Indonesia Disarankan Genjot Investasi, Lakukan Transisi Energi dan Perkuat Infrastruktur Digital - HSBC Summit 2023

 

HSBC Summit 2023
Indonesia Disarankan Genjot Investasi, Lakukan Transisi Energi dan Perkuat Infrastruktur Digital
NERACA
Jakarta - Indonesia harus memanfaatkan kekuatan transformatif digital sembari berkomitmen pada ekonomi berkelanjutan yang rendah karbon. Indonesia tengah melangkah maju dengan ambisi menuju "Indonesia Emas 2045," visi untuk mengangkat negeri ini menjadi lebih sejahtera dan maju pada tahun 2045. Perkembangan ekonomi terkini memberikan gambaran cerah bagi masa depan Indonesia. 
Dalam HSBC Summit 2023 di Jakarta, Rabu (11/10), Kepala Ekonom Asia dan Co-head Global Research Asia HSBC Global Research Frederic Neumann mengatakan, keterkaitan berbagai faktor, termasuk Penanaman Modal Asing (PMA) yang berkelanjutan, peningkatan daya saing upah yang mendorong investasi Tiongkok di ASEAN, populasi usia kerja yang kuat, dan populasi masyarakat yang semakin makmur, menciptakan landasan yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. 
Penanaman modal asing akan terus mengalir ke Asia. ASEAN juga akan menjadi titik fokus, dan Indonesia sebagai target utama para investor agar bisa berekspansi di kawasan ini.  Peningkatan investasi Tiongkok di ASEAN, yang didorong meningkatnya persaingan upah, semakin memperkuat daya tarik kawasan ini bagi para investor.
"Apalagi, Indonesia punya keunggulan yang signifikan dalam jumlah penduduk usia kerja yang besar. Keunggulan tenaga kerja Indonesia menarik bagi bisnis yang ingin melakukan ekspansi. Meningkatnya jumlah populasi dewasa di Indonesia dengan kekayaan lebih dari 250.000 dolar AS atau kurang lebih Rp 3,9 miliar, menunjukkan adanya pertumbuhan kelas menengah. Ini menjadi indikasi Indonesia punya basis konsumen yang menguntungkan bagi usaha domestik dan internasional," jelasnya. 
Meskipun ada tantangan seperti penurunan surplus perdagangan, realisasi FDI terus meningkat terutama di sektor logam dan peralatan. Pasar domestik Indonesia yang merupakan yang terbesar di ASEAN, menawarkan peluang pertumbuhan yang signifikan dan dapat meningkat 50 poin (bp) menjadi 5,8 persen pada tahun 2028. Hal ini seiring dengan meningkatnya posisi Indonesia dalam rantai industri logam. 
Ketahanan Ekonomi
Untuk mencapai ambisinya, Indonesia harus mempertahankan momentum pertumbuhan yang kuat dengan terus mendorong arus masuk PMA yang tinggi. Indonesia juga harus memanfaatkan kekuatan transformatif digital, dan mencapainya sembari berkomitmen pada ekonomi berkelanjutan yang rendah karbon.  
Dukungan pemerintah dan iklim regulasi secara signifikan telah mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Langkah-langkah proaktif telah dilakukan untuk menciptakan iklim yang menguntungkan bagi bisnis domestik dan asing. Reformasi menyederhanakan aturan dan memangkas birokrasi, telah berdampak positif pada PMA yang mencapai 43 miliar dollar AS pada 2022. PMA ini didominasi oleh sektor pertambangan logam dan pertambangan yang mencapai lebih dari 16 miliar dollar AS.
Menurut Presiden Direktur HSBC Indonesia Francois de Maricourt, pertumbuhan arus masuk PMA mencerminkan daya tarik Indonesia yang semakin meningkat bagi investor global. “Sangat menggembirakan melihat investasi mengalir ke sektor-sektor yang memberikan nilai tambah yang besar bagi perekonomian Indonesia," ujar Francois.
Meskipun pertumbuhan arus masuk investasi ke Indonesia mungkin terlihat normal, data HSBC menunjukkan dua tren mendasar yang penting. Pertama adalah bahwa Indonesia secara “diam-diam” meraih keuntungan besar dalam pangsa pasar PMA global. Kedua, Indonesia semakin dipilih sebagai tujuan investasi, sehingga memberikan nilai tambah bagi perekonomian.
Saat dunia bergerak menuju ekonomi hijau dan berkomitmen pada keberlanjutan, Indonesia telah memulai perjalanan menuju netralitas karbon dengan regulasi untuk mencapai emisi karbon netral pada 2060. Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan investasi energi terbarukan hingga tiga kali lipat menjadi USD 8 miliar per tahun pada akhir dekade ini, seperti yang disoroti oleh Badan Energi Internasional. Peluncuran Bursa Karbon Indonesia oleh Presiden Joko Widodo baru-baru ini, diharapkan membuka peluang ekonomi berkelanjutan baru dengan potensi USD 20 miliar.
Dalam perjalanan menuju netralitas karbon, Indonesia juga telah mengambil langkah-langkah untuk elektrifikasi sektor mobilitasnya. Francois menyoroti pentingnya mendukung sektor kendaraan listrik, sebuah industri yang sejalan dengan sumber daya melimpah Indonesia. “Ini memberikan jalan yang menarik untuk kendaraan listrik (EV), sebuah industri yang selaras dengan sumber daya Indonesia yang melimpah," ujar Francois.
Francois menggarisbawahi dukungan pemerintah untuk sektor EV, ditambah dengan status Indonesia sebagai produsen utama bahan baterai EV, memberikan peluang yang signifikan untuk investasi. Transformasi Indonesia menjadi bangsa digital menjadi nilai tambah lainnya. Francois menekankan pentingnya terus meningkatkan konektivitas digital dan e-commerce, serta menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan konektivitas digital di kalangan masyarakat Indonesia.
Dalam konteks ini, Francois menekankan perlunya kolaborasi untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat investasi global yang menawarkan hasil yang berkelanjutan. "Institusi keuangan, termasuk bank seperti HSBC, memiliki peran krusial dalam menghubungkan investor dengan peluang berkelanjutan dan mendukung perusahaan lokal dalam mengadopsi standar keberlanjutan internasional,” kata Francois.

