NERACA
Abu Dhabi - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menemani Presiden Prabowo Subianto berkunjung ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA). Disela kunjungan itu, Menteri Bahlil Lahadlia mendapat kunjungan rekannya Menteri Energi dan Industri Uni Emirat Arab (UEA) Suhail Mohammed Al Mazrouei di Abu Dhabi.
Kedua Menteri membahas tiga (3) poin kerja sama yakni pertama kerja sama percepatan pengembangan Blok Andaman menuju produksi LNG. Kedua, kerja sama penyediaan gas ke PLN serta penyediaan energi terbarukan (up to 10 GW) untuk kawasan industri di Indonesia. Ketiga, kerja sama pengembangan industri aluminium di Indonesia bekerja sama antara Inalum dan EGA.
"Tadi saya meminta Menteri Suhail agar membuat tim kerja untuk membuat timeline concrete deliverables dalam dua bulan ke depan," ujar Bahlil usai pertemuan.
Bajlil juga didampingi sejumlah pejabat Kementerian ESDM yakni Nanang Abdul Manaf (Tenaga Ahli/TA Menteri ESDM Bidang Eksplorasi dan Peningkatan Produksi Migas), Anggawira (TA Menteri ESDM Bidang Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Infrastruktur Minyak dan Gas, Umar Ali Lessy (TA Menteri ESDM Bidang Administrasi Negara dan Good Governance), dan Rizal Calvary (TA Menteri ESDM Bidang Percepatan Infrastruktur Ketenagalistrikan).
Di UEA Menteri ESDM mendampingi Presiden Prabowo melakukan pertemuan bilateral untuk bertukar pandangan tentang isu-isu kepentingan bersama yang akan memberikan manfaat bagi kedua negara.
Lebih lanjut terkait dengan UEA, Indonesia dan Dewan Kerja Sama untuk Negara Arab di Teluk telah melaksanakan Perundingan Putaran Pertama Perjanjian Perdagangan Bebas Indonesia-Dewan Kerja Sama untuk Negara Arab di Teluk (Indonesia–Gulf Cooperation Council Free Trade Agreement/I–GCC FTA).
Pada pertemuan ini, Delegasi Indonesia dipimpin Direktur Perundingan Bilateral Johni Martha selaku Ketua Negosiator dari Indonesia. Sementara Delegasi GCC dipimpin General Coordinator for Free Trade Agreements Negotiations, GCC Raja Munahi Al-Marzoqi selaku Ketua Negosiator dari pihak GCC.
Johni menyebut, GCC merupakan mitra dagang strategis bagi Indonesia. Pemerintah ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk meningkatkan ekspor produk lokal ke negara kawasan Teluk yang tergabung dalam GCC.
I–GCC FTA menjadi perjanjian dagang ketiga Indonesia dengan mitra dagang di kawasan Timur Tengah setelah Persatuan Emirat Arab dan Iran.
“Perundingan yang dilaksanakan selama lima hari tersebut berjalan sangat produktif dan diharapkan momentum ini akan terus terjaga. Dengan peningkatan kerja sama dengan GCC, Indonesia semakin membuka peluang penetrasi produk tidak hanya di negara kawasan Teluk, tetapi juga di kawasan Timur Tengah lainnya, Afrika, dan Eropa,” ujar Johni.
Adapun pembahasan pada perundingan pertama ini meliputi perdagangan barang, ketentuan asal barang termasuk aturan produk spesifik, prosedur-prosedur kepabeanan dan fasilitasi perdagangan, kebijakan-kebijakan sanitari dan fitosanitari (SPS), hambatan teknis perdagangan, pemulihan perdagangan, perdagangan jasa, investasi, perdagangan digital,jasa keuangan, jasatelekomunikasi, perpindahan orang perseorangan,serta ekonomi islam.
Dalam pertemuan, Ketua Negosiator kedua pihak menyepakati agar tim perunding segera menindaklanjuti hasil-hasil yang menjadi kesepakatan dalam perundingan putaran pertama.
Selain itu, disepakati bahwa Perundingan Putaran Kedua Indonesia-GCC FTA akan dilaksanakan pada 17—21 November 2024 di Riyadh, Arab Saudi sesuai dengan jadwal perundingan yang disepakati dalam Terms of Reference (TOR).
“Perundingan putaran pertama akan ditindaklanjuti dengan pertemuan intersesi secara virtual yang akan dilaksanakan pada Oktober 2024. Pertemuan ini akan membahas isu dan kerja sama lainnya, misalnya terkait usaha kecil dan menengah, persaingan usaha, kerja sama ekonomi dan isu terkait akses pasar perdagangan barang,” ungkap Johni.
GCC merupakan aliansi kerja sama ekonomi dan politik yang beranggotakan enam negara, yaitu Arab Saudi, Persatuan Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Oman, dan Qatar.
Pada 2023, total perdagangan Indonesia—GCC mencapai USD15,7 miliar. Pada tahun tersebut ekspor Indonesia ke GCC tercatat sebesar USD6,1 miliar sedangkan impor Indonesia dari GCC tercatat sebesar USD9,6 miliar.
Komoditas ekspor utama Indonesia ke GCC diantaranya mobil dan kendaraan bermotor, minyak kelapa sawit, perhiasan, kapal suar, kertas, dan kertas karton tidak dilapisi.
Sedangkan impor utama nonmigas Indonesia dari GCC di antaranya produk setengah jadi dari besi atau baja bukan paduan, alkohol asiklik, belerang, polimer dari etilena, dan aluminium tidak ditempa.
NERACA Washington, DC – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, bertemu dengan Penasehat Keamanan Nasional Amerika Serikat Jake Sullivan di Washington,…
NERACA Jakarta – Pemerintah Indonesia memiliki komitmen untuk mengembangkan industri hijau, salah satunya melalui kebijakan terkait dekarbonisasi, yaitu upaya mengurangi…
NERACA Jakarta – haus diakui bahwa standardisasi memiliki peran yang strategis bagi sektor industri manufaktur nasional. Hal ini tidak hanya…
NERACA Washington, DC – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, bertemu dengan Penasehat Keamanan Nasional Amerika Serikat Jake Sullivan di Washington,…
NERACA Jakarta – Pemerintah Indonesia memiliki komitmen untuk mengembangkan industri hijau, salah satunya melalui kebijakan terkait dekarbonisasi, yaitu upaya mengurangi…
NERACA Abu Dhabi - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menemani Presiden Prabowo Subianto berkunjung ke Abu Dhabi,…