Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan nilai tukar rupiah masih akan sulit menguat dalam waktu dekat apabila tidak ada reformasi struktural yang konsisten dan berkesinambungan.
NERACA
"Untuk itu, Indonesia harus bisa konsisten melaksanakan reformasi struktural dengan baik, ada pengendalian inflasi dan upaya mengelola transaksi berjalan yang sehat," katanya di Jakarta, Senin malam. Agus mengatakan kondisi rupiah saat ini sedang tertekan oleh fenomena "super dolar" dan situasinya bisa bertambah buruk apabila tidak ada upaya dari pemerintah melanjutkan reformasi terutama memperbaiki kinerja neraca transaksi berjalan.
Keberlangsungan reformasi sangat penting karena negara-negara yang mata uangnya tengah terdepresiasi terhadap dolar AS adalah negara dengan defisit transaksi berjalan buruk, laju inflasi tinggi dan fundamental ekonomi yang rentan. "Tapi kalau negara itu melakukan reformasi dengan kuat dan bisa melakukan perbaikan transaksi berjalan dengan baik, contohnya seperti India di mana dia bisa membangun confidence, maka mata uangnya bisa terjaga dari depresiasi yang besar," jelas Agus.
Salah satu upaya mengelola reformasi struktural adalah terus memperbaiki defisit transaksi berjalan. "Kita harus pandai mengelola defisit itu dengan baik," ujar Agus seperti dikutip Antara. Nilai tukar rupiah mengalami depresiasi seiring dengan penguatan dolar AS yang didukung Quantitative Easing Bank Sentral Eropa, dinamika negosiasi fiskal Yunani, dan kekhawatiran perlambatan perekonomian domestik.
Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam mengendalikan defisit transaksi berjalan yang diarahkan pada kisaran 2,5 persen-3 persen terhadap PDB dalam jangka menengah dan menjaga inflasi pada sasaran empat plus minus satu persen. Namun, Bank Indonesia mewaspadai kemungkinan tingginya impor barang modal yang dibutuhkan untuk mendorong investasi serta tingginya laju inflasi apabila "volatile food" tidak dikelola dengan baik.
Kondisi ini membuat pergerakan nilai tukar rupiah rata-rata setahun pada 2016 diprediksi pada kisaran Rp13.000-Rp13.400 atau direvisi dari asumsi sebelumnya Rp12.800-Rp13.200, meskipun ada upaya pengendalian defisit transaksi berjalan.
Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri menyatakan rupiah tidak selayaknya berada di level lemah pada saat ini. Pasalnya dari beberapa data ekonomi yang terkini, kondisi Indonesia tidak seburuk yang dinilai dan pelemahan rupiah lebih disebabkan oleh spekulan serta krisis kepercayaan.
Nilai tukar rupiah terus melemah sepanjang tahun ini dan tercatat menyentuh level 13.385 per dolar AS di pasar uang pada 8 Juni 2015. Menteri Keuangan sempat menganggap pelemahan rupiah akibat kondisi penguatan dolar AS atau yang sering disebut dengan ‘super dollar’. Pasalnya, banyak mata uang di negara lain juga mengalami hal serupa. “Sebenarnya Menteri Keuangan itu sadar enggak sih kalau rupiah sudah sangat lama melemah? Persisnya sejak awal Agustus 2011,” ujar Faisal Basri.
Ia menuturkan, sejak Desember 2014 cukup banyak faktor yang berpotensi mengurangi tekanan terhadap rupiah. Yang terpenting, lanjutnya, adalah kemerosotan harga minyak. Faisal menilai impor minyak menjadi biang keladi kemerosotan rupiah sejak tahun 2011. Namun selama Januari-Mei 2015 impor minyak turun tajam, sebesar 51 persen.
“Sedemikian tajamnya perurunan impor BBM sehingga tidak lagi menjadi komoditas impor terbesar sebagaimana terjadi selama 2011-2014. Kini impor BBM hanya menduduki urutan ketiga terbesar.
