Pasar Komoditas Perkebunan dan Hortikultura di Jepang Cukup Tinggi

NERACA

Jepang - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono menilai, kebutuhan untuk komoditas perkebunan maupun hortikultura di Jepang cukup tinggi. Oleh karena itu, dirinya mengaku akan "all out" dalam mengembangkan sektor pertanian nasional guna dapat memenuhi kebutuhan domestik maupun luar negeri.

Sudaryono atau yang akrab disapa Mas Dar ini juga mengatakan dirinya tengah fokus untuk memaksimalkan digitalisasi pada sektor pertanian. Hal ini sebagai salah satu upaya dalam mewujudkan pertanian Indonesia yang modern.

"Saya sebagai Wakil Menteri punya tanggungjawab mensukseskan (program) beliau, salah satunya perdagangan luar negeri. Jadi memang saya mengambil peran salah satunya digitalisasi, membuat peta digitalisasi pertanian Indonesia," kata Mas Dar di Tokyo, Jepang.

Di sisi lain, Mas Dar menekankan pentingnya peran Bank Indonesia (BI) dalam mendukung ekspor komoditas pertanian nasional, khususnya ke negara-negara seperti China, Jepang, Korea, dan Taiwan. Wamentan Sudaryono pun menyebut peran BI tidak hanya sebagai pengendali inflasi, tetapi juga dapat berperan sebagai agregator ekspor.

"Satu hal, saya sangat gembira bahwa BI itu memiliki peranan yang besar, artinya jemput bola. Tadi sudah kita garisbawahi, mungkin saya kira pertemuan siang hari ini, kalau boleh kita kasih highlight tuh keyword-nya adalah agregator ekspor dan inflasi," ujar Mas Dar.

Mas Dar pun mengungkapkan, kunjungan bilateral ke Jepang kali ini untuk meningkatkan jumlah tenaga kerja Indonesia yang terlatih di sektor pertanian melalui program magang di Jepang.

Mas Dar menjelaskan, nantinya para tenaga magang itu berasal dari kalangan mahasiswa atau petani milenial. Nantinya, mereka dapat magang di Jepang selama periode tertentu.

"Tenaga-tenaga magang itu bisa magang di sektor pertanian, bisa selama 6 bulan, satu tahun, atau 1 setengah tahun, kemudian kembali. Kita kirim saja tenaga-tenaga anak muda kita yang konsen di bidang pertanian, kita training, nanti kita kirim menjadi tenaga-tenaga pertanian di Jepang," ujar Mas Dar.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) di Tokyo, Imaduddin Sahabat mengatakan, selama ini pihaknya menjadi agregator bagi produk-produk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang akan diekspor ke Jepang.

Imaduddin menjelaskan, BI di Tokyo selama ini membantu para pelaku UMKM dalam mengakses marketplace, promosi perdagangan, hingga packaging.

"Sedangkan kalau kita masuk dari Indonesia, memang diperlukan agregator. Jadi ga bisa masuk Jepang tuh sendiri, jadi kita mesti punya agregator," jelas Imaduddin.

Lebih lanjut terkait hortikultura, Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto mengungkapkan bahwa nilai ekspor produk hortikultura per April 2024 mengalami peningkatan hingga 35 persen apabila dibandingkan pada April tahun 2023. Hal ini menunjukkan bahwa peluang ekspor produk hortikultura masih terbuka luas dengan ketersediaan produk yang berlimpah. 

Seperti diketahui bahwa  saat ini terdapat 18 negara mitra yang berpartisipasi pada acara tersebut. Mereka berasal dari Pakistan, Filipina, Kamboja, Belanda, Korea Selatan, Rusia, Denmark, Finlandia, Cina, Singapura, Timor Leste, Taiwan, Malaysia, India, Papua Nugini, Zimbabwe, Jepang dan Australia.

Prihasto berharap, melalui acara ini para pelaku usaha hortikultura dapat meningkatkan jaringan dan peluang bisnis terutama dalam mengembangkan kolaborasi dan membuka akses pasar bagi produk hortikultura Indonesia di pasar global. 

Lebih lanjut, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Hortikultura  kini berfokus untuk meningkatkan pengembangan dan pemasaran hasil pertanian.

Bantuan sarana dan prasarana pasca panen, seperti bangsal pasca panen, memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas hasil panen dan memenuhi standar GHP (Good Handling Product). Hasil panen dapat diolah dan dikemas secara lebih efisien, mengurangi pemborosan produk.

Sebelumnya, Prihasto menjelaskan bahwa dengan adanya bantuan sarana dan prasarana pasca panen dan pengolahan diharapkan kelompok dapat meningkat baik kelas dan pendapatannya.

“Banyak produk hortikultura yang tidak kalah dengan produk luar negeri baik dari segi rasa dan kualitasnya sehingga dengan adanya bantuan ini diharapkan dapat membantu kelompok UMKM (usaha mikro kecil dan menegah) Hortikultura bersaing dengan produk luar," jelas Prihasto.

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Bambang Sugiharto, menambahkan, "dengan adanya bantuan ini, kelompok UMKM Hortikultura dapat 'naik kelas' yang tadinya hanya UMKM menjadi IKM dengan menambahkan branding pada setiap produk melalui kemasan yang menarik dan sesuai dengan syarat-syarat izin edar."

Hal ini menjadi langkah penting dalam mendukung UMKM hortikultura untuk bersaing di pasar yang semakin kompetitif.

 

BERITA TERKAIT

Hingga Tahun 2028, Pemerintah Siap 60 Blok Migas

NERACA Surabaya – Dalam upaya meningkatkan produksi minyak dan gas bumi (migas) nasional, pemerintah kembali membuka peluang bagi investor untuk…

PT ITCI Kartika Utama Dukung NDC

NERACA Jakarta-Menteri LHK Siti Nurbaya memberikan penghargaan kepada PT ITCI Kartika Utama (ITCIKU) sebagai pemegang perijinan berusaha pemanfaatan hutan (PBPH),…

Industri Kopi Artisan Indonesia Berpotensi dalam Pasar Global

NERACA Jakarta – Perkembangan konsumsi kopi di Indonesia telah memasuki third wave atau gelombang ketiga, setelah melewati gelombang pertama yang ditandai dengan upaya mendorong…

BERITA LAINNYA DI Industri

Pasar Komoditas Perkebunan dan Hortikultura di Jepang Cukup Tinggi

NERACA Jepang - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono menilai, kebutuhan untuk komoditas perkebunan maupun hortikultura di Jepang cukup tinggi. Oleh…

Hingga Tahun 2028, Pemerintah Siap 60 Blok Migas

NERACA Surabaya – Dalam upaya meningkatkan produksi minyak dan gas bumi (migas) nasional, pemerintah kembali membuka peluang bagi investor untuk…

PT ITCI Kartika Utama Dukung NDC

NERACA Jakarta-Menteri LHK Siti Nurbaya memberikan penghargaan kepada PT ITCI Kartika Utama (ITCIKU) sebagai pemegang perijinan berusaha pemanfaatan hutan (PBPH),…