NERACA
Jakarta - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menurunkan BI-Rate pada tahun depan dengan laju lebih lambat untuk menstabilkan kurs rupiah dalam menghadapi volatilitas pasar yang meningkat di bawah pemerintahan Amerika Serikat saat ini. "Di tengah strategi penurunan suku bunga The Fed (Federal Reserve) secara bertahap, kami memperkirakan Bank Indonesia akan mengadopsi pendekatan pelonggaran moneter yang terukur sepanjang tahun 2025," ucapnya, sebagaimana dikutip Antara, kemarin.
Ia memperkirakan BI menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) yang membuat BI-Rate berada di level 5,75 persen pada akhir 2025. "Sehubungan dengan proyeksi suku bunga kebijakan yang diperbarui, kami telah menyesuaikan perkiraan imbal hasil SBN (surat berharga negara) tenor 10 tahun, menaikkan estimasi dari sekitar 6,66 persen pada tahun 2024 dan 6,45 persen pada tahun 2025 menjadi kisaran 6,95-7,15 persen untuk tahun 2024 dan 6,75-7,05 persen untuk tahun 2025," ungkap dia.
Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga 25 bps baru-baru ini. Selain itu, Kepala The Fed Jerome Powell memberikan pernyataan sangat hawkish terhadap prospek suku bunga dengan mengindikasikan hanya akan terjadi pemangkasan sebesar 50 bps tahun depan, turun 75-100 bps dari yang diharapkan pada kuartal sebelumnya. Kemungkinan jeda dalam pemangkasan suku bunga untuk Januari 2025 juga naik menjadi 88 persen.
The Fed memberikan pernyataan tersebut didasari atas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS yang lebih tinggi dari 2 persen menjadi 2,5 persen. Untuk tahun 2025, menjadi 2,1 persen dari perkiraan sebelumnya 2 persen, dan dengan tetap mempertahankan proyeksi 2 persen untuk tahun 2026. Selain itu, inflasi inti Personal Consumption Expenditure (PCE) yang diperkirakan berkisar 2,4-2,8 persen, masih di atas target 2 persen. Kemudian, proyeksi pengangguran diturunkan menjadi 4,2 persen dari 4,4 persen untuk tahun 2024 dan 4,3 persen dari 4,4 persen untuk tahun 2025, sementara proyeksi tahun 2026 tetap stabil di 4,3 persen.
Di ranah domestik, Bank Indonesia (BI) baru saja memutuskan pada Rabu (18/12/2024) untuk mempertahankan suku bunga acuan 6,00 persen dengan alasan bahwa ketidakpastian semakin meningkat di pasar keuangan global. Hal itu bersumber dari rencana Donald Trump selaku Presiden terpilih AS untuk menerapkan kebijakan tarif bea masuk lebih luas dan lebih besar dari yang diantisipasi sebelumnya.
Namun, BI disebut masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga acuan ke depannya jika ketidakpastian mulai mereda. "Ketidakpastian yang muncul di tahun 2025, ditambah dengan pendekatan kebijakan moneter The Fed yang berhati-hati, diperkirakan akan mengurangi daya tarik aset portofolio Indonesia, sehingga membatasi arus masuk modal baik dari investasi langsung maupun portofolio. Permintaan yang lebih lemah di sektor keuangan, dikombinasikan dengan kemungkinan melebarnya defisit neraca transaksi berjalan di tengah risiko perlambatan global, diantisipasi akan memberikan tekanan tambahan pada rupiah," tambah Josua.
NERACA Jakarta – PT TASPEN (Persero) senantiasa berkomitmen untuk menjamin kesejahteraan para peserta, termasuk Aparatur Sipil Negara (ASN) yang…
BNC Raih Laba Rp4,06 Miliar di Kuartal III/2024 NERACA Jakarta - PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC) meraih laba sebesar…
Hibank Kerjasama dengan 19 Mitra untuk Perkuat Ekosistem Digital UMKM NERACA Jakarta - PT Bank Hibank Indonesia (hibank) menandatangani perjanjian…
NERACA Jakarta – PT TASPEN (Persero) senantiasa berkomitmen untuk menjamin kesejahteraan para peserta, termasuk Aparatur Sipil Negara (ASN) yang…
BI Rate Diprediksi Turun di Tahun Depan NERACA Jakarta - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan Bank Indonesia (BI)…
BNC Raih Laba Rp4,06 Miliar di Kuartal III/2024 NERACA Jakarta - PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC) meraih laba sebesar…