Nilai Tambah Manufaktur Indonesia Naik Posisi di Tingkat Dunia

NERACA

Jakarta – Sektor industri manufaktur di Indonesia dinilai masih berhasil tumbuh positif, berdasarkan dari hasil beberapa data dan indikator yang telah dirilis belakangan ini oleh berbagai lembaga. Performa gemilang ini menunjukkan konsistensi dari sektor industri manufaktur yang memberikan kontribusi signfikan bagi perekonomian nasional.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan, ”ada data yang cukup menggembirakan yang dirilis oleh World Bank, yakni pada tahun 2023 lalu Indonesia berhasil masuk di posisi ke-12 Top Manufacturing Countries by Value Added di dunia, dengan nilai Manufacturing Value Added (MVA) sebesar USD255 miliar.”

Menurut Agus, posisi Indonesia tersebut mengungguli jauh dibandingkan negara Asean lainnya, seperti Thailand dan Vietnam yang nilai MVA-nya hanya setengah dari nilai MVA Indonesia. “Di tingkat global, MVA Thailand berada di posisi ke-22 dengan nilai USD128 miliar, sedangkan Vietnam berada di posisi ke-24 dengan nilai USD102 miliar,” sebut Agus.

Data yang juga membanggakan, nilai MVA Indonesia pada tahun 2023 tersebut meningkat 36,4 persen (atau senilai USD68 miliar) dari tahun 2022 yang mencapai USD187 miliar. “Hal ini menaikkan peringkat Indonesia dari peringkat ke-14 dunia di tahun 2022 menjadi peringkat ke-12 pada 2023,” imbuh Agus.

Agus mengemukakan, capaian apik Indonesia itu karena struktur manufaktur yang telah dimiliki di tanah air sudah jauh lebih dalam dan tersebar merata sehingga memiliki nilai tambah (Value Added) yang besar daripada negara-negara kompetitor lainnya di Asean atau dunia. “Untuk mempertahankan maupun meningkatkan prestasi ini, kuncinya hanya satu, yaitu industri manufaktur harus terus menerus berupaya untuk memperkuat daya saing,” tegas Agus.

Agus pun menjelaskan, berdasarkan dari hasil kunjungan kerjanya menghadiri gelaran Hannover Messe 2024 di Jerman beberapa waktu lalu, Kanselir Jerman dan Presiden Uni Eropa pada kesempatan itu menyampaikan pentingnya bagi sebuah negara untuk mampu menciptakan nilai (value creation).

“Jadi, mereka berdua mengatakan bahwa hanya negara-negara yang mampu melakukan value creation yang akan menang di dalam persaingan manufaktur global termasuk persaingan ekonomi global. Untuk itu, kita harus cepat mengeksplorasi peluang-peluang yang ada, salah satunya dengan memperkuat peran dan menggali potensi pengembangan jasa industri bagi sektor manufaktur di Indonesia,” papar Agus.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035, jasa industri merupakan salah satu sektor pendukung dalam bangun industri nasional. Selama ini jasa industri berperan strategis sebagai enabler bagi pengembangan industri secara efektif, efisien, integrator, dan komprehensif, serta mampu menunjang kegiatan sektor industri pengolahan serta sektor lainnya untuk memberikan kontribusi terhadap PDB Nasional.

“Bersama dengan lembaga dan tenaga ahli, Kementerian Perindustrian memproyeksi kontribusi jasa industri selama tahun 2015-2022 sebesar 3,35-3,75 persen terhadap PDB nasional. Di samping itu, total ekspor produk jasa Indonesia pada tahun 2022 mencapai USD23 miliar, di mana sekitar USD370 juta di antaranya merupakan maintenance and repair services,” jelas Agus.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga mencatat, kinerja cemerlang sektor industri pengolahan nonmigas tercermin pada triwulan I tahun 2024 yang tetap menjadi penyumbang PDB nasional terbesar, yaitu 17,47 persen dengan pertumbuhannya sebesar 4,64 persen, dan memberikan penerimaan pajak terbesar hingga 26,9 persen.

Selain itu, realisasi investasi sektor industri manufaktur pada periode yang sama mencapai 38,73 persen, dengan nilai Rp155,5 triliun. Di sisi ekspor, pengapalan produk industri pengolahan nonmigas pada semester I tahun 2024 mampu mencapai USD91,65 miliar atau setara 73,27 persen dari total ekspor nasional, dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 18,82 juta.

Lebih lanjut, sektor manufaktur pada bulan Juni 2024 masih menunjukkan kinerja positif, ditunjukkan oleh ekspansi Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur sebesar 50,7 yang bertahan selama 34 bulan berturut-turut. Hingga Juni 2024, sektor manufaktur masih menunjukkan kinerja yang positif.

Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif menggaris bawahi laporan S&P Global yang menyebutkan bahwa pertumbuhan sektor manufaktur kehilangan momentum pada Juni 2024. Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan yang lebih lambat pada output, permintaan baru, dan penjualan. Kondisi tersebut juga memengaruhi kepercayaan diri terhadap output 12 bulan mendatang, yang tidak bergerak dari posisi terendah seperti bulan Mei lalu dan satu di antara yang terendah dalam rekor (rapat koordinasi).

“Sektor industri saat ini memang sudah masuk ke kondisi alarming. Para pelaku industri menurun optimismenya terhadap perkembangan bisnis mendatang. Hal ini dipengaruhi oleh melemahnya pertumbuhan pesanan baru yang dipengaruhi oleh kondisi pasar, restriksi perdagangan di negara lain, juga regulasi yang kurang mendukung,” papar Febri.

 

BERITA TERKAIT

ISF 2024, Momen Penting untuk Aksi Keberlanjutan Global

NERACA Jakarta – Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2024 resmi dibuka hari ini di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta (5/9), menandai…

Optimasliasi Blok Migas Sanggup Kerek Produktivitas

NERACA Bali – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia tengah mempersiapkan langkah strategis untuk mengoptimalkan potensi melimpah…

Indonesia Tawarkan Hilirisasi Batubara ke Tiongkok

NERACA Bali – Pemerintah Indonesia menawarkan ke Tiongkok untuk mengembangkan dan peningkatan nilai tambah (PNT) batubara dalam bentuk produk lain,…

BERITA LAINNYA DI Industri

ISF 2024, Momen Penting untuk Aksi Keberlanjutan Global

NERACA Jakarta – Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2024 resmi dibuka hari ini di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta (5/9), menandai…

Optimasliasi Blok Migas Sanggup Kerek Produktivitas

NERACA Bali – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia tengah mempersiapkan langkah strategis untuk mengoptimalkan potensi melimpah…

Indonesia Tawarkan Hilirisasi Batubara ke Tiongkok

NERACA Bali – Pemerintah Indonesia menawarkan ke Tiongkok untuk mengembangkan dan peningkatan nilai tambah (PNT) batubara dalam bentuk produk lain,…