NERACA
Jakarta – Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) mengingatkan, kasus pemalsuan furnitur merek Da Vinci yang ramai diberitakan media di China, boleh jadi juga terjadi di Indonesia.
“Asmindo mendesak pemerintah menginvestigasi setiap produk impor Da Vinci yang masuk ke pasar dalam negeri,” tegas Ketua Asmindo Ambar Tjahyono di Jakarta, Jumat (5/8).
Ambar menuturkan, Da Vinci adalah jaringan toko penjual mebel mewah berbasis di Singapura. Jaringannya tersebar dari Jakarta hingga China. Tipu muslihat merek khas Italia tersebut mulai terkuak setelah sebuah stasiun televisi China merilis hasil investigasinya tentang sebagian besar produk Da Vinci ternyata dibuat di China. Pabriknya bukan di Italia, melainkan di Provinsi Guangdong, China bagian Selatan.
Meski Presiden Direktur Da Vinci Furniture Ltd. Doris Phua membantah keras tudingan pemalsuan tersebut, tapi otoritas di China justru berhasil menemukan bukti penipuan produk Da Vinci melalui bahan mebel yang bukan terbuat dari kayu langka nan bermutu, melainkan dari polimer dan bahan kimia lainnya.
Para pembeli merasa dikadali lantaran Da Vinci semula menggaransi mebel yang dijual 100% berasal dari Italia. Inilah yang jadi masalah, penipuan bermodus garansi produk dari Italia. Salah satu konsumen di China bahkan ada yang telah menghabiskan uang belanja untuk Da Vinci palsu itu sebesar US$ 300 ribu. “Tapi pihak Da Vinci tetap ngeyel. Makanya pabrik mereka di Guangdong digerebek aparat hukum China,” ujar Ambar.
Itulah sebabnya, Ambar meminta pihak Da Vinci untuk jujur. Lebih-lebih, telah banyak konsumen perabot Da Vinci di China marah dan melayangkan surat protes. Pasalnya, para pembeli ini merasa tertipu atas kualitas produk tersebut--belum berusia setahun, perabot tersebut sudah rusak.
Maka, Ambar mengingatkan konsumen Indonesia agar mewaspadai merk Da Vinci karena kasus tersebut dikhawatirkan juga terjadi di Indonesia. “Sampai sekarang memang belum ada yang komplain, tapi kami ingin ingatkan saja supaya konsumen berhati-hati. Kalau made in China, jangan pakai merk Italia,” tandas Ambar.
Selain itu, dia mendesak pemerintah melengkapi semua produk impor dengan Surat Keterangan Asal-Usul (SKA) dari Kementerian Perindustrian setempat sehingga konsumen mendapat jaminan atas produk yang dibelinya. "Mereka tidak periksa itu mebel dari mana, siapa yang impor, pemberian label di mana. Harusnya penelusuran sampai ke pusat penjualan produknya,” jelasnya.
Pemerintah Harus Turun Tangan
Asmindo menemukan modus licik para eksportir nakal asal China dalam memalsukan merek Da Vinci kian berkembang. Kalau sebelumnya, produk Da Vinci bisa jadi berasal dari Indonesia, lalu dilempar ke Singapura, kemudian dikembalikan lagi jadi barang bersertifikat impor. “Tapi akhir-akhir ini, pemalsuan label itu langsung dari pabrik atau pengrajin di Indonesia. Ini penipuan besar. Kita semua ditipu mentah-mentah.”
Efek pemalsuan ini tentu saja sangat merugikan pasar Indonesia. Betapa tidak, branding Italia palsu tersebut jelas merugikan produsen furniture, lebih-lebih para konsumen. Kata Ambar, maraknya peredaran merek palsu tersebut lebih karena masyarakat sedang mengganderungi merek Da Vinci. “Karena produsen asal China tidak punya branding yang kuat, mereka memanfaatkan merek Italia yang lagi booming dan sudah mendunia,” ungkapnya.
Ambar mewanti-wanti, konsumen pasar dalam negeri bisa salah pilih jika pemerintah, khususnya pihak bea cukai, tidak bertindak tegas. Dia mengakui, kasus macam ini di Indonesia memang belum banyak ditemukan. Namun, sejauh pengamatan Asmindo, di beberapa pameran furniture seperti Jogja Expo Center (JEC), merek Italia palsu buatan China sudah banyak bermunculan. Harganya pun sama dengan produk asli Italia, yakni berkisar tujuh kali lipat harga furniture lokal. “Kalau mebel lokal harganya Rp20 juta, merek Da Vinci Palsu ini bisa sampai Rp150 juta,” jelasnya.
