Ketergantungan Petani ke Bantuan Benih Dinilai Melemahkan Keberlanjutan Pertanian

 

Ketergantungan Petani ke Bantuan Benih Dinilai Melemahkan Keberlanjutan Pertanian
NERACA
Jakarta - Program bantuan benih jagung di Indonesia, yang telah berlangsung beberapa tahun terakhir, memegang peran penting dalam meningkatkan produktivitas pertanian nasional. Namun, salah satu temuan dari penelitian terbaru Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) yang bekerja sama dengan PRISMA, mengungkapkan ketergantungan petani pada benih bantuan berisiko melemahkan keberlanjutan pertanian. Ketergantungan ini juga dapat menurunkan produktivitas jangka panjang jika tidak disertai strategi transisi yang tepat.
Upaya penargetan penerima sasaran yang lebih tepat dipercaya dapat mendukung petani untuk dapat mengakses benih secara mandiri serta meningkatkan kesejahteraan mereka. Penelitian ini menemukan bahwa petani yang membeli benih secara mandiri mencapai produktivitas yang lebih tinggi daripada yang bergantung sepenuhnya pada bantuan benih. “Program bantuan sebaiknya menjadi solusi sementara, bukan permanen. Diperlukan transisi menuju pembelian benih mandiri agar keberlanjutan sektor pertanian terjaga,” ujar Kepala Penelitian CIPS Aditya Alta, seperti dikutip dalam keterangannya, kemarin. 
Penelitian ini juga menyoroti praktik baik di beberapa daerah, seperti di Kabupaten Sumenep dan Jawa Tengah, yang telah menggunakan dataset status pasar jagung untuk mengoptimalkan bantuan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi petani. Dataset yang dimaksudkan di sini adalah pemanfaatan data areal panen, produktivitas, hingga keberadaan aktor di sepanjang rantai nilai jagung di suatu daerah. Penggunaan dataset dapat menunjang program bantuan agar lebih tepat sasaran dan mendorong akses terhadap benih yang berkelanjutan.
CEO PRISMA Mohasin Kabir menegaskan, sangat penting untuk memastikan pelaksanaan program bantuan benih yang dapat untuk membangun pasar secara berkelanjutan. “Akses berkelanjutan ke benih berkualitas dan praktik pertanian yang baik (Good Agricultural Practices/GAP) merupakan kunci peningkatan produksi jagung dan mendukung ketahanan pangan nasional,” ungkapnya.
Langkah-langkah rekomendasi terhadap program bantuan benih diharapkan dapat meningkatkan produktivitas jagung di tingkat nasional dan berkontribusi pada ketahanan pangan Indonesia. Sebagai solusi, CIPS dan PRISMA merekomendasikan sejumlah langkah, salah satunya adalah dengan menyelaraskan tujuan bantuan dengan skema pengembangan jagung ke dalam rancangan induk nasional. Selain itu, program bantuan juga perlu memperkuat mekanisme penargetan penerima bantuan yang tepat berdasarkan status pasar. Sinkronisasi  pendampingan dari pemerintah dan sektor swasta bagi petani dalam menerapkan Praktik Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practices/GAP) juga penting untuk terus dilakukan.

 

 

 

NERACA

Jakarta - Program bantuan benih jagung di Indonesia, yang telah berlangsung beberapa tahun terakhir, memegang peran penting dalam meningkatkan produktivitas pertanian nasional. Namun, salah satu temuan dari penelitian terbaru Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) yang bekerja sama dengan PRISMA, mengungkapkan ketergantungan petani pada benih bantuan berisiko melemahkan keberlanjutan pertanian. Ketergantungan ini juga dapat menurunkan produktivitas jangka panjang jika tidak disertai strategi transisi yang tepat.

Upaya penargetan penerima sasaran yang lebih tepat dipercaya dapat mendukung petani untuk dapat mengakses benih secara mandiri serta meningkatkan kesejahteraan mereka. Penelitian ini menemukan bahwa petani yang membeli benih secara mandiri mencapai produktivitas yang lebih tinggi daripada yang bergantung sepenuhnya pada bantuan benih. “Program bantuan sebaiknya menjadi solusi sementara, bukan permanen. Diperlukan transisi menuju pembelian benih mandiri agar keberlanjutan sektor pertanian terjaga,” ujar Kepala Penelitian CIPS Aditya Alta, seperti dikutip dalam keterangannya, kemarin. 

Penelitian ini juga menyoroti praktik baik di beberapa daerah, seperti di Kabupaten Sumenep dan Jawa Tengah, yang telah menggunakan dataset status pasar jagung untuk mengoptimalkan bantuan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi petani. Dataset yang dimaksudkan di sini adalah pemanfaatan data areal panen, produktivitas, hingga keberadaan aktor di sepanjang rantai nilai jagung di suatu daerah. Penggunaan dataset dapat menunjang program bantuan agar lebih tepat sasaran dan mendorong akses terhadap benih yang berkelanjutan.

CEO PRISMA Mohasin Kabir menegaskan, sangat penting untuk memastikan pelaksanaan program bantuan benih yang dapat untuk membangun pasar secara berkelanjutan. “Akses berkelanjutan ke benih berkualitas dan praktik pertanian yang baik (Good Agricultural Practices/GAP) merupakan kunci peningkatan produksi jagung dan mendukung ketahanan pangan nasional,” ungkapnya.

Langkah-langkah rekomendasi terhadap program bantuan benih diharapkan dapat meningkatkan produktivitas jagung di tingkat nasional dan berkontribusi pada ketahanan pangan Indonesia. Sebagai solusi, CIPS dan PRISMA merekomendasikan sejumlah langkah, salah satunya adalah dengan menyelaraskan tujuan bantuan dengan skema pengembangan jagung ke dalam rancangan induk nasional. Selain itu, program bantuan juga perlu memperkuat mekanisme penargetan penerima bantuan yang tepat berdasarkan status pasar. Sinkronisasi  pendampingan dari pemerintah dan sektor swasta bagi petani dalam menerapkan Praktik Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practices/GAP) juga penting untuk terus dilakukan.

BERITA TERKAIT

Kontribusi Pariwisata ke PDB Bisa Capai 5%

  NERACA Jakarta - Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menyatakan kontribusi sektor pariwisata terhadap produk…

Pemerintahan Baru, Ekonom Senior Optimistis Kinerja Pertamina Semakin Meningkat

Pemerintahan Baru, Ekonom Senior Optimistis Kinerja Pertamina Semakin Meningkat NERACA Jakarta - Kinerja Pertamina sepanjang Pemerintahan Jokowi dinilai sudah on…

Meski Turun, Biaya Logistik Disebut Masih Tinggi

Meski Turun, Biaya Logistik Disebut Masih Tinggi NERACA Jakarta - Kementerian BUMN dan Kementerian Perhubungan melakukan koordinasi guna membahas upaya…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Kontribusi Pariwisata ke PDB Bisa Capai 5%

  NERACA Jakarta - Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menyatakan kontribusi sektor pariwisata terhadap produk…

Pemerintahan Baru, Ekonom Senior Optimistis Kinerja Pertamina Semakin Meningkat

Pemerintahan Baru, Ekonom Senior Optimistis Kinerja Pertamina Semakin Meningkat NERACA Jakarta - Kinerja Pertamina sepanjang Pemerintahan Jokowi dinilai sudah on…

Meski Turun, Biaya Logistik Disebut Masih Tinggi

Meski Turun, Biaya Logistik Disebut Masih Tinggi NERACA Jakarta - Kementerian BUMN dan Kementerian Perhubungan melakukan koordinasi guna membahas upaya…