Kinerja Sektor Manufaktur Turut Dipacu Penerapan Industri 4.0

NERACA

Jakarta – Sektor manufaktur Indonesia terus menjadi penggerak utama ekonomi nasional. Pada triwulan II tahun 2024, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia mencapai 5,05 persen, lebih tinggi dibandingkan banyak negara anggota G20, seperti Tiongkok, Rusia, dan Brasil. Industri pengolahan nonmigas tetap menjadi kontributor terbesar PDB nasional dengan 16,70 persen dan pertumbuhan sektor ini mencapai 4,63 persen.

Sementara itu, berdasartkan data World Bank, menunjukkan bahwa nilai Manufacturing Value Added (MVA) Indonesia menempati peringkat ke-12 dunia dengan nilai USD255 miliar pada tahun 2023. Capaian ini menjadikan Indonesia unggul dibandingkan negara ASEAN lainnya seperti Thailand dan Vietnam, juga melampaui beberapa negara besar seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Prancis, dan Inggris.

“Performa sektor manufaktur yang prima tersebut juga dipacu oleh akselerasi penerapan peta jalan Making Indonesia 4.0. Ini merupakan strategi kunci bagi Indonesia untuk menjadi negara 10 ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2030,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada gelaran acara Penguatan Industri Melalui Optimalisasi Teknologi, Penghargaan Rintisan Teknologi Industri, dan Penghargaan INDI 4.0 Tahun 2024, di Jakarta.

Oleh karena itu, pentingnya transformasi menuju industri 4.0 telah dicanangkan pada program Making Indonesia 4.0 sejak tahun 2018, yang menjadi kunci utama untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu dari 10 ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2030.

Pada kesempatan ini, Agus mengapresiasi laporan survei pada 76 industri yang menyandang gelar “Champion INDI 4.0” karena telah mencapai hasil positif dalam upaya melakukan transformasi industri 4.0. Industri champion ini telah memenuhi kriteria-kriteria transformasi yang meliputi penurunan konsumsi energi mencapai 4 – 40 persen, peningkatan produktivitas sebesar 5 – 22 persen, dan penurunan cost production 3 – 78 persen.

“Saya senang bahwa hari ini bertambah 24 industri yang tergabung dalam Champion INDI 4.0, sehingga total kita memiliki 100 industri Champion INDI 4.0. Saya berharap, untuk tahun depan, penambahannya minimal bisa 50 perusahaan industri, namun tetap dengan kriteria yang ketat,” ujar Agus.

Agus mendorong industri-industri yang tergabung dalam Champion INDI 4.0 untuk terus konsisten menjalankan transformasinya menuju industri 4.0, sehingga ke depan dapat lebih banyak lagi yang menjadi percontohan sebagai lighthouse industri 4.0 baik skala nasional maupun global yang tergabung dalam Global Lighthouse Network - World Economic Forum (WEF).

“Mari kita jadikan peringatan enam tahun program Making Indonesia 4.0 ini sebagai momentum untuk mengakselerasi capaian transformasi sektor industri manufaktur kita semakin meningkat,” imbuh Agus.

Penghargaan Rintek

Agus menambahkan, keberhasilan implementasi Making Indonesia 4.0 tidak lepas dari adanya kemajuan ekosistem inovasi di Indonesia yang semakin baik. Hal ini ditandai dengan naiknya peringkat Global Innovation Index Indonesia pada tahun ini. Sejak 2013 sampai 2021, Global Innovation Index Indonesia berada di peringkat 83, 85, dan 87. “Baru pada 2022 naik ke peringkat 75, kemudian 2023 naik lagi ke peringkat 61, dan 2024 ini naik ke peringkat 54,” sebut Agus.

 The Global Innovation Index ini adalah indeks yang dirilis oleh WIPO (World Intellectual Property Organization) yang melakukan pemeringkatan 133 negara di dunia berdasarkan kinerja ekosistem inovasinya, seperti banyaknya jumlah paten inovasi yang didaftarkan, transfer teknologi, dan dana R&D yang digelontorkan.

Agus menjelaskan, penghargaan Rintisan Teknologi Industri (Rintek) yang diinisiasi oleh Kementerian Perindusrian (Kemenperin) juga menjadi bagian penting. Upaya ini sebagai bentuk apresiasi kepada perusahaan yang telah mengembangkan inovasi teknologi. Penghargaan ini dimulai sejak tahun 2006 dan hingga kini telah diberikan kepada 121 inovasi dari 79 perusahaan industri.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Andi Rizaldi melaporkan keberhasilan program (Penguatan Industri Melalui Optimalisasi Teknologi (Pinoti). Program yang dimulai sejak 2022 ini bertujuan untuk membantu industri dalam menghadapi tantangan teknologi dengan bimbingan tenaga ahli.

“Pinoti membantu industri meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya saingnya melalui penerapan teknologi industri,” ujar Andi. Salah satu pencapaian dari program PINOTI adalah penandatanganan kesepakatan kerja sama antara perusahaan binaan dengan investor, dengan total nilai kontrak mencapai Rp3 miliar.

“Kemenperin akan terus mendukung sektor industri nasional dan optimistis dengan kerjasama yang kuat, Indonesia dapat mencapai target industri dan perekonomian nasional dengan lebih cepat,” tutur Andi.

BERITA TERKAIT

Kebijakan Tata Kelola Sawit Berkelanjutan Diintegrasikan

NERACA Jakarta – Industri kelapa sawit merupakan salah satu komoditas strategis nasional yang menyumbang kurang lebih 42 persen dari total…

Di Sulawesi Pertamina Temukan Sumber Daya Gas

NERACA Sulawesi Tengah – Pada tinjauan lapangan ke area sumur Tedong (TDG)-001, Direktur Eksplorasi PHE, Muharram Jaya Panguriseng mengungkapkan, PT…

Perusahaan Wajib Taati Ketentuan Ketenagalistrikan

NERACA Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong pencegahan kebakaran listrik dengan menerapkan standar keamanan ketat,…

BERITA LAINNYA DI Industri

Kebijakan Tata Kelola Sawit Berkelanjutan Diintegrasikan

NERACA Jakarta – Industri kelapa sawit merupakan salah satu komoditas strategis nasional yang menyumbang kurang lebih 42 persen dari total…

Di Sulawesi Pertamina Temukan Sumber Daya Gas

NERACA Sulawesi Tengah – Pada tinjauan lapangan ke area sumur Tedong (TDG)-001, Direktur Eksplorasi PHE, Muharram Jaya Panguriseng mengungkapkan, PT…

Perusahaan Wajib Taati Ketentuan Ketenagalistrikan

NERACA Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong pencegahan kebakaran listrik dengan menerapkan standar keamanan ketat,…