Wujudkan generasi Indonesia Emas 2045, tentunya faktor kesehatan menjadi hal penting yang harus diperhatikan bagi anak-anak sejak dini dan termasuk menekan angka pertumbuhan obesitas. Apalagi berdasarkan catatan WHO, sebanyak 160 juta anak hidup dengan obesitas pada 2022, sekitar 37 juta anak di antaranya berusia di bawah usia 5 tahun.
Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak Universitas Airlangga Prof. Dr. dr. I Dewa Gede Ugrasena Sp.A(K) mengatakan obesitas bisa menjadi salah satu faktor pendukung terjadinya kanker pada anak karena menyebabkan inflamasi kronis.“Jadi obesitas itu diidentifikasi sebagai faktor risiko. Kita tahu bahwa obesitas itu banyak lemak, itu peradangan kronis. Jadi kelebihan jaringan lemak pada tubuh dapat menyebabkan kronik inflamasi, peradangan kronis ya,” kata Prof. Ugra dalam diskusi daring mengenai kanker anak yang diikuti di Jakarta, kemarin.
Disampaikannya, proses peradangan ini diyakini dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dari sel-sel abnormal yang bisa memicu bibit kanker karena inflamasi kronik. Ugra menambahkan, dengan anak yang mengalami obesitas maka akan terjadi gangguan keseimbangan hormon dan metabolisme serta peningkatan kadar insulin.“Jadi yang kita tahu bahwa insulin dan insulin growth factor ini, keduanya berperan di dalam pertumbuhan sel. Jadi gangguan ini bisa meningkatkan risiko terjadinya mutasi atau proliberasi yang tidak terkendali nanti yang bisa menyebabkan timbulnya kanker,” jelasnya.
Namun Ugra sendiri belum bisa menyimpulkan secara pasti terkait hubungan obesitas dengan kanker karena masih sedikit studi yang membahas soal penyakit metabolik tersebut. Sementara Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) mengatakan kesadaran dan dukungan terhadap anak yang menderita kanker harus ditingkatkan dengan deteksi dini selain promotif dan preventif atau pencegahan.
Salah satunya dengan menjaga gaya hidup sehat agar tidak masuk dalam kondisi over nutrisi kronis atau obesitas yang bisa menjadi pemicu kanker anak. Disampaikanya pula, salah satu program pemerintah yang mencanangkan pemeriksaan kesehatan gratis setiap ulang tahun dapat menjadi momen untuk anak mendapatkan deteksi dini kanker.“Kita harapkan menjadi salah satu momen untuk melakukan deteksi dini pada anak-anak kita supaya di klinik kesehatan ini juga bermanfaat untuk masyarakat luas,” kata Piprim.
Dia mengatakan, program ini bisa menanggulangi kesenjangan fasilitas kesehatan yang belum merata terutama di daerah yang fasilitasnya masih di bawah kota besar. Ia berharap dengan program ini deteksi dini bisa di akses setiap anak terlebih di daerah terpencil agar juga bisa mendapatkan dukungan untuk pencegahan kanker.
Piprim juga menegaskan anak-anak perlu dibantu dan dikawal dengan dukungan semua pihak di lingkungannya agar bisa sama-sama memperhatikan kesehatan anak serta bisa menerapkan deteksi dini sebagai kunci penanggulangan kanker anak di Indonesia.“Anak-anak perlu kita kawal apabila memang sudah terjangkit kanker ini tentu saja butuh support dari lingkungan, karena tidak hanya anak yang sakit nanti satu keluarga juga bisa sakit karena pengobatan kanker ini memang sangat menyita waktu untuk berobat, dana dan sebagainya,” kata Piprim.
Menurut data Global Burden of Cancer Study (Globocan) tahun 2020, di antara 80 juta anak di Indonesia terestimasikan ada 10 ribu kasus baru. Ini membuat Indonesia ikut menyumbang 2,5% dari 90% kejadian kanker anak di dunia.
Data dari Indonesian Pediatric Cancer Registry, berdasarkan 12 pusat pengobatan kanker di Indonesia, anak penyintas kanker di umur tiga tahun hanya 20-30%. Sementara, hanya 4-5 ribu anak yang selamat karena masalah kesenjangan infrastruktur kesehatan atau terlambatnya kontak pasien dengan petugas kesehatan.
Minimnya informasi dan literasi di masyarakat masih menjadikan anggapan penyakit kusta sebagai kutukan. Alhasil, mereka penderita penyakit kusta selalu dikucilkan…
Dalam rangka memperingati Hari Kanker Sedunia pada 4 Februari 2025, kita diingatkan untuk lebih peduli dengan kesehatan kita. Kanker, yang…
Populix baru-baru ini meluncurkan laporan bertajuk “Understanding Indonesia’s Sports Trends” yang meneliti minat masyarakat Indonesia terhadap aktivitas olahraga. Penelitian ini…
Minimnya informasi dan literasi di masyarakat masih menjadikan anggapan penyakit kusta sebagai kutukan. Alhasil, mereka penderita penyakit kusta selalu dikucilkan…
Wujudkan generasi Indonesia Emas 2045, tentunya faktor kesehatan menjadi hal penting yang harus diperhatikan bagi anak-anak sejak dini dan termasuk…
Dalam rangka memperingati Hari Kanker Sedunia pada 4 Februari 2025, kita diingatkan untuk lebih peduli dengan kesehatan kita. Kanker, yang…