NERACA
Jakarta – PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) mengajukan dokumen pembubaran (likuidasi) anak usahanya, yaitu Soltius Asia Pte Ltd, kepada Inland Revenue Authority of Singapore (IRAS). Dokumen itu disampaikan pada 4 Januari 2016. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.
Sekretaris Perusahaan Metrodata Electronics, Randy Kartadinata bilang, likuidasi tersebut berdasarkan keputusan pemegang saham Soltius Asia pada 27 Agustus 2015. Anak-anak usaha Soltius Asia, yaitu Soltius (Thailand) Company Ltd dan Pinna Company Ltd telah menyelesaikan proses likuidasinya pada 8 September 2015.
Menurutnya, proses likuidasi Soltius Asia dan anak-anak perusahaan tidak mempengaruhi pendapatan perseroan, karena perusahaan tersebut sudah tidak beroperasi. Sementara itu, Metrodata Electronics membangun gudang (warehouse), serta pabrik perakitan telelon seluler (ponsel) di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Pembiayaan proyek ini diambil dari belanja modal (capital expenditure/capex) tahun lalu sebesar Rp 210 miliar.
Direktur Independen Metrodata Electronics Randy Kartadinata pernah mengatakan, perseroan mengalokasikan senilai Rp 105 miliar belanja modal untuk pembelian tanah pergudangan. Dana sebesar Rp 100 miliar akan dimanfaatkan untuk membiayai pembelian aset teknologi informasi (TI) yang disewakan dan sisanya Rp 5 miliar untuk peningkatan server.
Menurut dia, sebanyak 70% belanja modal bersumber dari pinjaman bank dan sisanya sekitar 30% berasal dari kas internal. Sesuai rencana, President Director PT Synnex Metrodata Indonesia Agus Honggo Widodo mengungkapkan, pabrik perakitan ponsel tersebut akan digunakan untuk merakit ponsel merek Fortis. Perseroan juga membuka kemungkinan untuk merakit ponsel jenis lainnya. “Kami sudah berpengalaman merakit personal computer (PC). Jadi, bisnis merakit perangkat TI ini bukan hal yang baru,” jelas dia.
Disebutkan, pabrik perakitan (assembling) ponsel tersebut mampu memproduksi sekitar 50 ribu unit ponsel per bulannya. Dimana investasi pembangunan pabrik tersebut menelan biaya sekitar Rp 600 juta. Kata Agus Hanggo, langkah perseroan membuka pabrik perakitan dalam rangka memenuhi keluarnya aturan kandungan lokal untuk smartphone 4G dari pemerintah.
Sementara Direktur Utama Metrodata Susanto Djaja menambahkan perseroan memberikan perhatian kepada produk smartphone karena mampu menjadi penopang pertumbuhan penjualan di tengah rendahnya daya beli. "Kita coba siasati menurunnya daya beli akibat nilai tukar rupiah. Salah satunya dengan lebih menggenjot penjualan smartphone," pungkasnya.
Tahun lalu, Metrodata menargetkan kenaikan pendapatan menjadi Rp 9,67 triliun, dibandingkan realisasi tahun sebelumnya Rp 8,44 triliun. Sebanyak 75% pendapatan diharapkan berasal dari bisnis distribusi, 20% disumbangkan dari solusi TI, dan sisanya jasa konsultasi serta retail. Sedangkan laba bersih tahun lalu diharapkan bertumbuh sebesar 11,32% menjadi Rp 200 miliar. (bani)
NERACA Jakarta – Danai pengembangan bisnisnya, pengelola rumah sakit swasta DKH Hospitals PT Cipta Sarana Medika Tbk. (DKHH) berencana melakukan…
NERACA Jakarta -UBS Securites menaikkan peringkat pasar saham Indoensia dari neutral menjadi overweight. Kenaikan tersebut menggambarkan valuasi pasar saham Indonesia…
Tahun ini, PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL) berencana ekspansi dengan membangun dua rumah sakit baru pada 2025. Direktur Keuangan HEAL, Yulisar Khiat mengatakan bahwa…
NERACA Jakarta – Danai pengembangan bisnisnya, pengelola rumah sakit swasta DKH Hospitals PT Cipta Sarana Medika Tbk. (DKHH) berencana melakukan…
NERACA Jakarta -UBS Securites menaikkan peringkat pasar saham Indoensia dari neutral menjadi overweight. Kenaikan tersebut menggambarkan valuasi pasar saham Indonesia…
Tahun ini, PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL) berencana ekspansi dengan membangun dua rumah sakit baru pada 2025. Direktur Keuangan HEAL, Yulisar Khiat mengatakan bahwa…