Merger Pelni-ASDP ke Pelindo

 

Oleh: Siswanto Rusdi

Direktur The National Maritime Institute (Namarin)

 

Menteri BUMN Erick Thohir sepertinya tak berpikir panjang dengan gagasan penggabungan PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) dan PT Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan atau ASDP ke dalam Pelindo. Sebagai entitas yang kelak menampung kedua kedua perusahaan pelayaran tersebut, Pelindo, operator pelabuhan milik negara, melalui Direktur Utamanya Arif Suhartono mengungkapkan bahwa belum ada pembahasan terkait rencana dimaksud. Menurutnya, pembahasan masih berada di lingkup Kementerian BUMN.  

Tulisan ini menyoba memaparkan bahwa ada sejumlah tantangan dalam gagasan penggabungan Pelni dan ASDP ke dalam Pelindo. Pertama, integrasi asimetris. Antara Pelni, ASDP dan Pelindo sesungguhnya berada dalam lini bisnis yang cukup berbeda jauh. Dua entitas pertama adalah perusahaan pelayaran sedangkan entitas kedua merupakan operator pelabuhan. Direksi Pelindo jelas akan menghadapi kendala pengelolaan nantinya karena tidak memiliki pemahaman yang cukup dalam bidang pelayaran.

Kondisinya tidak akan lebih baik seandainya “penghuni” baru grup Pelindo itu nantinya dijadikan anak usaha seperti SPMT, SPTP atau lainnya dan diurus oleh mereka yang mengerti bisnis pelayaran. Masalahnya terletak pada ketidakcocokan genetis kedua bidang usaha; bagai air dan minyak.

Lihatlah bagaimana keadaan perusahaan pelayaran Malaysia, MISC, yang berada di bawah bendera Petronas, boleh dibilang “hidup segan mati tak mau”. Grup Pelindo memang memiliki cucu usaha dalam usaha pelayaran, dalam hal ini Jasa Armada Indonesia (JAI), tetapi status ini tidak dengan sendirinya menjadikan Pelindo dapat mengelola bisnis pelayaran.

Soalnya, JAI hanyalah perusahaan pelayaran yang bergerak dalam jasa towing di seputaran pelabuhan sementara Pelni dan ASDP merupakan pemain perairan jauh alias lintas wilayah. Ada banyak contoh kasus di mana usaha pelayaran juga menggeluti usaha kepelabuhanan, tepatnya terminal, Maersk misalnya. Namun keterlibatan ini tidak terlalu intensif, tetap saja sebagai supporting system dalam usaha inti mereka: pelayaran.

Tantangan kedua. Masa depan bisnis yang tidak prospektif. Baik Pelni dan ASDP sesungguhnya perusahaan yang kinerjanya biasa-biasa saja. Malah relatif berdarah-berdarah. Segmen usaha yang digeluti (pengangkutan penumpang) tergolong bidang yang tidak menjanjikan. Khusus Pelni, BUMN ini amat tergantung subsidi untuk tetap mengapung. Ladang usahanya tergerus oleh maraknya penerbangan berbiaya murah dan nampaknya tidak akan pernah pulih Kembali.

Saking seretnya usaha pengangkutan penumpang, untuk mengadakan kapal baru sebagai pengganti armada yang sudah tua, Pelni bergantung kepada penempatan modal negara/PMN. Pendapatan yang ada selama ini terlalu kecil untuk meremajakan kapal. Menariknya, perusahaan ini juga memiliki anak usaha yang bergerak dalam jasa terminal dan logistik, SBN, tetapi sepertinya nasibnya sama dengan induknya.

ASDP sedikit lebih baik karena memiliki segmen usaha yang monopolistik. Maksudnya, selain sebagai operator kapal penyeberangan, ia juga mengoperasikan terminal penumpang. Yang terbesar berada di Merak, Provinsi Banten. Tidak hanya melayani feri milik induknya, terminal ini juga melayani feri milik swasta yang melayari rute Merak-Bakauheni. Usaha inilah yang lebih menghasilkan cuan dibanding bisnis penyeberangan. Tidak jelas bagaimana segmen usaha terminal ini akan dikonsolidasi ke dalam Pelindo nantinya. Dan, paling penting, Pelni dan ASDP sama-sama memiliki beban keuangan yang juga akan menjadi tanggungan Pelindo sebagai holding kelak.

Erick Thohir mengungkapkan, penggabungan Pelni dan ASDP ke dalam Pelindo akan mendorong biaya logistik bisa lebih turun dan jaminan safety bagi penumpang yang makin baik. Dalam pikirannya, hal ini dimulai dari sisi pelabuhan yang merupakan ranahnya Pelindo. Lalu, sisi perkapalannya akan diurus oleh Pelni dan ASDP. Dengan penggabungan ini semuanya akan tersinkronisasi dengan baik yang selama ini untuk penumpang dan barang dilayani terpisah. Terlihat sang menteri begitu pede dengan gagasan penggabungan yang diusungnya. Semoga saja rencananya dapat dieksekusi.

BERITA TERKAIT

Saatnya Bisnis Syariah Berbenah

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Nuansa pengembangan ekonomi syariah saat ini lebih maju bila dibandingkan beberapa dekade yang lalu.…

Potong Anggaran dan Strategi Kendali Risiko APBN

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Dosen STAN, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Kondisi dan tantangan  lapangan yang dihadapi di awal  pemerintahan Presiden…

Pertumbuhan Manufaktur

Oleh: Agus Gumiwang Kartasasmita Menteri Perindustrian   Pemerintah telah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen pada tahun 2028-2029. Sebagai…

BERITA LAINNYA DI

Merger Pelni-ASDP ke Pelindo

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Menteri BUMN Erick Thohir sepertinya tak berpikir panjang dengan…

Saatnya Bisnis Syariah Berbenah

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Nuansa pengembangan ekonomi syariah saat ini lebih maju bila dibandingkan beberapa dekade yang lalu.…

Potong Anggaran dan Strategi Kendali Risiko APBN

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Dosen STAN, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Kondisi dan tantangan  lapangan yang dihadapi di awal  pemerintahan Presiden…

Berita Terpopuler