NERACA
Bandar Lampung – Dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Bidang Pangan yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan, membahas sinergisitas antara pemerintah pusat dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) dalam mempersiapkan target swasembada pangan pada 2027 yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
Dalam rapat tersebut, Menteri Perdagangan Budi Santoso optimis Indonesia dapat melaksanakan swasembada pangan.
Rakor tersebut juga menyoroti sejumlah komoditas pangan yang telah ekspor dengan tren yang cukup baik dalam lima tahun terakhir (2019–2023). Tren ekspor yang baik ini bisa menjadi pertanda bahwa Indonesia mampu menjalankan swasembada pangan bila eksekusinya profesional.
“Kita lihat bahwa tidak semua produk pangan itu kita impor. Banyak juga yang kita ekspor. Contohnya, beras khusus seperti pandan wangi (beras beraroma). Kemudian, gula juga kita ekspor. Kita impor gula untuk diproduksi (diolah) di Indonesia, kemudian (ada yang) diekspor. Telur ayam dan daging ayam ras juga kita ekspor dengan tren yang cukup tinggi. Artinya, kita optimistis swasembada pangan bisa dilakukan sepanjang dilakukan secara profesional,” papar Budi di Bandar Lampung, Provinsi Lampung.
Ekspor beras Indonesia ke dunia menunjukkan tren yang naik pada 2019–2023, yaitu 16,09 persen. Sementara itu, tren ekspor gula naik 1,80 persen. Kemudian, ekspor telur ayam menunjukkan tren kenaikan sebesar 93,96 persen dan tren ekspor daging ayam ras naik 33,79 persen.
Di samping itu, Budi juga mengatakan, Indonesia memiliki produk-produk pertanian dan olahannya yang berkinerja ekspor luar biasa. Salah satunya adalah minyak sawit mentah (CPO). Pada Januari–Oktober 2024, nilai ekspor CPO dan produk turunannyatercatat sebesar USD22,92 miliar dengan volume ekspor 32,68 juta ton.
“Kebutuhan dalam negeri sudah tercukupi, kemudian sisanya diekspor. Artinya, sebuah contoh bahwa komoditas pertanian kita punya potensi ekspor sepanjang dikelola dengan baik,”ujar Mendag Budi.
Diperiode yang sama, Indonesia telah mengekspor sejumlah bahan pangan dengan volume yang cukup baik. Beberapa komoditas pangan yang telah diekspor pada periode tersebut, antara lain, gula sebanyak 608,56 ribu ton, ikan 509,91 ribu ton, jagung 56,73 ribu ton, bawang merah 13,60 ribu ton, dan susu 10,05 ribu ton.
Berkaca dari catatan tersebut, Budi yakin, komoditas pangan yang dikelola dengan baik dapat mencapai swasembada. Upaya mencapai swasembada ini pun perlu disinergikan bersama pemerintah daerah. Sehingga, sinergi berjalan mulai dari inventarisasi masalah hingga implementasi solusi. “Walaupun belum bisa ekspor, tapi paling tidak, kebutuhan dalam negerinya bisa terpenuhi,” jelas Budi.
Dalam rakor tersebut, Budi juga menyampaikan bahwa harga barang kebutuhan pokok (bapok) terpantau stabil di momen Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru). Adapun untuk memastikan stabilitas harga dan pasokan bapok di momen Nataru, Budi turun langsung ke sejumlah daerah.
Budi memastikan sendiri harga bapok di pasar-pasar di sejumlah kota seperti Manado, Medan, Surabaya, Malang, Yogyakarta, dan Bandung.
“Secara umum, hingga H+2 Natal, bila dibandingkan dengan tahun lalu, harga bapok cenderung stabil. Di antaranya beras, gula; minyak goreng baik curah, premium, maupun MINYAKITA; daging sapi; tepung terigu; dan bawang putih,” kata Budi.
Lebih lanjut terkait swasembada pangan swasembada pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) mengakselerasi jugs swasembada pangan nasional dan kesejahteraan petani.
"Terkait benih tanaman pangan yaitu ada padi, jagung, kacang hijau dan sebagai digebyarkan semua. Inovasi benih yang ditampilkan semuanya bagus, jadi tidak ada alasan bahwa kita tidak bisa tanam. Semua tempat yakni dataran tinggi, rendah dan lahan rawa atau genangan air ada cara agar tetap produktif," kata Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, aau biasa disapa Mas Dar.
Ini membuktikan bahwa ahli-ahli pertanian bisa menemukan varietas-varietas jenis tanaman yang sesuai dengan masing-masing wilayah. Misalnya ada jagung untuk ditanam daerah tinggi seperti Wonosobo dan ada jagung varietas daerah rendah, sehingga petani punya banyak pilihan varietas yang disesuaikan dengan kontur tanah, iklim dan sebagainya.
"Adapun yang menjadi tantangan adalah bagaimana petani tidak dibebani pemupukan yang banyak. Sehingga perlu peran pemerintah khususnya petugas lapangan untuk mengedukasi petani terkait varietas apa yang sesuai dengan kondisi lahanya," ucap Mas Dar.
Mas Dar menambahkan, “pupuk dan benih harus dapat kita pastikan tersedia tepat waktu sampai ke petani. Tidak boleh terlambat, harus tepat waktu. Ibaratnya orangnya sakit, tapi obatnya tidak ada. Sebab target kita ke depan adalah swasembada pangan, kita harus kurangi impor."
NERACA Jakaarta – Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Detasemen Khusus (Densus 88) Anti Teror Mabes Polri sepakat akan memperkuat kerjasama dengan…
NERACA Jakarta – Memasuki tahun 2025, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyiapkan langkah strategis menuju pencapaian swasembada garam nasional. Dukungan…
NERACA Jakarta – Neraca perdagangan Indonesia pada November 2024 mencatat surplus USD4,42 miliar atau mencatatkan surplus berturut-turut selama 55 bulan…
NERACA Jakaarta – Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Detasemen Khusus (Densus 88) Anti Teror Mabes Polri sepakat akan memperkuat kerjasama dengan…
NERACA Jakarta – Memasuki tahun 2025, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyiapkan langkah strategis menuju pencapaian swasembada garam nasional. Dukungan…
NERACA Jakarta – Neraca perdagangan Indonesia pada November 2024 mencatat surplus USD4,42 miliar atau mencatatkan surplus berturut-turut selama 55 bulan…