Kemerosotan harga BBM pulalah yang membuat transaksi perdagangan luar negeri kembali surplus setelah selama tiga tahun sebelumnya selalu defisit,” jelas Faisal.
Lebih lanjut, ia meyatakan meskipun ekspor selama Januari-Mei turun sebesar 11,8 persen, transaksi perdagagan tetap surplus karena impor turun lebih tajam, yaitu sebesar 17,9 persen. Penurunan impor sangat tajam dialami oleh migas, yaitu 42,8 persen. “Penurunan nilai impor juga dialami oleh berbagai komoditi yang tergolong sebagai kebutuhan pokok karena kemerosotan harga, misalnya gandum, kedelai, jagung dan gula,” katanya.
Untuk perdagangan jasa, kata Faisal, juga mengalami perbaikan. Defisit perdagangan jasa yang biasanya per triwulan sekitar US$ 2,5 miliar sampai US$ 3,5 miliar, pada triwulan I-2015 hanya US$ 1,8 miliar. Karena akun primary income dan secondary income tidak mengalami perubahan berarti, maka defisit akun semasa (current account) pada triwulan I-2015 membaik menjadi hanya 1,8 persen PDB dibandingkan 2,9 persen PDB pada tahun 2014. “Defisit current account ditutupi oleh surplus lalu lintas modal dalam bentuk penanaman modal asing langsung (FDI) maupun portofolio,” katanya.
Dengan demikian, neraca pembayaran terus mencatatkan surplus, sehingga cadangan devisa juga masih menikmati surplus. Karena itu seharusnya secara teknis, rupiah tidak mengalami pelemahan berkelanjutan. “Jadi mengapa rupiah terus melemah padahal pasokan dolar AS lebih besar ketimbang permintaannya? Penyebabnya diduga pemilik dolar AS tidak menukarkan dolarnya ke rupiah karena motif berjaga-jaga. Kalau saya sih menilai seharusnya rupiah berada di level 11.000 per dolar AS,” ungkapnya.
Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, naik turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebenarnya bisa dipahami dengan sangat sederhana. Ia mengibaratkan nilai tukar sama dengan barang yang tunduk dengan teori permintaan dan penawaran. "Dolar itu seperti barang, kalau makin banyak permintaannya, akan semakin tinggi harganya. Kalau semakin sedikit permintaannya juga akan makin murah harganya. Kenyataan sekarang mengapa kursnya semakin tinggi karena permintaannya dolar AS lebih tinggi dibandingkan dengan pasokan yang ada," ujarnya.
Budi melanjutkan, secara teori ada dua hal dasar yang mempengaruhi nilai tukar rupiah ini, yaitu neraca perdagangan atau trade balance dan selisih antara suku bunga dengan inflasi. Namun sebenarnya, di luar itu juga masih ada faktor lain yang mempengaruhi yaitu sisi psikologis. "Ada dua hal yang menentukan kurs, pertama dari hitung-hitungan formalnya, biasanya dilihat dari trade balance antara AS dan Indonesia, juga selisih interest rate dan inflasi. Tetapi ada hal lain yang juga mempengaruhi kurs, di luar hitung-hitungan formal, yaitu dari sisi psikologi," kata dia. bari/fba
NERACA Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyoroti adanya peningkatan signifikan di tahap joint study atau studi…
Jakarta-Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini tumbuh di kisaran 5%, meski Dana Moneter…
Maret 2025, Nilai Ekspor Capai USD23,25 Miliar Jakarta – Maret 2025, total nilai ekspor Indonesia mencapai USD 23,25 miliar.…
NERACA Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyoroti adanya peningkatan signifikan di tahap joint study atau studi…
Jakarta-Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini tumbuh di kisaran 5%, meski Dana Moneter…
Maret 2025, Nilai Ekspor Capai USD23,25 Miliar Jakarta – Maret 2025, total nilai ekspor Indonesia mencapai USD 23,25 miliar.…