Tingginya Pasar, Warga Binaan Lapas Disiapkan Jadi Wirausaha Batik

NERACA

Jakarta – Tingginya pasar batik baik didalam ataupun luar negeri maka Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berkomitmen untuk membina pelaku industri kecil dan menengah (IKM) agar tumbuh dan semakin berkembang. Dengan karakteristik IKM tidak memerlukan modal besar untuk mendirikan unit usaha, kesempatan berusaha bagi masyarakat terbuka secara luas.

Salah satu bentuk pembinaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (Ditjen IKMA) Kemenperin adalah fasilitasi bimbingan teknis yang diselenggarakan di Lembaga Pemasyarakatan (lapas) di berbagai daerah, yang merupakan kolaborasi dengan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

“Kegiatan bimbingan teknis yang berupa pelatihan proses produksi tersebut diberikan kepada warga binaan lapas yang akan memasuki akhir masa pembinaan. Diharapkan kegiatan yang dilakukan dapat memberikan bekal dan persiapan kepada para warga binaan saat kembali ke masyarakat,” papar Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kemenperin, Reni Yanita di Jakarta.

Salah satu kegiatan pembinaan yang baru saja dilaksanakan adalah Penumbuhan dan Pengembangan WUB IKM Batik di Lapas Cipinang, Jakarta Timur pada 3-7 September 2024. Kegiatan yang juga merupakan hasil kolaborasi Kemenperin dengan Yayasan Batik Indonesia (YBI) tersebut diikuti oleh 25 orang peserta warga binaan Lapas.

“Penumbuhan dan pengembangan wirausaha baru IKM merupakan program prioritas Ditjen IKMA. Dengan bersinergi bersama Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham, kami berharap dapat menumbuhkan pelaku IKM dari warga binaan lapas,” ujar Reni.

Pelatihan produksi batik dipilih karena sektor industri batik memiliki potensi untuk dikembangkan baik berupa produk kain, maupun produk turunannya seperti pakaian jadi, aksesoris hingga home decoration yang menjadi tren di kalangan anak muda. “Produk batik memiliki potensi pasar ekspor yang harus dimaksimalkan. Hal ini ditunjukkan dengan kinerja ekspor batik dan produk batik pada periode Januari - Juli 2024 yang mencapai angka USD9,09 juta,” terang Reni.

Reni berharap kegiatan yang dilaksanakan dapat menumbuhkan bibit pelaku usaha batik. Kemenperin juga berkolaborasi dengan Yayasan Batik Indonesia sehingga materi dan metode bimbingan teknis yang diberikan dapat mendorong kreativitas peserta untuk menghasilkan produk yang memiliki daya jual dan daya saing.

“Saya ingin menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah mendukung penyelenggaraan kegiatan ini sehingga dapat terlaksana dengan baik dan dapat memberikan manfaat kepada para peserta warga binaan lapas yang hendak kembali ke masyarakat,” imbuh Reni.

Tidak hanya itu, disisi lain Reni mengungkapkan, pelaku IKM batik harus semakin adaptif tanpa mengesampingkan pakem sejarah pembuatannya dan dampak yang ditimbulkan. “Saat ini memang merupakan era untuk lebih memaksimalkan penggunaan pewarna alam yang dapat memberikan nilai tambah pada batik, sekaligus untuk menekan kerusakan lingkungan,” ungkap Reni.

Reni tak henti mendorong para pelaku IKM fesyen, termasuk IKM batik untuk mulai beralih ke  konsep fesyen yang inklusif dan berkelanjutan (sustainable fashion). Konsep ini, lanjut Reni, mengedepankan nilai-nilai dari seluruh aspek atau pihak yang terlibat dalam industri tersebut, baik aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

“Dengan mengedepankan konsep berkelanjutan tersebut, industri batik dapat lebih bertahan dan melawan arus tren industri fesyen yang serba cepat dan menyumbang banyak limbah,” imbuh Reni. Selain itu, memberikan nilai tambah dan citra produk seiring dengan meningkatnya green lifestyle dan green consumerism.

Reni juga menyampaikan bahwa perkembangan gaya hidup sehat dan tren penggunaan produk yang ramah lingkungan semakin digandrungi oleh para generasi muda, khususnya generasi millenial dan generasi Z. “Berbagai gaya hidup sehat, aktivitas olahraga, dan meningkatnya kesadaran akan kelestarian lingkungan telah menjadi budaya generasi muda yang juga harus diperhatikan oleh para pelaku industri,” jelas Reni.

Direktur Industri Aneka dan IKM Kimia, Sandang dan Kerajinan, Alexandra Arri Cahyani, turut menyampaikan bahwa para peserta akan memperoleh informasi dan pelatihan keterampilan membatik dengan teknik batik tulis dan batik cap.

“Kami berharap para peserta selain mampu untuk menjalankan usaha, juga dapat terserap tenaga dan keahliannya oleh para pelaku usaha batik yang telah ada, sehingga keahlian dan keterampilan yang telah didapat menjadi jaring pengaman sosial bagi warga binaan, agar tidak kembali mengulangi kesalahan di masa lampau,” jelas Alexandra.

 

BERITA TERKAIT

Ini Dia Strategi dan Rekomendasi Kebijakan Perdagangan

NERACA Makassar – Kepala Badan Kebijakan Perdagangan (BK Perdag) Kementerian Perdagangan (Kemendag),  Fajarini Puntodewi menjabarkan strategi kebijakan dalam meningkatkan potensi…

Revisi UU Migas Dukung Investasi Migas

NERACA Jakara – Potensi subsektor minyak dan gas (migas) Indonesia diyakini masih besar. Melihat hal tersebut maka pemerintah melakukan optimalisasi…

Kolaborasi dengan AHM - Wahana Makmur Edukasi Motor Listrik di SMK Taman Siswa

Ciptakan tenaga montir handal dan siap kerja, PT Wahana Makmur Sejati (WMS) bersama dengan PT Astra Honda Motor (AHM) berikan…

BERITA LAINNYA DI Industri

Ini Dia Strategi dan Rekomendasi Kebijakan Perdagangan

NERACA Makassar – Kepala Badan Kebijakan Perdagangan (BK Perdag) Kementerian Perdagangan (Kemendag),  Fajarini Puntodewi menjabarkan strategi kebijakan dalam meningkatkan potensi…

Revisi UU Migas Dukung Investasi Migas

NERACA Jakara – Potensi subsektor minyak dan gas (migas) Indonesia diyakini masih besar. Melihat hal tersebut maka pemerintah melakukan optimalisasi…

Kolaborasi dengan AHM - Wahana Makmur Edukasi Motor Listrik di SMK Taman Siswa

Ciptakan tenaga montir handal dan siap kerja, PT Wahana Makmur Sejati (WMS) bersama dengan PT Astra Honda Motor (AHM) berikan…