NERACA
Banten – Para petani sawit di Kabupaten Lebak, Banten, turut serta dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan dengan menanam padi gogo di sela-sela tanaman sawit. Sabtu (22/12) sebanyak 17 hektar lahan sawit yang baru diremajakan melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) mulai ditanami padi varietas Situ Bagendit dengan metode tumpang sisip. Integrasi padi gogo dengan PSR ini akan dilanjutkan di lahan-lahan lain yang diremajakan dengan bantuan program PSR.
Padi gogo ini diperkirakan dapat dipanen dalam waktu 3 hingga 4 bulan dengan produktivitas mencapai 3-4 ton per hektar. Metode tumpang sisip padi ini tidak hanya mendukung produksi pangan, tetapi juga menjadi sumber pendapatan tambahan bagi petani sambil menunggu tanaman sawit peremajaan berbuah sekitar dua setengah tahun lagi.
Suryadi, salah satu petani sawit mengaku sangat senang dan terbantu dengan peogram tusip padi gogo yang didorong Kementrian Pertanian. Dia bertekad akan terus menanam padi gogo di sela sela tanaman sawitnya sebelum tanaman tersebut berbuah dan menghasilkan tandan buah segar.
Sementara Wawan, Ketua Koperasi Petani Sawit Liman Taka, berharap pemerintah bisa memberikan bantuan benih padi gogo dan pupuk di setiap musim tanam agar program tumpang sisip padi gogo ini bisa berkelanjutan
"Kami sangat senang dengan program ini. Selain membantu peremajaan sawit, tusip padi ini menjadi peluang tambahan penghasilan bagi kami," ujar Wawan yang juga Ketua DPW APKASINDO (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia) Provinsi Banten.
Bantuan Program PSR
Penanaman perdana padi gogo ini mendapat dukungan penuh dari Kementerian Pertanian. Pelaksana tugas Dirjen Perkebunan, Heru Tri Widarto yang memimpin penanaman perdana, menilai langkah ini sangat strategis.
"Integrasi program PSR dengan tusip padi gogo, bukan hanya soal peremajaan sawit, tetapi juga menciptakan solusi untuk ketahanan pangan. Pemerintah sedang mengupayakan agar PSR mendatang juga mencakup bantuan benih untuk tumpang sisip padi gogo," ujar Heru.
Dalam program PSR, petani menerima bantuan penumbangan dan pembersihan tegakan, herbisida, benih, hingga pupuk, dengan nilai total mencapai Rp 60 juta per hektar.
Secara nasional, program PSR tahun ini mencakup sekitar 50 ribu hektar lahan,. Yang sudah melaksanakan tumpang sisip padi gogo sekitar 5 ribu hektar. Penetapan kenaikan bantuan PSR dari Rp 30 juta menjadi Rp 60 juta baru dilakukan September lalu.
Integrasi padi gogo dengan PSR di Lebak ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan dapat berjalan seiring dengan pengelolaan perkebunan sawit yang berkelanjutan. Program ini menjadi model kolaborasi produktif antara pemerintah dan petani untuk meningkatkan kesejahteraan dan menjaga ketersediaan pangan.
Sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Harvick Hasnul Qolbi mengatakan tumpang sari padi gogo sejauh ini sudah sejalan dengan program akselerasi dan percepatan program PSR yang ditargetkan mencapai 120.000 hektar. Pembangunan kelapa sawit harus mensinergikan semua pihak yang terlibat.
"Kami sangat berharap sekali untuk dapat mendukung program PSR agar berjalan optimal. Saya juga mengajak untuk mensukseskan tumpang sari dengan menanam padi gogo sebagai langkah strategis mengantisipasi dampak el nino," ujar Harvick.
Selain tumpang sari padi gogo, Harvick menjelaskan replanting atau PSR juga merupakan langkah yang sangat strategis dalam menambah devisa negara karena hanya dengan melakukan peremajaan tanpa harus melakukan pembukaan lahan. Salah satu kontribusi sektor perkebunan adalah padat karya yang terbukti mampu menurunkan kemiskinan dan menciptakan lapangan pekerjaan.
"Karena itu produktivitas sawit rakyat harus kita tingkatkan melalui peremajaan sawit rakyat. Program PSR merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan produktivitas serta kualitas sawit melalui penggantian tanaman tidak produktif dengan benih yang berkualitas dengan penerapan Good Agriculture Practices (GAP)," jelas Harvick.
"Sejak tahun 2017, capaian 327.065 ha rekomendasi teknis yang telah diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan masih perlu terus kita dorong, agar konsistensi pemenuhan produksi bahan baku terus terjaga dan berkelanjutan," tambah Harvick.
Ke depan, Harvick mengatakan subsektor perkebunan kelapa sawit harus mampu merajai pasar ekspor global sehingga Indonesia memiliki kekuatan besar pada ketahanan pangan. Karena itu, pembangunan perkebunan kelapa sawit diharapkan tidak hanya sekedar meningkatkan produktivitas tetapi diharapkan dapat mensinergikan semua pihak yang terlibat.
"Kementerian Pertanian berharap kepada seluruh stakeholder kelapa sawit khususnya kepada pimpinan pemerintah daerah, perusahaan perkebunan kelapa sawit, pimpinan perbankan, asosiasi dan pekebun kelapa sawit untuk dapat bersinergi bahu membahu mendukung dan mensukseskan program PSR agar dapat berjalan dengan optimal," tegas Harvick.
Harvick menambahkan, "kita harus berjuang agar sawit kita lebih maju lagi di pasar internasional. Ingat, sawit kita adalah andalan perkebunan Indonesia yang bisa meningkatkan pendapatan masyarakat."
NERACA Jakarta - Perusahaan pembiayaan berbasis teknologi digital PT Akulaku Finance Indonesia (AFI) menandatangani kesepakatan pendanaan eksekuting secara terpisah dengan…
NERACA Jakarta – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkuat kerja sama dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara…
NERACA Jakarta – Melanjutkan tren surplus sejak Mei 2020, neraca perdagangan Indonesia pada November 2024 kembali surplus dengan mencatatkan nilai…
NERACA Jakarta - Perusahaan pembiayaan berbasis teknologi digital PT Akulaku Finance Indonesia (AFI) menandatangani kesepakatan pendanaan eksekuting secara terpisah dengan…
NERACA Banten – Para petani sawit di Kabupaten Lebak, Banten, turut serta dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan dengan menanam padi…
NERACA Jakarta – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkuat kerja sama dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara…