Jakarta – Pandemi Covid-19 tidak dipungkiri telah memengaruhi kondisi perekonomian Indonesia, antara lain dampak yang dirasakan adalah disrupsi pada rantai pasok. Salah satu langkah strategis pemerintah untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional (PEN) saat ini, yaitu dengan dukungan interkoneksi rantai pasok secara digital.
NERACA
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, dalam menjalankan program dan kebijakan untuk pengembangan sektor industri, dibutuhkan interkoneksi rantai pasok melalui ekosistem yang terhubung secara digital sesuai visi industri 4.0.
Saling terhubungnya rantai pasok dengan faktor-faktor pendukung tersebut diyakini dapat berperan meningkatkan utilitas industri manufaktur dalam negeri. “Untuk itu, Kemenperin akan memfasilitasi produsen dan konsumen dalam negeri untuk bersama-sama membangun connected ecosystems,” ujar Achmad.
Achmad menyebutkan, beberapa manfaat ekosistem yang terkoneksi, antara lain adalah menciptakan sistem pengadaan barang dan jasa yang transparan dan akuntabel di BUMN dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) serta mendorong kolaborasi inovasi untuk peningkatan kualitas produk dan efisiensi proses.
Selain itu, sebagai referensi bagi pemerintah daerah dalam membeli produk dalam negeri, dan bagi masyarakat untuk membeli produk dalam negeri di berbagai marketplace. “Pemerintah juga akan mendapatkan akses big data katalog produk Indonesia serta meningkatkan Service Level Agreement (SLA) untuk pelayanan yang lebih cepat dan akuntabel,” jelas Achmad.
Lebih lanjut, menurut Achmad Ekosistem terkoneksi juga dapat menghubungkan industri kecil dan menengah (IKM) dengan berbagai marketplace komersial. “Dengan makin terkoneksinya sektor industri, pelaku IKM punya kesempatan yang makin luas untuk memasarkan produknya dengan cara yang mudah dan efisien,” ungkap Achmad.
Untuk itu, Achmad berharap agar para pemangku kepentingan terkait dapat memanfaatkan interkoneksi ini, antara lain Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP), serta marketplace.
“Kami ingin interkoneksi pelayanan pengadaan barang dan jasa antarlembaga bisa diwujudkan melalui Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS), sehingga semua data kebutuhan barang dan jasa yang ada di K/L bisa dihubungkan dengan sistem e-katalog sektoral yang sedang kita bangun,” papar Achmad.
Tiga target
Sellain itu, Achmad menjelaskan, upaya peningkatan produktivitas di sektor industri dalam masa pandemi telah dilakukan dengan pendekatan yang memprioritaskan penerapan protokol kesehatan. “Tentu kita harapkan ekonomi nasional tumbuh lebih besar lagi, karena kita lihat dari tahun 2016-2019, pertumbuhan ekonomi kita selalu positif,” ujar Achmad.
Achmad juga menjelaskan, tiga target yang ingin dicapai dalam pemulihan ekonomi, yakni Indonesia Sehat, Indonesia Bekerja, dan Indonesia Tumbuh.
Ketiganya merupakan suatu kesatuan, karena masyarakat yang sehat dapat bekerja dan meningkatkan konsumsi. Hal tersebut dinilai dapat memacu peningkatan utilitas dan memulihkan produktivitas, serta membuka kesempatan kerja dan mencegah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
“Kemudian, Indonesia Tumbuh berorientasi pada pemulihan dan pertumbuhan ekonomi, yang didukung dengan transformasi ekonomi dan perubahan sosial, salah satunya kita rasakan dengan dukungan teknologi digital yang meningkatkan efisiensi kerja,” jelas Achmad.
Sebelumnya, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi mengakui bahwa transformasi industri 4.0 ini memberikan keuntungan bagi perusahaan industri dengan menurunkan biaya dan down-time, meningkatkan kinerja mesin dan peralatan, meningkatkan kecepatan operasi produksi dan kualitas produk, serta compatible dengan protokol kesehatan.
Sehingga dalam hal ini selama pandemi Covid-19, Kemenperin aktif melakukan sosialisasi awarenesskepada para stakeholder industri agar tetap produktif dengan industri 4.0, di antaranya melalui penyelenggaraanassesmentIndonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0)secara online guna mengakselerasi pelaku industri untuk dapat bertransformasi menuju industri 4.0.
“Sekitar 500 perusahaan industri telah terlibat dalam assesment INDI 4.0 dan proses transformasi industri 4.0 di tahun 2019,” ungkap Doddy.
Menurut Doddy, INDI 4.0 yang telah diluncurkan tahun 2019 tersebut, merupakan alat untuk mengukur kesiapan industri dalam bertransformasi menuju industri 4.0.
INDI 4.0 yang merupakan indeks acuan bagi industri dan pemerintah dalam mengukur tingkat kesiapanindustri untuk bertransformasi menuju industri 4.0 di Indonesia yang terdiri dari lima pilar (pilarmanajemen dan organisasi, pilar orang dan budaya, pilar produk dan layanan, pilar teknologi dan pilaroperasi pabrik).
“Pada INDI 4.0 terdapat lima level, yaitu level nol hingga level empat yang menunjukkankesiapan industri dalam menerapkan industri 4.0,” tutur Doddy.
Produksi Minyak 2024 Capai 54,2 MBOPD Jakarta - Sepanjang 2024, Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina mencatat kinerja operasional migas positif.…
Water Management, Salah Satu Kunci Tingkatkan Produktivitas Padi Ogan Ilir – Dalam kunjungan kerja Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto ke…
Pemanfaatan DAK Dongkrak Kapasitas Produksi Sentra IKM Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bertekad untuk terus mengembangkan sentra industri kecil dan…
Produksi Minyak 2024 Capai 54,2 MBOPD Jakarta - Sepanjang 2024, Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina mencatat kinerja operasional migas positif.…
Water Management, Salah Satu Kunci Tingkatkan Produktivitas Padi Ogan Ilir – Dalam kunjungan kerja Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto ke…
Pemanfaatan DAK Dongkrak Kapasitas Produksi Sentra IKM Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bertekad untuk terus mengembangkan sentra industri kecil dan…