Februari 2025, Impor Indonesia Capai USD18,86 Miliar

Februari  2025, Impor Indonesia Capai USD18,86 Miliar
Jakarta – Februari 2025, impor Indonesia tercatat sebesar USD18,86 miliar. Nilai ini naik 5,18  persen dibandingkan Januari 2025 (MoM) dan naik 2,30 persen dibandingkan Februari 2024  (YoY). Bila dibandingkan dengan Januari 2025, kenaikan impor Februari 2025 terjadi baik pada sektor nonmigas sebesar 3,52 persen maupun pada migas sebesar 15,50 persen (MoM). Secara  tahunan, impor nonmigas naik sebesar 3,47 persen sementara impor migas turun 3,77 persen (YoY). 
Menteri Perdagangan Budi Santoso memaparkan, kinerja impor Februari 2025 masih didominasi bahan baku/penolong dengan pangsa 73,90 persen, diikuti barang modal 18,31 persen dan barang konsumsi 7,79 persen. 
Pada Februari 2025, impor bahan baku/penolong dan barang modal meningkat masing-masing sebesar 7,44 persen dan 4,13 persen (MoM). Kenaikan impor tersebut sejalan dengan perkembangan industri manufaktur yang sedang ekspansif yang terlihat dari naiknya Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia di Februari 2025 menjadi 53,6. 
Di sisi lain, impor barang konsumsi justru tercatat turun 10,61 persen (MoM). Penurunan daya beli, yang diindikasikan oleh melemahnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari 127,2 pada Januari 2025 menjadi 126,4 pada Februari 2025, merupakan salah satu faktor turunnya impor barang konsumsi. Bahan baku/penolong yang impornya naik signifikan, antara lain, logam mulia, minyak mentah, batu bara, bijih besi, dan gandum.  
Sementara itu, impor barang modal yang naik tinggi adalah ponsel pintar,instrumen navigasi, personal computer, dan kendaraan pengangkut barang. Di sisi lain, impor barang konsumsi yang  turun adalah daging lembu beku, beras, jeruk mandarin, apel, dan cabai kering.
Beberapa produk impor nonmigas dengan kenaikan tertinggi pada Februari 2025 ini, antara lain, logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71) sebesar 110,26 persen; bijih logam, terak, dan abu (HS 26) 88,86 persen; bahan bakar mineral (HS 27) 78,65 persen; gula dan kembang gula (HS 17) 49,24 persen; sertaperangkat optik, fotografi, dan sinematografi (HS 90) 46,18 persen (MoM).
 Berdasarkan negara asal,  impor  nonmigas  Indonesia  didominasi  Tiongkok,  Jepang,  dan  Thailand dengan total pangsa 51,12 persen dari total impor nonmigas Februari 2025. Beberapa negara asal impor nonmigas dengan kenaikan tertinggi, diantaranya adalah Argentina 150,68  persen,  Swiss 140,77 persen, Arab Saudi 79,48 persen, Australia 73,59 persen, dan Turki 63,78 persen (MoM). 
Secara kumulatif untuk  periode Januari—Februari 2025, total impor mencapai USD36,80 miliar, turun 0,36 persen (CtC). Penurunan impor tersebut dipicu penurunan impor migas sebesar 5,77 persen, sementara impor nonmigas naik sebesar 0,62 persen (CtC).
Sebelumya, Januari 2025, impor Indonesia tercatat sebesar USD18,00 miliar. Nilai ini turun 15,18  persen dibandingkan Desember 2024 (MoM) dan turun 2,67 persen dibandingkan Januari 2024 (YoY).   Bila dibandingkan secara bulanan dengan Desember 2024, penurunan impor Januari 2025 terjadi pada  sektor nonmigas sebesar 13,43 persen dan migas sebesar 24,69 persen (MoM). Secara tahunan, baik impor nonmigas maupun migas turun masing-masing 1,76 persen dan 7,99 persen (YoY).
kinerja impor Januari 2025 masih didominasi bahan baku dan penolong dengan pangsa 72,43 persen, diikuti barang modal 18,43 persen, dan barang konsumsi 9,14 persen.
“Pada Januari 2025, hanya impor barang modal yang meningkat secara tahunan sebesar 1,74 persen (YoY). Di sisi lain, impor barang konsumsi turun 7,16 persen serta bahan baku dan penolong turun 3,15 persen (YoY),” ungkap Menteri Perdagangan, Budi Santoso.
Barang modal yang impornya naik signifikan, antara lain, mesin moulding, oven, elevator dan konveyor pneumatik, tank, dan komponen ponsel. 
Sementara itu, impor bahan baku dan penolong yang turun paling dalam adalah jagung, bijih besi, ban, besi atau baja bukan paduan setengah jadi, dan broken riceuntuk pakan ternak. Kemudian, impor barang konsumsi yang juga turun adalah beras, pendingin ruangan, popok dan pad, mentega, dan bensin.
Sementara itu, berdasarkan catatan akhir tahun Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada bulan Desember 2024 masih bertahan pada posisi ekspansi, yaitu sebesar 52,93. Angka tersebut turun 0,02 poin dibandingkan dengan bulan November 2024 dan meningkat 1,61 poin dibandingkan dengan Desember 2023. Namun turunya angka tersebut tanpa sebab, turunnya IKI pada bulan Desember 2024 dikarenakan banjirnya impor. 
Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif  mengungkapkan, “posisi IKI bulan Desember ini ditopang oleh terjadinya ekspansi 19 subsektor dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) Industri Manufaktur Nonmigas Triwulan II 2024 sebesar 90,5 persen.” 
NERACA

