Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi
Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo
Indonesia sukses menggelar sport tourism MotoGP di Mandalika 18-30 Maret 2022 lalu dan Jakarta E-Prix 2022 di Jakarta International E-Prix Circuit, Ancol, Jakarta Utara. Meski kedua sport tourism ini sukses ternyata ada beberapa catatan dibalik keduanya dan ini menjadi kajian krusial. Padahal, keduanya berkepentingan untuk membangkitkan kepariwisataan lokal di Mandalika dan di Jakarta pada khususnya dan secara nasional pada umumnya yang sempat terpuruk akibat pandemi. Oleh karena itu sukses dari kedua sport tourism itu seharusnya menjadi bahan membuat agenda yang sama untuk lebih sukses di periode berikutnya.
Terlepas dari perdebatan, pastinya, Jakarta E-Prix yang telah sukses digelar merupakan lanjutan dari serial sebelumnya yaitu Diriyah E-Prix, Mexico City E-Prix, Rome E-Prix, Monaco E-Prix dan Berlin E-Prix. Jadi beralasan jika perhelatan tersebut menjadi sangat bersejarah bagi Indonesia karena pastinya akan semakin dikenal dan dikenang sehingga memacu brand image kepariwisataan dan berdampak sistemik di sektor ekonomi bisnis, terutama dari kepariwisataan.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah pada umumnya dan tim panitia khususnya untuk melakukan evaluasi di semua aspek sehingga hajatan berikutnya bisa lebih sukses, bukan hanya dari aspek ekonomi – bisnis semata tetapi juga mata rantai yang ditimbulkannya.
Setidaknya ada beberapa catatan menarik dari sukses sport tourism itu pertama: sukses MotoGP Mandalika dan Jakarta E-Prix tidak terlepas dari pandemi. Bahkan, kegalauan tidak bisa dihindari ketika awal 2022 muncul varian baru Omicron sehingga berdampak bagi kepastian penyelenggaraan MotoGP Mandalika. Beralasan jika situasi ini memicu kebimbangan dan pilihan dilematisnya melanjutkan atau menunda (bahkan pembatalan). Asa dari MotoGP Mandalika saat itu diharapkan dapat membangkitkan geliat ekonomi bisnis dan kepariwisataan, termasuk mata rantai. Komitmen melanjutkan race MotoGP
Kedua: aspek politik. Sejumlah pengamat menyebut bahwa hajatan Jakarta E-Prix tidak bisa terlepas dari kepentingan politik. Hal ini tentu tidak bisa dipungkiri karena di tahun 2024 ada hajatan politik lima tahunan yaitu Pilpres dan pastinya banyak penumpang gelap yang berusaha memanfaatkan semua agenda nasional dan global untuk mendongkrak popularitasnya. Tentu ini sah saja selama tidak merecoki esensi hajatan di Jakarta E-Prix dan atau semua event sport tourism lainnya. Padahal, semua kegiatan sejatinya bisa juga dimanfaatkan untuk pencitraan demo meningkatkan elektabilitas seseorang sehingga hal ini bisa menaikan persepsian publik.
Ketiga: persoalan sponsor. Realita sukses Jakarta E-Prix ternyata masih berkutat dengan minimnya jumlah sponsor. Padahal, jika logika kepentingan politik seperti yang dibahas diatas maka seharusnya ada banyak sponsor yang mendukung hajatan Jakarta E-Prix tapi yang terjadi justru sebaliknya. Padahal, Jakarta E-Prix lebih mendekati pilpres 2024 dan ironisnya sponsor justru membanjir di ajang MotoGP Mandalika. Bahkan, BUMN tidak ada yang mendukung menjadi sponsor di Jakarta E-Prix dan tentu ini sangat kontras jika dibanding dengan MotoGP Mandalika. Apakah sukses MotoGP Mandalika menjadi test case terhadap keberhasilan Indonesia menggelar sport tourism? Mengapa ada sentiment terkait sponsor di Jakarta E-Prix? Apa karena ada larangan iklan minuman bir sehingga Jakarta E-Prix sepi sponsor?
Kalkulasi pemerintah menyebut potensi sport tourism mencapai Rp 19 triliun dan tentu ini tidak kecil, terutama pasca pandemi lalu yang membuyarkan semua target ekonomi bisnis, termasuk sector kepariwisataan. Oleh karena itu, memacu geliat kepariwisataan, termasuk dari MotoGP Mandalika dan Jakarta E-Prix harus terus dilakukan setidaknya agar mata dunia di era now kembali focus kepariwisataan. Meski demikian, semangat memacu dan membangun kembali sport tourism harus memperhatikan kepedulian dan kearifan lokal, termasuk juga budaya karena berkaitan kegiatan outdoor sehingga perlu memperhatikan kebersihan, kesehatan, keselamatan dan norma susila (ini yang menjadi argumen dari Jakarta E-Prix yang melarang iklan bir dan selebrasi dengan bir).
Oleh: Berliana Ayu, Pemerhati Kesehatan Masyarakat Kecanduan judi online kini menjadi salah satu ancaman serius yang bisa merusak…
Oleh: Gina Sari Dewi, Mahasiswa Ilmu Gizi di Jakarta Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi salah satu…
Oleh : Angga Alvian, Pengamat Pertanian Swasembada pangan menjadi salah satu fokus utama pemerintah untuk mewujudkan ketahanan…
Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo Indonesia sukses menggelar sport tourism MotoGP di…
Oleh: Berliana Ayu, Pemerhati Kesehatan Masyarakat Kecanduan judi online kini menjadi salah satu ancaman serius yang bisa merusak…
Oleh: Gina Sari Dewi, Mahasiswa Ilmu Gizi di Jakarta Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi salah satu…