NERACA
Lampung - Matahari baru saja beranjak dari peraduan, sinar keemasannya terpantul di permukaan air laut. Sesekali gelombang air menggulung tertiup angin. Jauh di ujung horizon tampak empat titik kecil bercahaya pendar. Bergerak mendekat diayun ombak, wujudnya semakin terlihat. Ternyata empat sosok manusia. Dengan suara teriakan yang terbawa angin, tangan-tangan mereka melambai cepat mengisyaratkan permintaan tolong.
Mereka adalah Haris, Aji, Udin dan Wanto. Para nelayan yang diambang putus asa. Sudah dua hari keempatnya terombang-ambing di tengah laut. Sebelumnya, para nelayan ini bertolak dari Kuala Penet menuju Pulau Segama, Lampung Timur, pada pertangahan September lalu. Namun perjalanan mereka terganggu angin yang bertiup kencang. Keadaan diperparah dengan GPS yang rusak, sehingga mereka kehilangan arah.
Beruntung, kapal Anchor Handling Tug and Supply (AHTS) Harrier, milik PHE OSES, yang sedang berpatroli di wilayah anjungan lepas pantai dan sumur migas Krisna berhasil mendeteksi sinyal lampu dari kapal yang sudah kehabisan bahan bakar dan perbekalan tersebut. AHTS Harrier melaju dengan kecepatan penuh mengirimkan koordinat para nelayan kepada kapal AHTS Parakan, yang berlokasi sekitar tiga mil laut dari lokasi kejadian.
Tepat pukul 07:48 WIB, setelah mendapatkan izin dari Fleet Control, AHTS Parakan menuju titik penyelamatan. Sesampainya di lokasi, kru PHE OSES memulai proses evakuasi. Kru memastikan kondisi fisik para nelayan dan memberikan minuman dan makanan untuk mengganjal perut yang kosong. Sembari mengisi tenaga, mereka menceritakan kepada kru, bagaimana badai telah menggagalkan perjalanan mereka menuju Pulau Segama.
Dengan memegang prinsip keselamatan manusia sebagai prioritas utama, kru AHTS Parakan memutuskan untuk menunda pekerjaan rutin mereka. AHTS Parakan menarik dan membawa perahu nelayan ke area aman di anjungan lepas pantai Krisna-D milik PHE OSES. Di sana, kru PHE ONWJ membekali para nelayan dengan bahan bakar kapal agar dapat kembali berlayar meneruskan perjalanan.
Wanto, salah seorang nelayan yang diselamatkan, mengungkapan rasa syukurnya kepada kru AHTS Harrier dan AHTS Parakan PHE OSES “Terima kasih untuk PHE OSES yang menyelamatkan kami setelah dua malam terombang-ambing di tengah laut.”
“PHE OSES, sebagai operator migas yang bertugas di wilayah lepas pantai yang rentan, dituntut untuk selalu siap siaga menghadapi kondisi darurat. Kami berkomitmen untuk berkontribusi bagi keselamatan masyarakat, baik di darat maupun di laut,” kata Antonius Dwi Arinto, General Manager PHE OSES, Kamis (21/11).
PHE OSES dan seluruh mitra kerjanya akan terus menjadikan keselamatan dan keamanan di wilayah laut sebagai prioritas utama. Kesiagaan dalam menghadapi kejadiaan darurat merupakan kunci penting dalam menghadapi berbagai tantangan di wilayah maritim. (Mohar/Rin)
NERACA Jakarta – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) resmi meluncurkan logo Hari Pers Nasional (HPN) 2025 dengan ikon utama Bekantan. Logo…
NERACA Serang - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang, Banten melibatkan para alim ulama tersebar di 29 kecamatan untuk peduli terhadap pengendalian…
NERACA Sukabumi - Pemerintah Kota (Pemkot) Sukabumi, melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) setempat, menggelar Rencana Aksi Daerah Pangan dan…
NERACA Lampung - Matahari baru saja beranjak dari peraduan, sinar keemasannya terpantul di permukaan air laut. Sesekali gelombang air menggulung…
NERACA Jakarta – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) resmi meluncurkan logo Hari Pers Nasional (HPN) 2025 dengan ikon utama Bekantan. Logo…
NERACA Serang - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang, Banten melibatkan para alim ulama tersebar di 29 kecamatan untuk peduli terhadap pengendalian…