NERACA
Jakarta – Performance kinerja saham diproyeksikan masih tumbuh. Dimana indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup turun 8,04% pada akhir Maret 2025, dibandingkan awal tahun ini (year to date/ytd). Meski turun kinerja pasar saham Indonesia sepanjang tiga bulan pertama 2025 masih tangguh atau resiliensi,“Di tengah sentimen terhadap kondisi perekonomian global, kinerja pasar saham domestik pada kuartal I-2025 menunjukkan resiliensi,”kata Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar di Jakarta, kemarin.
Namun jika dibandingkan awal Maret 2025 (month to date/mtd), kinerja IHSG naik 3,83% pada 27 Maret 2025 ke level 6.510,62. Nilai kapitalisasi pasar (market cap) di BEI pada penutupan kuartal I-2025 pun tercatat sebesar Rp 11.126 triliun atau naik 2,27% (mtd) namun turun 9,8% bila dibandingkan jumlah awal tahun (ytd).
Penurunan market cap pasar modal domestik, salah satunya disebabkan aksi jual (net sell) oleh investor asing yang tercatat mencapai Rp 8,02 triliun sepanjang Maret 2025 dan Rp 29,92 triliun pada kuartal pertama tahun ini.“Pascalibur Lebaran 2025, pasar saham domestik sempat mengalami volatilitas yang tinggi sehingga bursa melakukan trading halt sementara pada hari pertama (perdagangan), 8 April 2025. Namun demikian, tekanan telah berkurang signifikan,” tegas Mahendra.
Mengutip data BEI, IHSG telah menunjukkan perkembangan positif dan ditutup pada level 6.634,37 pada 23 April 2025 dengan nilai kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp 11.354 triliun. Level ini bahkan lebih baik jika dibandingkan posisi sebelum libur Lebaran 2025 sehingga mencatatkan penurunan yang lebih kecil, menjadi 6,29% (ytd) kemarin.
Di samping itu, jumlah penghimpunan dana di pasar modal pada kuartal I-2025 juga dianggap masih dalam tren positif. Tercatat nilai penawaran umum mencapai Rp 59,83 triliun, dengan Rp 3,24 triliun di antaranya merupakan fundraising dari lima emiten baru. Sementara itu, masih terdapat 77 perusahaan yang antre atau masuk dalam pipeline penawaran umum dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp 54,09 triliun.
Sebagai respons terhadap meningkatnya volatilitas di pasar keuangan global yang berdampak terhadap dinamika pasar domestik, OJK mengambil langkah-langkah kebijakan yang diperlukan guna menjaga stabilitas pasar. Adapun beberapa langkah kebijakan yang telah ditempuh, antara lain menerbitkan kebijakan pelaksanaan pembelian kembali (buyback) saham yang dikeluarkan oleh perusahaan terbuka.
Dalam kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan, aksi korporasi ini boleh dilakukan tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). OJK juga memberi instruksi kepada BEI untuk menunda implementasi pembiayaan transaksi short selling oleh perusahaan efek, sekitar enam bulan atau sampai September 2025.
Terakhir, OJK juga telah menyesuaikan batasan trading halt pada saat penurunan IHSG yang signifikan, pemberlakuan asymmetric auto rejection saham, serta koordinasi erat dengan para pemangku kepentingan.
Perluas penetrasi pasar dan layanan di Indonesia, BytePlus, penyedia global solusi berbasis cloud dan kecerdasan buatan (AI) resmi menggandeng PT…
Genjot pertumbuhan penjualan pasca diluncurkan di Jakarta, tahun lalu, Ecovacs dan Tineco menyelenggarakan roadshow di kota Bandung dengan tema Athletic…
NERACA Jakarta – Danai pengembangan bisnisnya, pengelola rumah sakit swasta DKH Hospitals PT Cipta Sarana Medika Tbk. (DKHH) berencana melakukan…
Perluas penetrasi pasar dan layanan di Indonesia, BytePlus, penyedia global solusi berbasis cloud dan kecerdasan buatan (AI) resmi menggandeng PT…
Genjot pertumbuhan penjualan pasca diluncurkan di Jakarta, tahun lalu, Ecovacs dan Tineco menyelenggarakan roadshow di kota Bandung dengan tema Athletic…
NERACA Jakarta – Danai pengembangan bisnisnya, pengelola rumah sakit swasta DKH Hospitals PT Cipta Sarana Medika Tbk. (DKHH) berencana melakukan…