NERACA
Jakarta -Perkuat dominasi saham di PT Smartfren Telecom Tbk (FREN), PT Bali Media Telekomunikasi (BMT) sebagai pemegang saham pengendali FREN membeli 22.856.368.200 (4,79%) saham emiten operator jasa telekomunikasi tersebut dari PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) senilai Rp571,40 miliar pada 15 November 2024. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.
Presiden Direktur BMT, Marco Paul Iwan Sumampouw mengemukakan, tujuan pembelian saham FREN adalah untuk investasi langsung di perusahaan operator jasa telekomunikasi tersebut. Setelah transaksi ini, menurut Marco kepemilikan Bali Media Telekomunikasi (BMT), atas FREN meningkat menjadi 41,17% dari sebelumnya 36,37% saham.
Sekedar informasi, pemegang saham PT Smartfren Telecom Tbk selain Bali Media Telekomunikasi adalah sebagai berikut, PT Global Nusa Data sebesar 16,7%, Wahana Inti Nusantara sebesar 10,2%, dan investor publik sebesar 31,7%. PT Bali Media Telekomunikasi (BMT) merupakan perusahaan yang menjalankan kegiatan usaha di bidang perdagangan besar peralatan telekomunikasi, seperti perlengkapan telepon dan komunikasi.
BMT sendiri merupakan perusahaan yang masih terafiliasi dengan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA). Di kuartal tiga 2024, pendapatan bersih FREN tercatat Rp8,54 triliun, turun tipis 1% dari Rp8,62 triliun pada periode yang sama tahun 2023. Pendapatan FREN pada sembilan bulan pertama 2024 didominasi oleh bisnis data yakni sebesar Rp7,47 triliun (87,52,68%).
Sementara bisnis non data, jasa interkoneksi, dan lain-lain menyumbang pendapatan Rp1,06 triliun (12,47%). Selain itu, emiten jasa operator telekomunikasi beraset Rp42,4 triliun per September 2024 itu kembali merugi Rp1,07 triliun pada Januari-September 2024. Nilai kerugian FREN tersebut membengkak 68% jika dibandingkan rugi Rp599,63 miliar pada Januari-September 2023.
Kerugian FREN ini disebabkan antara lain oleh kenaikan beban usaha sebesar 4,44% menjadi Rp8,71 triliun, dari Rp8,31 triliun. Beban usaha terbesar adalah beban penyusutan dan amortisasi yakni Rp3,8 triliun, disusul beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi Rp3,07 triliun per September 2024.
Kenaikan beban usaha tersebut mengakibatkan emiten jasa telekomunikasi itu menderita rugi usaha Rp164,10 miliar pada Januari-September 2024. Di periode yang saham tahun 2023, perseroan mencatat laba usaha sebesar Rp319,18 miliar. Total liabilitas FREN September 2024 sebesar Rp20,76 triliun, turun 29,29% dari Rp29,37 triliun per Desember 2023. Ini terdiri atas liabilitas lancar sebesar Rp5,51 triliun dan liabilitas tidak lancar sebesar Rp15,25 triliun. Adapun jumlah ekuitas emiten telekomunikasi itu per September 2024 sebesar Rp21,73 triliun.
NERACA Jakarta – Pangkas beban utang, PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ) mengumumkan telah melunasi utang senilai Rp85 miliar kepada…
NERACA Jakarta- Ramaikan pasar kendaraan listrik, PT Indika Energy Tbk (INDY) bersiap membanjiri pasar bus listrik dengan mendistribusikan lagi sebanyak…
NERACA Jakarta- Aksi korporasi PT Nusantara Infrastructure Tbk. (META) go private kembali molor dari target. Pasalnya, para pemegang saham kembali…
Pameran makanan Salon International de l’Alimentation (SIAL) Interfood 2024 yang kembali digelar di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, sejak Rabu…
NERACA Jakarta – Pangkas beban utang, PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ) mengumumkan telah melunasi utang senilai Rp85 miliar kepada…
NERACA Jakarta- Ramaikan pasar kendaraan listrik, PT Indika Energy Tbk (INDY) bersiap membanjiri pasar bus listrik dengan mendistribusikan lagi sebanyak…