NERACA

Jakarta – Februari 2025, impor Indonesia tercatat sebesar USD18,86 miliar. Nilai ini naik 5,18  persen dibandingkan Januari 2025 (MoM) dan naik 2,30 persen dibandingkan Februari 2024  (YoY). Bila dibandingkan dengan Januari 2025, kenaikan impor Februari 2025 terjadi baik pada sektor nonmigas sebesar 3,52 persen maupun pada migas sebesar 15,50 persen (MoM). Secara  tahunan, impor nonmigas naik sebesar 3,47 persen sementara impor migas turun 3,77 persen (YoY). 

Menteri Perdagangan Budi Santoso memaparkan, kinerja impor Februari 2025 masih didominasi bahan baku/penolong dengan pangsa 73,90 persen, diikuti barang modal 18,31 persen dan barang konsumsi 7,79 persen. 

Pada Februari 2025, impor bahan baku/penolong dan barang modal meningkat masing-masing sebesar 7,44 persen dan 4,13 persen (MoM). Kenaikan impor tersebut sejalan dengan perkembangan industri manufaktur yang sedang ekspansif yang terlihat dari naiknya Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia di Februari 2025 menjadi 53,6. 

Di sisi lain, impor barang konsumsi justru tercatat turun 10,61 persen (MoM). Penurunan daya beli, yang diindikasikan oleh melemahnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari 127,2 pada Januari 2025 menjadi 126,4 pada Februari 2025, merupakan salah satu faktor turunnya impor barang konsumsi. Bahan baku/penolong yang impornya naik signifikan, antara lain, logam mulia, minyak mentah, batu bara, bijih besi, dan gandum.  

Sementara itu, impor barang modal yang naik tinggi adalah ponsel pintar,instrumen navigasi, personal computer, dan kendaraan pengangkut barang. Di sisi lain, impor barang konsumsi yang  turun adalah daging lembu beku, beras, jeruk mandarin, apel, dan cabai kering.

Beberapa produk impor nonmigas dengan kenaikan tertinggi pada Februari 2025 ini, antara lain, logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71) sebesar 110,26 persen; bijih logam, terak, dan abu (HS 26) 88,86 persen; bahan bakar mineral (HS 27) 78,65 persen; gula dan kembang gula (HS 17) 49,24 persen; sertaperangkat optik, fotografi, dan sinematografi (HS 90) 46,18 persen (MoM).

