan total jaringan fiber 196.000 km per kuartal III/2023. TOWR juga memiliki lebih dari 12.500 aktivasi di segmen connectivity. “Secara aktif kami mencari peluang untuk memberikan layanan konektivitas, melalui kontrak sewa business-to-business [B2B] atau business-to-government atau B2G,” kata Adam.
Sebagai informasi, TOWR mencetak pendapatan sebesar Rp8,72 triliun sepanjang 9 bulan 2023. Pendapatan ini meningkat 7,55% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp8,1 triliun. Namun, laba bersih TOWR turun menjadi Rp2,42 triliun hingga kuartal III/2023. Laba bersih ini tegelincir 5,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp2,55 triliun. Laba bersih yang turun ini disebabkan oleh tingkat suku bunga yang lebih tinggi di tahun 2023 dibandingkan tahun 2022.
Sementara CEO dan Direktur Utama SMN Group, Aming Santoso menjelaskan, laba bersih yang turun ini disebabkan oleh tingkat suku bunga yang lebih tinggi di tahun 2023 dibandingkan tahun 2022. Disampaikannya, strategi TOWR telah berubah dan tidak lagi menjadi murni perusahaan penyedia penyewaan menara sejak 2017 dengan anak usaha iForte yang diakuisisi di tahun 2015.
Selama periode 2016-2023, kata Aming, pertumbuhan pendapatan dari segmen tower tumbuh rata-rata 8% per tahun dan pertumbuhan non-tower mencapai rata-rata 53% dengan kontribusi terbesar datang dari bisnis FTTT (Fiber To The Tower). "Saat ini kami telah mengakumulasi lebih dari 196.000 kilometer fiber optic yang menghasilkan revenue untuk bisnis FTTT dan bisnis broadband," tuturnya.
Wujudkan perusahaan yang bersih, sehat dan transparan dengan praktek good corporate governance (GCG), PT Asuransi Bintang Tbk. (ASBI) mengumumkan kesiapan…
NERACA Jakarta – Keseriusan pemerintah mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan untuk industri menjadi peluang bisnis yang cukup menjanjikan bagi PT…
NERACA Jakarta– Sampai dengan November 2024, PT Waskita Beton Precast Tbk. (WSBP) membukukan nilai kontrak baru sebesar Rp2,22 triliun. Perolehan…
Wujudkan perusahaan yang bersih, sehat dan transparan dengan praktek good corporate governance (GCG), PT Asuransi Bintang Tbk. (ASBI) mengumumkan kesiapan…
NERACA Jakarta – Keseriusan pemerintah mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan untuk industri menjadi peluang bisnis yang cukup menjanjikan bagi PT…
NERACA Jakarta– Sampai dengan November 2024, PT Waskita Beton Precast Tbk. (WSBP) membukukan nilai kontrak baru sebesar Rp2,22 triliun. Perolehan…