Di tengah meningkatnya kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan, dunia keuangan pun mulai beradaptasi dengan inovasi yang lebih berkelanjutan. Salah satunya adalah green financing atau pembiayaan hijau, sebuah solusi investasi yang mendukung pertumbuhan ekonomi sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Green financing bukan sekadar tren sesaat, melainkan langkah konkret untuk menciptakan masa depan yang lebih hijau.
Kedepan tren green financing akan semakin berkembang. Hal itu sejalan dengan penerapan ekonomi hijau di Indonesia, seperti transisi energi menuju energi terbarukan, penggunaan transportasi berbasis listrik, serta penerapan prinsip environmental, social, and governance alias ESG di kegiatan ekonomi. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total pembiayaan hijau di Indonesia pada 2024 sudah lebih dari Rp800 triliun.
Pengamat perbankan Universitas Bina Nusantara, Doddy Ariefianto mengatakan, penerapan green financing dalam perjalanannya masih dilematis karena teknologi yang masih terbilang mahal. Teknologi ramah lingkungan tetap tidak semurah bahan bakar minyak (BBM) dan batu bara. Akhirnya, hal ini menjadi isu utama terutama di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Meski masih dibayangi berbagai kendala, industri keuangan di Indonesia telah memulai langkah penting dalam green financing baik dari perbankan maupun pemerintah.
Dia mencontohkan, gencarnya pemerintah menerbitkan green bond atau green sukuk, dengan proyek-proyek ramah lingkungan yang spesifik. Begitu pula perbankan yang mulai memberikan berbagai persyaratan "hijau" yang lebih memperhatikan aspek lingkungan untuk penyaluran kreditnya. Meski langkah green financing membutuhkan percepatan, Doddy menilai langkah yang telah dimulai saat ini bisa menjadi permulaan.
Hal senada juga disampaikan Ketua Umum Perbanas, Kartiko Wirjoatmodjo, meski pembiayaan berkelanjutan menghadapi berbagai tantangan. Namun industri perbankan pun telah menunjukan komitmennya dalam mendukung ekonomi berkelanjutan. "Perbankan harus menjadi motor penggerak transformasi ekonomi Indonesia yang berperan aktif dalam mereduksi emisi karbon, melalui penyelarasan strategi pembiayaan dan portofolio kredit yang mengacu pada taksonomi hijau Indonesia,” kata Tiko, sapaan akrabnya.
Menurutnya, dukungan perbankan pada transisi energi tidak cukup hanya berhenti di sisi hulu, juga harus ke hilir. Tengok saja sejumlah bank pun memang tercatat gerak cepat (gercep) dalam menyalurkan pembiayaan hijaunya di Indonesia, termasuk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BRMI) yang selalu terdepan atau market leader green financing dalam industri perbankan. Per September 2024, total portofolio berkelanjutan Bank Mandiri yang telah tumbuh sebesar 12,8% secara tahunan (YoY) atau mencapai Rp 285 triliun.
Peningkatan ini diperoleh dari kontribusi portofolio sosial sebesar Rp143 triliun, yang meningkat 9,4%, serta portofolio hijau senilai Rp142 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 16,4%. Prestasi ini mengukuhkan Bank Mandiri sebagai pemimpin pasar dalam Green Financing dengan pangsa lebih dari 35%.
Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi menyebutkan, komposisi portofolio hijau tumbuh signifikan 16,4% YoY menembus Rp 142 triliun. Sementara itu, kontribusi dari sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) terhadap portofolio tersebut telah mencapai sebesar Rp 10 triliun.“Ke depannya, kami akan terus meningkatkan layanan ESG kami, khususnya pada instrumen keuangan berkelanjutan seperti Sustainability-Linked Loan, Green Loan, Corporate-in-Transition Financing, dan Social Loan di berbagai sektor,” ujarnya.
Kemudian upaya mendorong kredit berkelanjutan ini antara lain fokus pada pengembangan bisnis berkelanjutan di sektor potensial seperti pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) Hayati dan penggunaan lahan berkelanjutan, transportasi ramah lingkungan, energi terbarukan hingga pengelolaan limbah. Disampaikan Darmawan, Indonesia dengan kekayaan alamnya yang melimpah, memiliki potensi besar untuk turut mengurangi emisi karbon dunia. “Bank Mandiri berkomitmen memimpin inovasi pembiayaan berkelanjutan, memanfaatkan kekuatan alam Indonesia sebagai aset strategis dalam stabilisasi iklim global,” katanya.
Menurut Darmawan, kolaborasi berbagai pihak dan penerapan pembiayaan berbasis lingkungan akan menjadi kunci bagi Indonesia untuk memperkuat kontribusinya dalam menyeimbangkan karbon global. Dirinya juga menekankan bahwa Indonesia memiliki tiga keunggulan alam yang signifikan berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO): wilayah gambut terluas di dunia, keragaman hayati terbesar, serta hutan tropis ketiga terluas di dunia. Dengan kekayaan ini, Indonesia dapat mengoptimalkan pendekatan Nature-Based Solutions (NBS) untuk mempercepat transisi menuju ekonomi hijau yang berkelanjutan.
Darmawan menyebutkan bahwa Bank Mandiri kini tengah fokus membenahi tiga aspek utama dalam membangun ekosistem berkelanjutan di Tanah Air: peningkatan pengetahuan tentang praktik bisnis ramah lingkungan, pemerataan akses teknologi di seluruh sektor industri, serta pengentasan kesenjangan pembiayaan untuk proyek-proyek berkelanjutan. Melalui perannya sebagai penasihat Environmental, Social, and Governance bagi para nasabah, Bank Mandiri bertekad mendukung transisi mereka menuju ekonomi rendah karbon.“Visi kami adalah menjadikan nasabah kami sebagai Sustainability Champion, dengan praktik bisnis yang berdampak luas, keunggulan kompetitif dalam keberlanjutan, dan ketangguhan bisnis terhadap perubahan iklim,” tambah Darmawan.
Hal ini, menurutnya, sejalan dengan upaya mencapai target Net Zero Emission (NZE) Indonesia pada 2060 atau bahkan lebih cepat. Sementara Wakil Direktur Utama Bank Mandiri, Alexandra Askandar menambahkan, pembiayaan hijau Bank Mandiri saat ini didominasi oleh sektor energi terbarukan, pengelolaan sumber daya alam (SDA) hayati dan penggunaan lahan berkelanjutan, serta bangunan ramah lingkungan. Dalam menerapkan prinsip environmental, social, and governance (ESG), Bank Mandiri tidak hanya menyalurkan green loan atau pembiayaan hijau, tetapi juga aktif mengembangkan berbagai produk berkelanjutan seperti sustainability linked loan dan juga green bonds. Bagi nasabah ritel, Bank Mandiri saat ini juga mengembangkan produk berupa KPR hijau.
Inovasi Digital
Kontribusi Bank Mandiri dalam mendukung percepatan transformasi ekonomi hijau juga dilakukan dengan pendekatan inovatif berupa pemanfaatan teknologi digital dan kemitraan strategis untuk memberdayakan nasabah, baik individu maupun industri dalam perjalanan keberlanjutan mereka. Melalui inovasi digital, Bank Mandiri melakukan pendekatan berbeda di industri perbankan melalui kapabilitasnya dalam menggunakan platform digital untuk membuat pembiayaan hijau lebih mudah diakses dan praktis, serta mendorong literasi keuangan hijau di masyarakat.
Misalnya, melalui Livin’ SuperApp, Bank Mandiri akan memperkenalkan segmen khusus untuk memfasilitasi nasabah untuk menjalani gaya hidup yang lebih sustainable. Inisiatif ini tidak hanya meningkatkan kesadaran lingkungan, tetapi juga mendorong pergeseran menuju perilaku konsumen yang lebih bertanggung jawab. Selain itu, Bank Mandiri terus berupaya menyediakan akses yang lebih mudah ke produk-produk keuangan hijau melalui Livin’ SuperApp seperti Green Mutual Funds, KPR Hijau, serta pembiayaan kendaraan listrik.“Fokus kami melampaui layanan perbankan konvensional. Kami berkomitmen menyediakan solusi inovatif yang memberdayakan masyarakat untuk menjadi bagian dari transisi hijau,”kata Alexandra.
Melalui berbagai saluran komunikasi untuk meningkatkan literasi dan pemahaman nasabah terkait keuangan hijau, lanjutnya, perseroan berupaya untuk menjembatani kesadaran dan minat nasabah dengan aksi nyata berupa berbagai akses ke produk keuangan hijau yang telah kami sediakan,” tambahnya.
Selain itu, kata Alexandra, Bank Mandiri juga mengambil langkah signifikan untuk menghadapi risiko iklim secara langsung. Perusahaan telah menerapkan berbagai pendekatan canggih seperti metodologi Partnership for Carbon Accounting Financials (PCAF) untuk mengukur emisi Scope 3 dari portofolio pembiayaannya, yang telah mencakup 44% dari total pinjaman.
Selain itu, piloting Climate Risk Stress Test (CRST) yang telah dilakukan Bank Mandiri memungkinkan untuk menilai risiko fisik dan transisi dalam portofolio mereka, sehingga memperkuat ketahanan iklim perusahaan.“Menghadapi risiko iklim bukan hanya soal kepatuhan ini adalah upaya untuk memastikan keberlanjutan bisnis dan ekonomi yang lebih luas. Dengan mengintegrasikan metodologi ini, kami dapat mengambil keputusan yang mendukung baik nasabah maupun lingkungan,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Bank Mandiri telah aktif mendanai berbagai sektor yang sejalan dengan program Enhanced Nationally Determined Contributions (ENDC) untuk pengurangan emisi. Teranyar, Bank Mandiri secara aktif melibatkan nasabah dalam program penanaman pohon di Desa Sidodadi, Jember, Jawa Timur melalui Livin’ Super App, pada fitur Livin’ Planet yang terintegrasi di dalam Livin’ Sukha.
Kata Senior Vice President ESG Group, Citra Amelya, melalui Livin’ Planet, Bank Mandiri berupaua meningkatkan kesadaran nasabah dalam mendukung upaya mitigasi perubahan iklim, sekaligus mendorong partisipasi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan. “Selain memberikan manfaat sosial bagi warga sekitar, pengembangan Livin’ Planet juga menjadi salah satu bentuk komitmen Bank Mandiri berkontribusi dalam pelestarian lingkungan dan menanggulangi dampak perubahan iklim,”ungkapnya.
NERACA Denpasar - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlah investor saham periode Januari-November 2024 di Bali mencapai 141 ribu atau…
NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya di sektor kesehatan, PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) atau Mayapada Healthcare terus perluas kerjasama…
NERACA Jakarta – Perusahaan pengembang ternama, Sinar Mas Land (SML) melalui melalui Living Lab Ventures (LLV) menyambut kunjungan delegasi dari…
Di tengah meningkatnya kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan, dunia keuangan pun mulai beradaptasi dengan inovasi yang lebih berkelanjutan. Salah satunya…
NERACA Denpasar - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlah investor saham periode Januari-November 2024 di Bali mencapai 141 ribu atau…
NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya di sektor kesehatan, PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) atau Mayapada Healthcare terus perluas kerjasama…