 

 

NERACA

Jakarta - Indonesia harus memanfaatkan kekuatan transformatif digital sembari berkomitmen pada ekonomi berkelanjutan yang rendah karbon. Indonesia tengah melangkah maju dengan ambisi menuju "Indonesia Emas 2045," visi untuk mengangkat negeri ini menjadi lebih sejahtera dan maju pada tahun 2045. Perkembangan ekonomi terkini memberikan gambaran cerah bagi masa depan Indonesia. 

Dalam HSBC Summit 2023 di Jakarta, Rabu (11/10), Kepala Ekonom Asia dan Co-head Global Research Asia HSBC Global Research Frederic Neumann mengatakan, keterkaitan berbagai faktor, termasuk Penanaman Modal Asing (PMA) yang berkelanjutan, peningkatan daya saing upah yang mendorong investasi Tiongkok di ASEAN, populasi usia kerja yang kuat, dan populasi masyarakat yang semakin makmur, menciptakan landasan yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

Penanaman modal asing akan terus mengalir ke Asia. ASEAN juga akan menjadi titik fokus, dan Indonesia sebagai target utama para investor agar bisa berekspansi di kawasan ini.  Peningkatan investasi Tiongkok di ASEAN, yang didorong meningkatnya persaingan upah, semakin memperkuat daya tarik kawasan ini bagi para investor.

"Apalagi, Indonesia punya keunggulan yang signifikan dalam jumlah penduduk usia kerja yang besar. Keunggulan tenaga kerja Indonesia menarik bagi bisnis yang ingin melakukan ekspansi. Meningkatnya jumlah populasi dewasa di Indonesia dengan kekayaan lebih dari 250.000 dolar AS atau kurang lebih Rp 3,9 miliar, menunjukkan adanya pertumbuhan kelas menengah. Ini menjadi indikasi Indonesia punya basis konsumen yang menguntungkan bagi usaha domestik dan internasional," jelasnya. 

Meskipun ada tantangan seperti penurunan surplus perdagangan, realisasi FDI terus meningkat terutama di sektor logam dan peralatan. Pasar domestik Indonesia yang merupakan yang terbesar di ASEAN, menawarkan peluang pertumbuhan yang signifikan dan dapat meningkat 50 poin (bp) menjadi 5,8 persen pada tahun 2028. Hal ini seiring dengan meningkatnya posisi Indonesia dalam rantai industri logam. 

