Tindak Tegas Importir Singkong yang Zalimi Petani

Kupang – Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman angkat suara terkait persoalan petani dan industri singkong di Lampung. Kata Amran, pihaknya akan menindak tegas importir singkong yang lebih memilih produk singkong dari luar daripada petani.

“Ini kami dengar di Lampung terkait harga singkong, kami akan undang, kami akan undang industri, undang petaninya. Kami minta kepada importir, tegas, jangan zalimi petani,” kata Amran.

Respons ini diberikan Amran setelah mengetahui adanya aksi protes ribuan petani di Lampung kepada pabrik pengolahan tepung tapioka. Aksi protes tersebut dipicu oleh rendahnya harga singkong yang disinyalir karena adanya impor dari luar.

Amran menegaskan bahwa importir tidak boleh berpikir sebagai penjajah. Industri yang lebih memilih produk dari negara lain daripada dalam negeri diragukan patriotismenya.

“Mengimpor produk pangan dari negara lain lebih dari produk dalam negeri, diragukan patriotismenya. Tandanya itu mereka lebih sayang petani luar,” ungkap Amran.

Amran juga mengingatkan bahwa pihak yang menzalimi petani akan ditindak. Sebab, pemerintah di bawah Presiden Prabowo Subianto telah menekankan untuk melindungi dan menyejahterakan petani ataupun rakyat kecil.

“Menzalimi petani, menzalimi rakyat Indonesia itu adalah pengkhianat bangsa,” ucap Amran.

Seperti diketahui, ribuan petani singkong dari tujuh kabupaten di Lampung menggeruduk pabrik pengolahan tapioka pada Kamis (23/1/2025). Mereka menuntut agar perusahaan segera menerapkan harga singkong sesuai Surat Keputusan Bersama (SKB) yang disepakati, yaitu Rp1.400 per kilogram. Menurut kajian Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), impor tapioka menjadi salah satu penyebab rendahnya harga beli singkong di Provinsi Lampung.

Terkait singkong, sebelunya Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia Tri Wahyudi Saleh mengungkapkan, mengatakan Pupuk Indonesia terus berupaya mengoptimalkan penyerapan pupuk bersubsidi dengan mengidentifikasi komoditas pertanian strategis, salah satunya singkong. Dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 1 Tahun 2024, kata Tri, terdapat sembilan komoditas sebagai penerima pupuk bersubsidi, terdiri dari padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, tebu rakyat, kopi, dan kakao. Sementara itu, pada awal tahun 2024 pemerintah telah menambah alokasi pupuk bersubsidi dari alokasi awal 4,7 juta ton menjadi 9,55 juta ton.

"Kebijakan penambahan volume ini diperlukan upaya optimalisasi dalam meningkatkan serapannya. Optimalisasi dapat dilakukan dengan mengidentifikasi komoditas-komoditas strategis daerah yang berpotensi mendapatkan pupuk bersubsidi. Harapannya berdampak terhadap optimalisasi serapan pupuk bersubsidi, nilai ekonomi dan peningkatan produktivitas pertanian," ujar Tri.

Tri menambahkan bahwa singkong yang juga dikenal sebagai ubi kayu dapat dikategorikan sebagai komoditas alternatif pangan yang memiliki kandungan karbohidrat setara beras. Indonesia sendiri menduduki urutan kelima sebagai negara produsen singkong terbesar di dunia, dengan total produksi 18,3 juta ton. Produksi tersebut setara dengan 87 persen untuk kebutuhan nasional.

Sebagian besar atau 97 persen produksi ubi kayu digunakan untuk pangan. Hal ini menunjukkan bahwa ubi kayu mempunyai peran strategis sebagai penyangga pangan nasional. Untuk itu, kata Tri, upaya peningkatan produktivitas singkong harus diwujudkan dalam rangka mendukung program ketahanan pangan nasional.

“Komponen budi daya yang berperan dalam peningkatan produktivitas singkong adalah penggunaan pupuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman, varietas yang sesuai (tahan cekaman biotik dan abiotik), dan pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan),” kata Tri.

Tri juga memaparkan bahwa Pupuk Indonesia mempunyai teknologi memformulasikan pupuk NPK sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan tanaman yang memiliki NPK khusus tanaman singkong, yaitu NPK 17-6-25. Pupuk ini memiliki kandungan Nitrogen 17 persen, Phosphatase 6 persen, dan KCL 25 persen.

Berdasarkan hasil uji coba di sejumlah daerah, khususnya di Sumatera, pengaplikasian pupuk ini mampu meningkatkan produktivitas tanaman singkong. Rata-rata hasil panen petani singkong pada saat pengaplikasian pupuk tersebut sebesar 45 ton/hektare, dari rata-rata panen sebelumnya 27 hingga 28 ton/hektare.

Adapun bukti lain dari perhatian Pupuk Indonesia terhadap komoditas singkong, kata dia, adalah demonstration plot (demplot) di lahan bekas tambang timah yang ada di Bangka Belitung.

 

BERITA TERKAIT

Empat Strategi Agar Koperasi Tumbuh dan Berdaya Saing Tinggi

NERACA Tangerang – Menteri Koperasi, Budi Arie Setiadi memaparkan empat kiat bagi seluruh insan penggerak koperasi agar koperasi yang dikelolanya…

Kementerian Bersinergi Dorong UMKM Ekspor

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) bersama Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) siap bersinergi mendukung ekspor oleh usaha mikro,…

Pelaku Usaha dan Distributor Jangan Permainkan Harga MINYAKITA

NERACA Tangerang – Kementerian Perdagangan (Kemendag) meminta para pelaku usaha dan distributor tidak  mempermainkan harga MINYAKITA yang merupakan program minyak…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Empat Strategi Agar Koperasi Tumbuh dan Berdaya Saing Tinggi

NERACA Tangerang – Menteri Koperasi, Budi Arie Setiadi memaparkan empat kiat bagi seluruh insan penggerak koperasi agar koperasi yang dikelolanya…

Tindak Tegas Importir Singkong yang Zalimi Petani

Kupang – Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman angkat suara terkait persoalan petani dan industri singkong di Lampung. Kata Amran, pihaknya…

Kementerian Bersinergi Dorong UMKM Ekspor

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) bersama Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) siap bersinergi mendukung ekspor oleh usaha mikro,…