Kredit Perbankan Diprediksi Tumbuh 10,78% di 2025

 

 

NERACA

Jakarta – Kepala Ekonom PermataBank Josua Pardede memproyeksikan penyaluran kredit industri perbankan tumbuh sebesar 10,78 persen year on year (yoy) pada 2025, meningkat dibandingkan pertumbuhan kredit pada 2024 yang sebesar 10,39 persen yoy.

Ia menambahkan proyeksi tersebut didasarkan pada pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) nominal yang tetap tumbuh hampir 8 persen pada tahun ini. "Kalau kami melihat secara potensinya, potensi perekonomian kita, pertumbuhan kredit tahun ini memang masih berkisar 10 persenan," kata Josua, sebagaimana dikutip, kemarin.

Josua mengatakan pertumbuhan kredit sepanjang 2025 tersebut kemungkinan didorong oleh kredit investasi yang pertumbuhannya pada Desember 2024 juga terlihat cukup tinggi. Namun, dari sisi strategi, perbankan akan lebih selektif dalam menyalurkan kreditnya dengan menyesuaikan kondisi likuiditas.

Adapun dari sisi penghimpunan dana masyarakat pada tahun lalu, Josua menyampaikan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh di kisaran 4,48 persen pada 2024. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan DPK masih cenderung terbatas yang berimplikasi pada peningkatan loan to deposit ratio (LDR) dari 83,8 persen pada 2023 menjadi 88,6 persen pada 2024.

Namun dari sisi risiko kredit, Josua mengatakan bahwa secara umum risiko kredit perbankan masih tetap terjaga yang ditunjukkan melalui rasio non-performing loan (NPL) di kisaran 2 persen pada 2024. Sementara dari sisi capital adequacy ratio (CAR) pun juga masih tetap ample yakni di kisaran 26-27 persen pada 2024.

Adapun pada tahun ini, DPK diperkirakan tetap akan meningkat sejalan dengan asumsi percepatan dari sisi belanja (spending) pemerintah yang juga diharapkan akan lebih baik. "Harapannya seperti itu, karena dia akan terefleksi juga dengan peningkatan dari sisi M2 yang akan masuk juga ke sistem perbankan," kata Josua.

Pada akhirnya, dengan adanya pertumbuhan DPK, maka diharapkan likuiditas akan tetap terjaga yang ditunjukkan dalam proyeksi LDR di kisaran 89 hingga 90 persen pada tahun ini.

Josua menyoroti likuiditas yang masih cenderung mengetat, mengingat pertumbuhan DPK lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan kredit. Selain itu, likuiditas dalam valuta asing (valas) di industri perbankan juga menjadi salah satu tantangan pada tahun ini sejalan dengan tantangan dari sisi aliran modal masuk asing (capital inflows). "Namun di sisi lainnya, likuiditas dalam rupiah (di perbankan) akan sangat dipengaruhi juga oleh seberapa cepat akselerasi dari spending pemerintah," kata Josua.

BERITA TERKAIT

Dukung Industri Maritim, J Trust Bank Jalin Kerjasama Strategis dengan PT Galaksi Indo Marine

  NERACA  Batam - PT Bank JTrust Indonesia Tbk (J Trust Bank) menandatangani perjanjian kerja sama (PKS) dengan PT Galaksi…

LPEI Raih Laba Rp232,5 Miliar Sepanjang 2024

    NERACA Jakarta – Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menutup tahun 2024 dengan membukukan kinerja keuangan positif dengan mencatat…

Danantara Bakal Diluncurkan Maret 2025

  NERACA Jakarta – Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menyampaikan, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Dukung Industri Maritim, J Trust Bank Jalin Kerjasama Strategis dengan PT Galaksi Indo Marine

  NERACA  Batam - PT Bank JTrust Indonesia Tbk (J Trust Bank) menandatangani perjanjian kerja sama (PKS) dengan PT Galaksi…

LPEI Raih Laba Rp232,5 Miliar Sepanjang 2024

    NERACA Jakarta – Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menutup tahun 2024 dengan membukukan kinerja keuangan positif dengan mencatat…

Danantara Bakal Diluncurkan Maret 2025

  NERACA Jakarta – Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menyampaikan, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara…