NERACA
Jakarta-Berinvestasi di pasar modal tidak hanya sekedar mencari untung semata tetapi bagaimana memberikan kepastian hukum dan tanggung jawab seluruh pihak bahwa saham yang diperjualbelikan di BEI berasal dari perusahaan berfundamental kuat dan dikelola secara baik. Oleh karena itu, investor harus jeli melihat itu semua. Hal tersebut disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam pembukaan perdagangan saham di pasar modal 2025, kemarin.
Disampaikannya, jika masyarakat mulai mendiversifikasi tabungan dan menciptakan pendalaman, pelaku industri pasar modal dan termasuk regulator juga bertanggung jawab agar saham-saham yang diperjualbelikan adalah saham yang sehat,”Saham-saham yang diperjualbelikan juga harus berasal dari perusahaan dengan tata kelola yang baik dan fundamental kuat. Tanggung jawab itu penting dilakukan agar masyarakat tidak merasa dirugikan,”ujarnya.
Di samping itu, Menkeu menyatakan hal tersebut merupakan tantangan bersama yang membutuhkan komitmen dari pemerintah, regulator, dan pelaku industri. “Sehingga, masyarakat tidak merasa bahwa mereka membeli sebuah surat berharga yang ternyata tidak berharga. Ini adalah tantangan kita semua,” kata Sri Mulyani.
Menkeu juga mendorong edukasi dan literasi terkait pasar modal guna memperluas partisipasi pelajar. Langkah ini perlu disertai dengan inovasi dalam menciptakan instrumen investasi yang lebih terjangkau. Dia mencontohkan bahwa Kementerian Keuangan saat ini telah menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dengan nominal kecil, sehingga pelajar dan mahasiswa mulai menjadi bagian dari basis investor SBN. “Sekarang di dalam basis investor SBN, kami banyak menemukan pelajar dan mahasiswa sudah mulai membeli. Hal tersebut positif buat kami semuanya dan saya berharap demikian juga dengan saham,” pungkasnya.
Di sisi lain, Sri Mulyani turut menyoroti pentingnya edukasi pasar modal sejak dini agar generasi muda lebih familiar dengan perdagangan saham di BEI. “Sekarang seharusnya ini mulai diajarkan bukan di tingkat mahasiswa lagi tapi bahkan di tingkat sekolah dasar. Sehingga mereka jadi getting familiar dengan bursa efek,”katanya.
Sementara Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar menyebutkan, berbagai indikator kinerja pasar modal tahun lalu menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Hal ini bahkan diklaim selaras dengan kinerja pertumbuhan ekonomi nasional.“Walau turun 2,65% dari tahun lalu, namun di atas level terendah 6.726,92 pada 19 Juni 2024. Rentang besar sebanyak 1.200 poin, antara tingkat tertinggi dan terendah indeks tahun lalu merefleksikan volatilitas yang luar biasa pasar modal global, sebagai dampak perekonomian dunia yang mengalami tantangan berat,” jelas Mahendra.
Kemudian nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia tercatat hampir mencapai Rp 12.300 triliun, tepatnya Rp 12.264 triliun atau tumbuh 6%. “Bila dibandingkan ekonomi nasional, mencapai 56% dari PDB (pertumbuhan domestik bruto),” imbuhnya.
Membuka tahun 2025, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mendapatkan apresiasi, arahan dan tantangan atas transformasi yang dilakukan dari…
NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal tahun 2025, indeks harga saham gabungan (IHSG),…
NERACA Jakarta- Tingkatkan efisiensi bisnis, PT Madusari Murni Indah Tbk (MOLI) mengumumkan telah melakukan penggabungan atau merger atas dua anak…
Membuka tahun 2025, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mendapatkan apresiasi, arahan dan tantangan atas transformasi yang dilakukan dari…
NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal tahun 2025, indeks harga saham gabungan (IHSG),…
NERACA Jakarta- Tingkatkan efisiensi bisnis, PT Madusari Murni Indah Tbk (MOLI) mengumumkan telah melakukan penggabungan atau merger atas dua anak…