Industri MICE Jadi Andalan Pariwisata Indonesia

NERACA

Bali – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengungkapkan bahwa industri MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions) menjadi salah satu industri andalan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dalam tiga tahun berturut-turut.

Sandiaga dalam MICE to Meet You yang berlangsung di Black Stone Yacht Beach Club Marina Benoa, Bali, mengungkapkan hal ini tidak lepas dari peran Indonesia saat menjadi tuan rumah dari sederet event bergengsi dunia. Indonesia di antaranya menjadi tuan rumah mulai dari KTT G20, Keketuaan ASEAN, World Water Forum 2024, World Conference on Creative Economy (WCCE) hingga High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF-MSP) 2024 dan Indonesia-Africa Forum (IAF) ke-2 tahun 2024.

“Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berjuang sehingga kita ada di titik ini. Bersyukur bahwa Bali melalui kepulihan yang lebih cepat dari perkiraan sebelumnya tahun 2025. Tapi sekarang dari angka dan kualitas ternyata Bali sudah mencapai titik di atas angka sebelum pandemi. Dan MICE ini menjadi andalan dalam tiga tahun berturut-turut,” ujar Sandiaga.

Sandiaga mengungkapkan kedatangan di pintu internasional sendiri menunjukkan angka positif, yang terus meningkat antara 15 sampai 20 persen. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan wisatawan mancanegara sudah mencapai 7,7 juta dan 45 persen di antaranya masuk ke Bali.

“Ini menunjukkan pariwisata Indonesia stabil, jauh dari angka sebelum pandemi,” kata Sandiaga.

MICE Indonesia berada di posisi ke-4 di kawasan Asia Tenggara, dan Bali masih menjadi salah satu destinasi MICE pilihan untuk berbagai penyelenggaraan event international, bahkan masuk ke dalam top 3 negara tujuan perjalanan insentif se-Asia Pasifik.

Kendati demikian, pemerintah pusat maupun Pemerintah Daerah Bali serta pihak terkait lainnya, terus berupaya memetakan persoalan yang terjadi di Bali. Salah satunya berkaitan dengan penyebaran wisatawan ke Bali Utara, Bali Timur, dan Bali Barat.

Hal tersebut dilakukan guna mengupayakan kesejahteraan yang lebih merata di seluruh wilayah Bali, juga menghindari terjadinya overtourism di wilayah Bali Selatan.

Salah satu yang menjadi hambatan adalah aksesibilitas terutama infrastruktur jalan yang belum mendukung mobilisasi pengunjung dari Bali Selatan ke bagian Bali lainnya. Karena itu, Sandiaga berupaya melakukan tiga pendekatan dari mulai short term yang menekankan pada penggunaan fast boat untuk menjangkau Bali Utara, Timur, dan Barat dari Banyuwangi.

“Kemudian medium term berupa pembangunan jalan tol agar bisa mengkoneksikan Bali Selatan ke Bali Utara. Dan untuk jangka panjang saya pikir ini waktunya memikirkan tentang bandara baru untuk mengatasi beberapa persoalan,” ujar Sandiaga.

“Tentunya pariwisata di Bali tetap akan berbasis pada pariwisata budaya, berkearifan adat dan istiadat, berbasis komunitas, tapi kita juga perlu memeratakan penyebaran pengunjung ke seluruh Pulau Bali,” tambah Sandiaga.

Sebelumnya, Deputi Bidang Produk Wisata Dan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kemenparekraf/Baparekraf, Vinsensius Jemadu juga memaparkan bahwa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) mendorong para pelaku industri MICE agar mulai menerapkan pilar-pilar keberlanjutan dalam setiap penyelenggaraan kegiatannya sehingga menghadirkan layanan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif yang semakin inklusif dan berkualitas.

Seperti diketahui saat ini isu keberlanjutan menjadi perhatian para musisi dunia dan pihak manajemen dalam menggelar konser.

"Bahkan artis-artis kelas dunia ini bisa juga tidak perlu dibayar dalam tur dunianya selama mereka mengetahui atau mereka bisa diyakinkan jika kita benar-benar menerapkan prinsip keberlanjutan. Karena isu lingkungan sudah menjadi concern global," kata Vinsensius.

Vinsensius memberikan contoh salah satu konser yang digelar di Afrika. Dimana tiket konser diberikan secara gratis dengan kompensasi para penonton diajak untuk bersama-sama membersihkan sampah yang ada di pantai.

"Mungkin praktik-praktik seperti ini juga bisa kita terapkan di Indonesia. Karena isu soal sampah juga sekarang sudah sangat sensitif dan sangat kritis bagi negara kita. Jadi mudah-mudahan teman-teman pelaku industri event bisa mulai memikirkan bagaimana dalam setiap penyelenggaraan event ini betul-betul bisa menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan," ujar Vinsensius.

Hal tersebut penting menjadi perhatian dari para pelaku karena kehadiran sebuah event sendiri memberikan dampak yang sangat dirasakan oleh masyarakat baik secara ekonomi maupun penciptaan lapangan pekerjaan.

 

 

 

BERITA TERKAIT

19 Tahun Pertamina EP, Perkuat Ketahanan Energi Negeri

NERACA  Jakarta – Sebagai produsen minyak mentah terbesar ketiga dan kontributor kedua produksi gas bumi nasional, Pertamina EP bertekad terus…

PIS Perkuat Logistik Nasional

NERACA Bali – Pertamina International Shipping (PIS) membeberkan kunci utama dalam menjawab tantangan logistik di Indonesia. Logistik yang efektif dan…

Industri Alas Kaki Dalam Negeri Terus Dikembangkan

NERACA Sidoarjo – Industri alas kaki lokal kini semakin diminati oleh pasar dalam negeri maupun pasar global. Berbagai jenama lokal…

BERITA LAINNYA DI Industri

19 Tahun Pertamina EP, Perkuat Ketahanan Energi Negeri

NERACA  Jakarta – Sebagai produsen minyak mentah terbesar ketiga dan kontributor kedua produksi gas bumi nasional, Pertamina EP bertekad terus…

PIS Perkuat Logistik Nasional

NERACA Bali – Pertamina International Shipping (PIS) membeberkan kunci utama dalam menjawab tantangan logistik di Indonesia. Logistik yang efektif dan…

Industri Alas Kaki Dalam Negeri Terus Dikembangkan

NERACA Sidoarjo – Industri alas kaki lokal kini semakin diminati oleh pasar dalam negeri maupun pasar global. Berbagai jenama lokal…