BPOM Upayakan Tiga Hal Guna Maksimalkan Maturitas Industri Farmasi

NERACA

Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melakukan tiga upaya guna membantu industri farmasi mencapai tahap maturitas yang maksimal, yakni memotivasi, memberi insentif, serta membuka peluang memasarkan produk di luar negeri.

Kepala BPOM Taruna Ikrar menjelaskan di Jakarta, Selasa (24/9), maturitas industri farmasi penting karena hal itu menunjukkan kualitas baik dalam tiap tahapnya, mulai dari produksi, distribusi, hingga penjualan. Saat ini, kata Taruna, tahap maturitas industri farmasi nasional adalah tahap menengah atau kalkulatif, sedangkan yang tertinggi adalah generatif.

Dia menjelaskan industri farmasi adalah salah satu tulang punggung ekonomi nasional dengan pendapatan Rp100-Rp140 triliun per tahun. Dengan maturitas yang tinggi serta berbagai potensi yang dapat dimanfaatkan, dia optimistis pendapatan tersebut dapat ditingkatkan dua hingga tiga kali lipat.

Saat ini, katanya, ada 240 perusahaan farmasi, namun yang aktif hanya sekitar 160. Adapun untuk distribusi, ujarnya, terdapat sekitar 8 ribu apotik.

"Pertama, potensi dalam negeri kita cukup besar penduduknya, yaitu yang terbesar keempat 282.400.000 penduduk kita," katanya. Yang kedua, kalau produk-produk kita terakreditasi dengan baik, kan bisa diekspor," Taruna menyebutkan.

Guna mencapai maturitas tertinggi, pihaknya memberikan motivasi dan pendampingan agar jumlah industri farmasi tersebut berkembang dari yang awalnya 240, sehingga maturitas yang tinggi cepat tercapai.

"Yang kedua, kita selain melakukan pendampingan, kita akan memberikan insentif kepada industri farmasi yang memenuhi standar tertinggi. Apa insentif yang kita bisa lakukan? Percepatan pemberian izin. Jadi kalau misalnya waktunya 120 hari, kalau bisa kita cepat 90 hari. Bahkan bisa lebih cepat," dia menambahkan.

Adapun yang ketiga, katanya, pihaknya berupaya untuk membangun reputasi industri farmasi Indonesia di kancah global, baik melalui Pharmaceutical Inspection Co-operation Scheme (PIC/S). maupun dengan WHO Listed Authority.

"Untuk bagaimana membantu meyakinkan pasar di luar negeri. Untuk bapak-bapak membuka pasar di luar negeri. Karena reputasi itu penting," katanya.

Apabila maturitas meningkat, maka nilai ekspor akan meningkat dan kebutuhan domestik dapat terpenuhi. Hal tersebut juga dapat berdampak baik bagi harga obat yang akan turun seiring meningkatnya produksi.

Kemudian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menargetkan pada 2025 ada sekitar 20 perusahaan farmasi yang tergolong dalam kategori maturitas tinggi atau generatif.

Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif BPOM Rita Endang di Jakarta, mengatakan bahwa saat ini hanya ada satu perusahaan farmasi yang menempati level maturitas tertinggi.

Dia menyebutkan, dua hal yang membuat maturitas perusahaan farmasi tinggi adalah sistem manajemen dan manajemen risiko yang berkualitas.

"Badan POM punya target sesuai dengan rencana menengah jangka panjang kita, 2025-2029, ada indikatornya. Jadi untuk level generatif tahun 2025, tahun depan, kita punya target adalah 52 persen dari proaktifnya. Jadi itu bisa nanti generatif kita akan naik jadi 20 industri farmasi," kata Rita.

Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan bahwa saat ini ada sekitar 46 perusahaan farmasi nasional yang berada pada level maturitas keempat atau proaktif. Pada umumnya, kata Taruna, industri farmasi nasional berada pada level maturitas menengah atau kalkulatif.

"Lebih dari sekitar 60 persen masih bersifat kalkulatif," katanya.

Di Indonesia, kata dia, terdapat sekitar 240 perusahaan farmasi, namun yang aktif selama ini hanya sekitar 160 perusahaan.

Taruna menilai maturitas adalah suatu hal yang penting, karena hal itu menunjukkan kualitas berbagai aspek dalam industri tersebut, seperti produksi, distribusi, hingga penjualan.

Apabila maturitas meningkat, katanya, maka berdampak besar dalam berbagai hal, contohnya penurunan harga obat karena produksi yang lebih banyak.

Oleh karena itu, pihaknya mendukung peningkatan maturitas tersebut dengan sejumlah upaya, seperti memotivasi dan mendampingi industri farmasi, memberikan insentif berupa percepatan perizinan, serta membangun reputasi di kancah global agar produk-produk nasional dapat dipasarkan di berbagai negara.

"Badan POM ingin ikut serta, bukan hanya ingin mengawasi di belakang meja. Kita turun ke lapangan. Kita ingin memotivasi dan mendampingi perusahaan farmasi yang 240 ini, kalau bisa bertambah, untuk memaksimalkan maturitasnya," kata Taruna. Ant

 

 

BERITA TERKAIT

Mendagri: 79 RUU Kabupaten/Kota Beri Kepastian Hukum

NERACA Jakarta - Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian mengatakan bahwa 79 Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Kabupaten/Kota memberikan kepastian hukum.…

Ssm Permudah Penegakan Hukum Fraud Impor Prekursor Farmasi - Stranas PK:

NERACA Jakarta - Koordinator Pelaksana Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK) Pahala Nainggolan mengatakan sistem Single Submission (SSm) atau Pengajuan…

Kejagung Kolaborasi dengan OJK dan Bappebti Kelola Barang Bukti Kripto

NERACA Jakarta - Kejaksaan Agung berkolaborasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) dalam tata…

BERITA LAINNYA DI Hukum Bisnis

Mendagri: 79 RUU Kabupaten/Kota Beri Kepastian Hukum

NERACA Jakarta - Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian mengatakan bahwa 79 Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Kabupaten/Kota memberikan kepastian hukum.…

Ssm Permudah Penegakan Hukum Fraud Impor Prekursor Farmasi - Stranas PK:

NERACA Jakarta - Koordinator Pelaksana Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK) Pahala Nainggolan mengatakan sistem Single Submission (SSm) atau Pengajuan…

Kejagung Kolaborasi dengan OJK dan Bappebti Kelola Barang Bukti Kripto

NERACA Jakarta - Kejaksaan Agung berkolaborasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) dalam tata…