Klasiknya Masalah UMKM karena Inovasi Belum Terserap Maksimal

NERACA

Bali - Wakil Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Helvi Y Moraza mengatakan, pelaku UMKM saat ini masih mengalami kendala klasik terkait permodalan, utamanya dari sisi terbatasnya modal dan sulitnya mengakses modal. Sedangkan untuk inovasi dan produksi, UMKM sebenarnya sudah cukup mahir, hanya sayangnya belum bisa diserap oleh pasar secara optimal.

“Dua tugas itu yang diberikan kepada Pak Menteri UMKM dan saya. Bapak Presiden berpesan agar UMKM dibukakan akses modal dan channel pasar sebanyak-banyaknya,” ujar Helvi.

Merespons amanat tersebut, Wamen Helvi mengaku mulai bergerak cepat menghubungi perbankan untuk memastikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dapat disalurkan dengan baik, sekaligus mengidentifikasi struktur permodalan yang belum terformalkan.

Di samping itu, untuk melihat peluang akses pasar yang lebih luas di era sekarang, Helvi berpesan agar UMKM memiliki keberanian untuk masuk ke dalam sistem digital. “UMKM tidak lagi bisa bermanja-manja dengan sistem konvensional, suka tidak suka harus masuk ke sistem digitalisasi ekonomi,” ujar Helvi.

Dari beberapa kompleksitas yang dialami UMKM, Helvi mengungkapkan bahwa UMKM seharusnya memiliki porsi tersendiri di sektor manufaktur, salah satunya berkaitan dengan keikutsertaannya ke dalam rantai pasok. 

Untuk itu, Kementerian UMKM, Helvi mengaakan, akan bersinergi dengan berbagai stakeholder, salah satunya Kementerian BUMN untuk menerjemahkan arahan Presiden Prabowo terkait dengan upaya mendorong UMKM agar masuk ke dalam siklus ekosistem industri dalam negeri.

“Kami harap, paling tidak UMKM bisa mengambil porsi separuh dari rantai pasok berdasarkan potensi daerah, maupun keragaman manufaktur daerah,” jelas Helvi.

Dalam hal ini, Helvi juga mengimbau agar Pemerintah Daerah maupun Pendamping UMKM di daerah dapat membangkitkan spirit UMKM untuk naik kelas.

“Kalau ada UMKM yang sudah siap naik kelas, tolong difasilitasi dan dikasih tahu ke Kementerian UMKM agar kami bisa siapkan ekosistem bagi mereka agar benar-benar bisa naik kelas,” kata Helvi.

Bagi Helvi, pemerintah baik pusat maupun daerah, serta para pendamping UMKM bertanggung jawab untuk memberikan sosialisasi kepada UMKM agar memiliki pemahaman yang baik terhadap regulasi pemerintah. Melalui sinergi yang baik, ia yakin UMKM bisa melangkah lebih jauh.

Sementara itu, Deputi Bidang Usaha Mikro Yulius mengatakan bahwa program transformasi formal usaha mikro kini telah memasuki tahun keempat dalam memberikan kemudahan perizinan berusaha dan sertifikasi produk bagi pelaku usaha mikro di tanah air. 

Program bertajuk MikroeX Summit 2024, menurut Yulius yang digelar secara komprehensif dengan melibatkan para pemangku kebijakan dari pemerintah pusat dan daerah, komunitas, lembaga pendidikan, lembaga keuangan, BUMN, BUMD, serta pihak swasta serta instansi terkait lainnya.

“Alhamdulillah, dalam perjalanannya dari target pemerintah 10 juta NIB sejak 2021 hingga 2024, per 8 November 2024 target tersebut telah terlampaui, yakni lebih dari 10,6 juta usaha mikro telah ber-NIB,” ujar Yulius.

Yulius berharap, MikroeX Summit dapat menjadi pemicu agar semakin banyak usaha mikro yang bertransformasi dari informal menjadi formal di tahun-tahun selanjutnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Bali I Wayan Ekadina mengungkapkan apresiasi dan terima kasih kepada Kementerian UMKM yang telah menggelar MikroeX Summit 2024, sebagai program strategis untuk penguatan UMKM.

I Wayan menuturkan, dengan jumlah pelaku UMKM di Bali yang mencapai 10,5 persen dari jumlah penduduknya, pihaknya berkomitmen untuk mengimplementasikan PP Nomor 7 Tahun 2021 tentang kemudahan, pelindungan, dan pemberdayaan UMKM dengan berkolaborasi bersama para stakeholder.

“Kami telah memberikan fasilitasi perizinan formal berupa kekayaan intelektual (KI) sebanyak 433 KI, sertifikasi halal sebanyak 3.306 sertifikat, serta 91.321 NIB pada semester 1 di tahun 2024 ini,” ujar I Wayan.

Dalam ajang MikroeX Summit 2024, juga diberikan apresiasi kepada pelaku UMKM, pendamping, serta dinas yang membidangi UMKM yang telah berhasil mendukung akselerasi realisasi transformasi formal usaha mikro. Di mana dinas pendukung terbaik dimenangkan oleh Provinsi Bangka Belitung yang meraih juara satu, juara dua Provinsi Jawa Barat, dan Kota Salatiga sebagai juara ketiga.

Selanjutnya, kategori usaha mikro level up, juara satu dimenangkan oleh Nordu Coffee, juara dua Ayam Geprek Om Kembek, dan juara tiga Sushi Boxx. 

Sedangkan untuk kategori pendamping usaha mikro level up, juara satu diraih oleh Nanang dari Pontianak, juara dua Yaumi Ramadhani dari Mataram, dan juara tiga adalah Febri Febriansyah dari Bandung.

 

BERITA TERKAIT

Sinergisitas Pendidikan dan Pemerintah Tingkatkan Ekonomi

  Banjarmasin – Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti Widya Putri menekankan pentingnya sinergi  antara institusi pendidikan dan pemerintah dalam…

Pengawasan Daerah Perbatasan Diperketat

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendukung upaya pemerintah, khususnya Bea Cukai Kementerian Keuangan, dalam pencegahan dan…

Pertamina SMEXPO 2024 Perluas Pasar UMKM Lokal Go Global

NERACA Jakarta –PT Pertamina (Persero) resmi menutup rangkaian kegiatan Pertamina Small Medium Enterprise Expo (SMEXPO) 2024, ajang pemasaran hybrid produk-produk…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Sinergisitas Pendidikan dan Pemerintah Tingkatkan Ekonomi

  Banjarmasin – Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti Widya Putri menekankan pentingnya sinergi  antara institusi pendidikan dan pemerintah dalam…

Klasiknya Masalah UMKM karena Inovasi Belum Terserap Maksimal

NERACA Bali - Wakil Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Helvi Y Moraza mengatakan, pelaku UMKM saat ini masih mengalami…

Pengawasan Daerah Perbatasan Diperketat

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendukung upaya pemerintah, khususnya Bea Cukai Kementerian Keuangan, dalam pencegahan dan…