Ambar menambahkan, di Indonesia, kasus macam ini sudah mulai dia endus sejak dua tahun lalu, tapi pemerintah tetap saja acuh. “Banyak muncul furniture merek Italia tapi buatan Jepara. Situasi ini sangat gawat. Produk China itu dilempar ke toko Da Vinci di mana-mana. Kalau pemerintah China langsung turun tangan. Tapi anehnya pemerintah kita masih tenang-tenang saja,” keluh Ambar.
Tuan Rumah di Negeri Sendiri
Pelaksanaan kesepakatan CAFTA (China-ASEAN Free Trade Agreement) membuka jalan yang bertambah lapang bagi produk furnitur China merangsek ke pasar negara ASEAN. Betapapun CAFTA tidak bisa ditolak, namun pemerintah wajib melindungi konsumen dan produsen dalam negeri.
“Kita tidak bermaksud menghambat masuknya produk China. Tapi harus dicek. Saya melihat pasca diberlakukan CAFTA, furniture masuk tanpa ada suatu filter. Kenyataannya adalah barang-barang tersebut dari China, tapi mereka menggaransi 100% dari Italia,” ungkap Ambar.
Meski dalam catatan international nilai ekspor furniture Indonesia masuk 10 besar dunia, namun akibat krisis ekonomi global, nilai ekspor Indonesia turun drastis sejak tiga tahun terakhir. Menurut data Asmindo, pada Juni 2011, ekspor Indonesia turun 20% dibanding periode yang sama 2010, dari US$1,1 miliar menjadi US$924 juta. Nilai ekspor furniture berbahan baku rotan anjlok paling dalam, yakni sebesar 26%, dari US$81 juta turun menjadi US$60 juta.
Untuk itu, sekaligus dalam rangka menghadapi CAFTA, mau tak mau, sektor furniture harus lebih kencang melakukan ekspansi pasar dalam negeri. Indonesia punya kekuatan domestik yang cukup besar. Dalam hitungan Asmindo, potensi pasar domestik Indonesia mencapai US$ 700 juta. Walaupun Ambar mengakui, Asmindo telat memperebutkan pasar domestik, namun jajarannya kini tengah giat membangun brand Asmindo di tujuh outlet di tujuh kota besar.
“Brand Asmindo ini akan kita launching sebelum Natal 2011. Ketujuh outlet itu antara lain di Jakarta, Makassar, Gorontalo, Nusa Tenggara Timur dan Medan. Yang diserang produk China adalah luar Jawa. Jujur Asmindo telat. Tapi Asmindo ingin membuat furniture menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” kata Ambar.
Kecuali itu, CAFTA telah membuat semua anggota ASEAN kualahan menghadapi serbuan furniture asal China. Untuk itu, keenam negara anggota ASEAN berkomitmen melakukan “serangan balik” ke pasar China. Termasuk Asmindo yang akan masuk ke China dengan membuka showroom furniture di sana.
“China punya potensi pasar yang sangat besar. Kita akan masuk ke sana dengan branding Indonesia. Tidak dibranding dari Italia. Kita akan ke Lecong, dengan outlet 2000-3000 meter persegi,” tutup Ambar.
Produksi Minyak 2024 Capai 54,2 MBOPD Jakarta - Sepanjang 2024, Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina mencatat kinerja operasional migas positif.…
Water Management, Salah Satu Kunci Tingkatkan Produktivitas Padi Ogan Ilir – Dalam kunjungan kerja Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto ke…
Pemanfaatan DAK Dongkrak Kapasitas Produksi Sentra IKM Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bertekad untuk terus mengembangkan sentra industri kecil dan…
Produksi Minyak 2024 Capai 54,2 MBOPD Jakarta - Sepanjang 2024, Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina mencatat kinerja operasional migas positif.…
Water Management, Salah Satu Kunci Tingkatkan Produktivitas Padi Ogan Ilir – Dalam kunjungan kerja Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto ke…
Pemanfaatan DAK Dongkrak Kapasitas Produksi Sentra IKM Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bertekad untuk terus mengembangkan sentra industri kecil dan…