Investasi Produksi Daging dan Susu Dikawal

NERACA

Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong peningkatan produksi daging dan susu sapi melalui pengawalan investasi.

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, menyatakan bahwa upaya mendatangkan investor untuk membangun industri sapi perah dan sapi potong menjadi langkah kunci untuk mencapai swasembada. “Untuk swasembada daging dan susu, kita tidak bisa hanya mengandalkan indukan yang ada. Diperlukan sapi baru dari investor dalam dan luar negeri,” jelas Sudaryono atau yang biasa disapa Mas Dar, di Jakarta.

Mas Dar pun menekankan bahwa pemerintah tidak akan melakukan impor susu atau sapi melalui APBN, melainkan membuka ruang bagi pengusaha lokal dalam dan luar negeri untuk berinvestasi. Menurutnya, Kementan hanya memberikan asistensi dan menyiapkan lahan bagi perusahaan yang ingin membangun industri ini.

“Yang impor kan bukan negara, tetapi perusahaan-perusahaan yang akan berinvestasi dan mengembangkan sapi di Indonesia. Kita kawal dan Kementan beri asistensi ataupun menyiapkan lahan,” ujar Mas Dar.

Mas Dar juga mengungkapkan bahwa saat ini terdapat 140 perusahaan yang berkomitmen mendatangkan sapi, dengan total komitmen mencapai sekitar 2 juta ekor, terdiri dari 1,3 juta sapi perah dan 700 ribu sapi potong. Oleh karena itu, ia mengungkapkan bahwa Kementan akan terus mendorong agar hal tersebut realisasi.

“Setiap perusahaan beda-beda. Ada yang rencana impornya seratus ribu, puluhan ribu, lima ratus, atau dua ratus. Dari komitmen, totalnya sekitar 2 juta ekor dengan 1,3 juta ekor sapi perah dan 700 ribu sapi pedaging. Ini kan orang janji, kerjaan kita ya ngejar agar ini segera terealisasi,” ungkap Mas Dar.

Selain itu, Mas Dar berharap peningkatan produksi daging dan susu ini mendukung Program Makan Bergizi Gratis yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto. “Dengan mendatangkan sapi baru, kami harap kebutuhan untuk program ini dapat terpenuhi,” kata Mas Dar.

Mas Dar juga menegaskan bahwa tidak ada rencana untuk mengimpor susu dari Vietnam, melainkan mengajak investor dari negara tersebut untuk membangun industri sapi perah di Indonesia.

Sebelumnya saat Mas Dar di Bandung mengaku optimis Indonesia mampu mewujudkan swasembada susu dan daging sapi dalam waktu yang tidak lama.

"Jadi ini sangat menggembirakan secara kemampuan kita mampu (swasembada) karena itu nanti kita akan laporkan kepada Pak Menteri, tentu kita laporkan kepada Presiden Pak Jokowi dan juga kita laporkan kepada Presiden berikutnya bahwa ke depan harus ada keputusan politik agar kita tidak impor," ujar Mas Dar.

Mas Dar mengatakan sampai saat ini total kemampuan produksi sperma yang dilakukan Kementan mencapai 10,4 juta paket. Semua paket tersebut bahkan sudah siap pakai alias bisa disuntikkan langsung kepada sapi indukan.

"Ini merupakan kabar yang menggembirakan dan juga mohon diberitakan bahwa Kementerian Pertanian melalui Balai Inseminasi Buatan mampu menyediakan 10,4 juta Inseminasi Buatan," kata Mas Dar.

Menurut Mas Dar produksi sperma yang dilakukan saat ini juga telah didukung dengan teknologi dan kemampuan SDM yang mumpuni di bidang peternakan sehingga ke depan langkah yang perlu dilakukan adalah komitmen bersama dan dukungan dari semua pihak terhadap kemampuan produksi dalam negeri agar terus meningkat.

"Secara teknologi dan secara SDM kita mampu membuat inseminasi buatan yang baik. Inseminasi buatan kita mampu, teknologinya mampu, alatnya ada, pengawasan ada, produksi mampu dan semua kita bisa," jelas Mas Dar.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan, Kementan akan memastikan kenyamanan bagi investor dalam sektor pertanian untuk mendorong realisasi investasi yang cepat.

Sehingga dengan langkah ini, pihaknya optimis dapat memenuhi kebutuhan daging dan susu domestik serta meningkatkan ketahanan pangan nasional. “Jangan kita persulit investor supaya mereka nyaman investasi di Indonesia. Kata kuncinya adalah beri kenyamanan investor, khususnya sektor pertanian, kami yang kawal masuk,” ungkap Amran.

Kementan sendiri menegaskan bahwa tidak ada rencana untuk mengimpor 1,8 juta ton susu dari Vietnam untuk mendukung Program Makan Bergizi Gratis yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.

"Perlu ditegaskan bahwa Indonesia tidak merencanakan impor 1,8 juta ton susu dari Vietnam. Kebijakan yang diinisiasi oleh Kementan adalah mengundang investor asal Vietnam untuk membangun industri sapi perah di Indonesia dengan tujuan meningkatkan produksi susu nasional, bukan untuk mengimpor produk susu," kata Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Informasi Publik, Moch Arief Cahyono.

 

BERITA TERKAIT

Bantuan Benih Ikan Dorong Peningkatkan Produksi

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan turut membagikan bantuan stimulus budi daya perikanan kepada masyarakat Kepulauan. Stimulus berupa benih…

November 2024, Harga Refernsi Kakao Sebesar USD 7.448,02/MT

NERACA Jakarta – Harga Referensi (HR) biji kakao periode November 2024 ditetapkan sebesar USD 7.448,02/MT, turun USD133,48 atau 1,76 persen…

November 2024, Harga Referensi CPO Naik 7,65 Persen

NERACA Jakarta – Harga Referensi (HR) komoditas minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) untuk bea keluar (BK) dan tarif Badan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Bantuan Benih Ikan Dorong Peningkatkan Produksi

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan turut membagikan bantuan stimulus budi daya perikanan kepada masyarakat Kepulauan. Stimulus berupa benih…

Investasi Produksi Daging dan Susu Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong peningkatan produksi daging dan susu sapi melalui pengawalan investasi. Wakil Menteri Pertanian…

November 2024, Harga Refernsi Kakao Sebesar USD 7.448,02/MT

NERACA Jakarta – Harga Referensi (HR) biji kakao periode November 2024 ditetapkan sebesar USD 7.448,02/MT, turun USD133,48 atau 1,76 persen…