NERACA
Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengemukakan bahwa pembekuan sementara perdagangan (trading halt) dapat dilakukan jika indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam.”Ada aturan yang menyatakan kalau market mengalami penurunan sampai batas tertentu dalam beberapa hari, maka Otoritas Jasa Keuangan OJK bisa menghentikan perdagangan,”kata Direktur BEI, Samsul Hidayat di Jakara, kemarin.
Dirinya mengemukakan bahwa dalam peraturan pasar modal, OJK memiliki wewenang untuk melakukan itu, salah satunya jika terjadi "force majeure" atau pasar saham mengalami penurunan hingga ke level yang telah ditetapkan. Menurutnya, penghentian perdagangan dilakukan untuk mencegah pasar yang panik dan melindungi investor dari kerugian lebih besar. Trading halt dapat dilakukan jika IHSG mengalami pelemahan hingga 10%.
Dalam surat keputusan Direksi BEI, Nomor Kep-00366/BEI/05-2012 mengenai Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia Dalam Kondisi Darurat, disebutkan klasifikasi kondisi darurat dan tindakan yang dilakukan oleh bursa, diantaranya IHSG mengalami penurunan lebih dari 10%. Jika terjadi, "trading halt" dilakukan selama 30 menit.
Kemudian, jika IHSG tetap mengalami penurunan hingga mencapai lebih dari 15% setelah "trading halt" dilakukan. BEI melakukan tindakan "trading suspend" sampai akhir sesi perdagangan atau lebih dari satu sesi perdagangan setelah mendapat persetujuan OJK. Sementara itu, Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities, Nico Omer Jonckheere mengatakan bahwa koreksi IHSG yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini bersifat sementara, hanya terkena dampak dari global.”Diharapkan adanya harapan positif berupa laporan laba perusahaan, menjadi penopang bagi apresiasi IHSG,”ujarnya.
Mengakhiri perdagangan saham di BEI Jum’at akhir pekan kemarin, IHSG ditutup melemah 39,11 poin atau 0,59% menjadi 6.505,52, sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 5,41 poin (0,49%) menjadi 1.097,66.
Analis Reliance Sekuritas Indonesia, Lanjar Nafi mengatakan bahwa IHSG bergerak melemah seiring dengan mayoritas bursa saham eksternal menyusul imbal hasil selain saham di Amerika Serikat (AS) mengalami peningkatan.”Investor saham belum merasa nyaman dengan kenaikan imbal hasil-imbal hasil di AS," jelasnya.
Dia menambahkan bahwa harga komoditas dunia yang mengalami tekanan turut memberi dampak negatif bagi saham-saham sektor pertambangan di BEI. Di sisi lain, investor asing yang kembali melanjutkan aksi lepas saham turut menjadi sentimen negatif bagi IHSG. Berdasarkan data BEI, investor asing membukukan jual bersih atau "foreign net sell" sebesar Rp1,76 triliun pada Jumat (9/2) ini. Saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan Astra International Tbk (ASII) menjadi salah satu saham yang paling banyak dijual asing.
NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal tahun 2025, indeks harga saham gabungan (IHSG),…
NERACA Jakarta- Tingkatkan efisiensi bisnis, PT Madusari Murni Indah Tbk (MOLI) mengumumkan telah melakukan penggabungan atau merger atas dua anak…
NERACA Jakarta -Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen dorong pertumbuhan kontribusi pasar modal terhadap produk domestik bruto (PDB) dengan perkuat ekosistem…
NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal tahun 2025, indeks harga saham gabungan (IHSG),…
NERACA Jakarta- Tingkatkan efisiensi bisnis, PT Madusari Murni Indah Tbk (MOLI) mengumumkan telah melakukan penggabungan atau merger atas dua anak…
NERACA Jakarta -Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen dorong pertumbuhan kontribusi pasar modal terhadap produk domestik bruto (PDB) dengan perkuat ekosistem…