 Berdasarkan negara asal,  impor  nonmigas  Indonesia  didominasi  Tiongkok,  Jepang,  dan  Thailand dengan total pangsa 51,12 persen dari total impor nonmigas Februari 2025. Beberapa negara asal impor nonmigas dengan kenaikan tertinggi, diantaranya adalah Argentina 150,68  persen,  Swiss 140,77 persen, Arab Saudi 79,48 persen, Australia 73,59 persen, dan Turki 63,78 persen (MoM). 

Secara kumulatif untuk  periode Januari—Februari 2025, total impor mencapai USD36,80 miliar, turun 0,36 persen (CtC). Penurunan impor tersebut dipicu penurunan impor migas sebesar 5,77 persen, sementara impor nonmigas naik sebesar 0,62 persen (CtC).

Sebelumya, Januari 2025, impor Indonesia tercatat sebesar USD18,00 miliar. Nilai ini turun 15,18  persen dibandingkan Desember 2024 (MoM) dan turun 2,67 persen dibandingkan Januari 2024 (YoY).   Bila dibandingkan secara bulanan dengan Desember 2024, penurunan impor Januari 2025 terjadi pada  sektor nonmigas sebesar 13,43 persen dan migas sebesar 24,69 persen (MoM). Secara tahunan, baik impor nonmigas maupun migas turun masing-masing 1,76 persen dan 7,99 persen (YoY).

kinerja impor Januari 2025 masih didominasi bahan baku dan penolong dengan pangsa 72,43 persen, diikuti barang modal 18,43 persen, dan barang konsumsi 9,14 persen.

“Pada Januari 2025, hanya impor barang modal yang meningkat secara tahunan sebesar 1,74 persen (YoY). Di sisi lain, impor barang konsumsi turun 7,16 persen serta bahan baku dan penolong turun 3,15 persen (YoY),” ungkap Menteri Perdagangan, Budi Santoso.

Barang modal yang impornya naik signifikan, antara lain, mesin moulding, oven, elevator dan konveyor pneumatik, tank, dan komponen ponsel. 

Sementara itu, impor bahan baku dan penolong yang turun paling dalam adalah jagung, bijih besi, ban, besi atau baja bukan paduan setengah jadi, dan broken riceuntuk pakan ternak. Kemudian, impor barang konsumsi yang juga turun adalah beras, pendingin ruangan, popok dan pad, mentega, dan bensin.

Sementara itu, berdasarkan catatan akhir tahun Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada bulan Desember 2024 masih bertahan pada posisi ekspansi, yaitu sebesar 52,93. Angka tersebut turun 0,02 poin dibandingkan dengan bulan November 2024 dan meningkat 1,61 poin dibandingkan dengan Desember 2023. Namun turunya angka tersebut tanpa sebab, turunnya IKI pada bulan Desember 2024 dikarenakan banjirnya impor. 

Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif  mengungkapkan, “posisi IKI bulan Desember ini ditopang oleh terjadinya ekspansi 19 subsektor dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) Industri Manufaktur Nonmigas Triwulan II 2024 sebesar 90,5 persen.” 

 

 

BERITA TERKAIT

Serapan Gabah Meningkat Pesat Dibanding Tahun 2024

Serapan Gabah Meningkat Pesat Dibanding Tahun 2024 Palangka Raya –Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa gerak cepat pemerintah…

Kementerian Bersinergi Berdayakan Masyarakat Lewat Wirausaha

Kementerian Bersinergi Berdayakan Masyarakat Lewat Wirausaha Jakarta - Kementerian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berkolaborasi dengan Kementerian Sosial (Kemensos)…

Ikan Budidaya Segera Masuk Pasar Arab Saudi

Ikan Budidaya Segera Masuk Pasar Arab Saudi Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Serapan Gabah Meningkat Pesat Dibanding Tahun 2024

Serapan Gabah Meningkat Pesat Dibanding Tahun 2024 Palangka Raya –Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa gerak cepat pemerintah…

Kementerian Bersinergi Berdayakan Masyarakat Lewat Wirausaha

Kementerian Bersinergi Berdayakan Masyarakat Lewat Wirausaha Jakarta - Kementerian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berkolaborasi dengan Kementerian Sosial (Kemensos)…

Ikan Budidaya Segera Masuk Pasar Arab Saudi

Ikan Budidaya Segera Masuk Pasar Arab Saudi Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan…