Marak Bisnis Paylater, Bank Diminta Miliki Mitigasi Risiko Gagal Bayar

 

NERACA

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta bank mempunyai mekanisme mitigasi risiko yang memadai dalam penyelenggaraan Buy Now Pay Later (BNPL) guna mengantisipasi risiko gagal bayar. “Untuk mengantisipasi risiko gagal bayar, OJK meminta bank memiliki mitigasi risiko yang memadai dan menerapkan prinsip kehati-hatian sejak awal pelaksanaan kemitraan,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae, sebagaimana dikutip, kemarin.

Langkah yang diperlukan meliputi pemilihan mitra secara komprehensif, serta pemantauan dan evaluasi kinerja secara berkala. Dalam hal ini jika terjadi gagal bayar, Dian mengatakan bank harus memiliki strategi mitigasi risiko yang memadai, antara lain dengan membentuk cadangan kerugian terhadap kredit bermasalah dan menetapkan langkah-langkah penyelesaian.

Menurut Dian, sesuai dengan Undang-Undang Perbankan, bank memiliki fungsi sebagai lembaga intermediasi sehingga fasilitas BNPL yang diselenggarakan dapat menjadi kegiatan kerja sama channeling atau penyaluran kredit melalui perusahaan fintech. "Kerja sama channeling kredit melalui fintech menjadi salah satu strategi untuk mendorong pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan agar berjalan lebih optimal, di antaranya melalui peningkatan kredit kepada UMKM, dengan memanfaatkan kemudahan aspek Teknologi Informasi," ujarnya.

Oleh karena itu, bank perlu memastikan bahwa kerja sama channeling kredit dapat memperhatikan izin usaha, kelayakan fintech sebagai penerima channeling, kepatuhan terhadap regulasi perlindungan konsumen, serta penilaian risiko yang memadai. “Kredit yang disalurkan melalui channeling bisa bersifat produktif atau konsumtif, tergantung tujuan penggunaan kredit oleh end-user serta masing masing kebijakan dan risk-appetite bank,” pungkas Dian.

Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK Agusman menyampaikan bahwa nilai penyaluran perusahaan pembiayaan (PP) beli sekarang bayar nanti atau buy now pay later (BNPL/paylater) meningkat 33,64 persen yoy menjadi sebesar Rp6,81 triliun per Mei 2024. “Total penyaluran piutang pembiayaan PP BNPL per Mei 2024 meningkat 33,64 persen yoy menjadi sebesar Rp6,81 triliun,” ucapnya.  

Ia pun menilai pembiayaan paylater di Indonesia memiliki potensi pasar yang cukup besar sejalan dengan perkembangan perekonomian berbasis digital. Prospek yang cukup baik tersebut, lanjutnya, juga terlihat dari rasio Non-Perfoming Financing (NPF) gross dan NPF netto PP BNPL yang masing-masing tercatat sebesar 3,22 persen dan 0,84 persen. Agusman mengatakan tengah mengkaji aturan terkait paylater. Beberapa hal yang masih dalam pembahasan antara lain persyaratan perusahaan pembiayaan yang menyelenggarakan kegiatan paylater, kepemilikan sistem informasi, serta perlindungan data pribadi.

Ia menyatakan hal-hal lain yang juga masih dalam proses pengkajian yakni rekam jejak audit, sistem pengamanan, akses dan penggunaan data pribadi, kerja sama dengan pihak lain, dan manajemen risiko. Tidak hanya pembiayaan paylater, pihaknya mencatat bahwa perkembangan pembiayaan syariah pada Mei 2024 juga cukup baik. “Per Mei 2024, nilai outstanding pembiayaan syariah meningkat 27,49 persen yoy menjadi sebesar Rp26,5 triliun,” ujar Agusman.

PT Bank Central Asia Tbk atau BCA mencatat, pertumbuhan jumlah pengguna buy now pay later (BNPL) hingga periode Mei 2024 mencapai 108 persen secara year-to-date (ytd). Kemudian, outstanding pinjaman untuk paylater yang disediakan bank swasta tersebut juga tercatat tumbuh hingga periode yang sama, yakni sebesar 94 persen ytd. “Jadi, (berdasarkan pertumbuhan paylater BCA tersebut) pengguna sangat antusias dan kami juga excited,” kata Executive Vice President (EVP) Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn.

Hera menyampaikan, perseroan secara rutin melakukan inovasi produk termasuk untuk paylater. Menurutnya, perseroan juga terus melakukan kajian sehingga diharapkan dapat melahirkan inovasi produk baru yang relevan dengan kebutuhan pasar saat ini. Sebelumnya, dalam paparan kinerja triwulan I 2024, perseroan melaporkan bahwa jumlah pengguna paylater hingga akhir Maret 2024 telah mencapai sekitar 89.000 pengguna atau tumbuh 70 persen dari posisi Desember 2023 yang berjumlah 52.500 pengguna.

BERITA TERKAIT

Bank Tetap Kedepankan Prudent dalam Menjaga Pertumbuhan Kredit

  NERACA Jakarta - Wakil Ketua Umum I Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Alexandra Askandar meyakini, bank-bank nasional tetap mengedepankan sikap…

Tumbuh 5,1%, BTN Bukukan Laba Bersih Rp904 Miliar

  NERACA Jakarta - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) membukukan laba bersih sebesar Rp904 miliar pada kuartal I-2025,…

Digitalisasi Pengelolaan Masjid, Bank Muamalat Hadirkan Hijrah Masjid

  NERACA Jakarta – Indonesia dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia memiliki lebih dari 650 ribu masjid dan musala.…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Bank Tetap Kedepankan Prudent dalam Menjaga Pertumbuhan Kredit

  NERACA Jakarta - Wakil Ketua Umum I Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Alexandra Askandar meyakini, bank-bank nasional tetap mengedepankan sikap…

Tumbuh 5,1%, BTN Bukukan Laba Bersih Rp904 Miliar

  NERACA Jakarta - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) membukukan laba bersih sebesar Rp904 miliar pada kuartal I-2025,…

Digitalisasi Pengelolaan Masjid, Bank Muamalat Hadirkan Hijrah Masjid

  NERACA Jakarta – Indonesia dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia memiliki lebih dari 650 ribu masjid dan musala.…