Ketahanan Ekonomi

Untuk mencapai ambisinya, Indonesia harus mempertahankan momentum pertumbuhan yang kuat dengan terus mendorong arus masuk PMA yang tinggi. Indonesia juga harus memanfaatkan kekuatan transformatif digital, dan mencapainya sembari berkomitmen pada ekonomi berkelanjutan yang rendah karbon.  

Dukungan pemerintah dan iklim regulasi secara signifikan telah mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Langkah-langkah proaktif telah dilakukan untuk menciptakan iklim yang menguntungkan bagi bisnis domestik dan asing. Reformasi menyederhanakan aturan dan memangkas birokrasi, telah berdampak positif pada PMA yang mencapai 43 miliar dollar AS pada 2022. PMA ini didominasi oleh sektor pertambangan logam dan pertambangan yang mencapai lebih dari 16 miliar dollar AS.

Menurut Presiden Direktur HSBC Indonesia Francois de Maricourt, pertumbuhan arus masuk PMA mencerminkan daya tarik Indonesia yang semakin meningkat bagi investor global. “Sangat menggembirakan melihat investasi mengalir ke sektor-sektor yang memberikan nilai tambah yang besar bagi perekonomian Indonesia," ujar Francois.

Meskipun pertumbuhan arus masuk investasi ke Indonesia mungkin terlihat normal, data HSBC menunjukkan dua tren mendasar yang penting. Pertama adalah bahwa Indonesia secara “diam-diam” meraih keuntungan besar dalam pangsa pasar PMA global. Kedua, Indonesia semakin dipilih sebagai tujuan investasi, sehingga memberikan nilai tambah bagi perekonomian.

Saat dunia bergerak menuju ekonomi hijau dan berkomitmen pada keberlanjutan, Indonesia telah memulai perjalanan menuju netralitas karbon dengan regulasi untuk mencapai emisi karbon netral pada 2060. Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan investasi energi terbarukan hingga tiga kali lipat menjadi USD 8 miliar per tahun pada akhir dekade ini, seperti yang disoroti oleh Badan Energi Internasional. Peluncuran Bursa Karbon Indonesia oleh Presiden Joko Widodo baru-baru ini, diharapkan membuka peluang ekonomi berkelanjutan baru dengan potensi USD 20 miliar.

Dalam perjalanan menuju netralitas karbon, Indonesia juga telah mengambil langkah-langkah untuk elektrifikasi sektor mobilitasnya. Francois menyoroti pentingnya mendukung sektor kendaraan listrik, sebuah industri yang sejalan dengan sumber daya melimpah Indonesia. “Ini memberikan jalan yang menarik untuk kendaraan listrik (EV), sebuah industri yang selaras dengan sumber daya Indonesia yang melimpah," ujar Francois.

Francois menggarisbawahi dukungan pemerintah untuk sektor EV, ditambah dengan status Indonesia sebagai produsen utama bahan baterai EV, memberikan peluang yang signifikan untuk investasi. Transformasi Indonesia menjadi bangsa digital menjadi nilai tambah lainnya. Francois menekankan pentingnya terus meningkatkan konektivitas digital dan e-commerce, serta menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan konektivitas digital di kalangan masyarakat Indonesia.

Dalam konteks ini, Francois menekankan perlunya kolaborasi untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat investasi global yang menawarkan hasil yang berkelanjutan. "Institusi keuangan, termasuk bank seperti HSBC, memiliki peran krusial dalam menghubungkan investor dengan peluang berkelanjutan dan mendukung perusahaan lokal dalam mengadopsi standar keberlanjutan internasional,” kata Francois.

BERITA TERKAIT

Polbangtan Kementan Sukseskan Pameran Kambing dan Domba di Pakan Sari

NERACA Bogor - Dalam rangka mempromosikan budidaya ternak, Kabupaten Bogor menggelar Festival Domba dan Kambing yang berlangsung selama 2 hari,…

Gandum Pangan Dipakai Pakan Ternak, KPPU Segera Panggil Pihak Terkait

  NERACA Jakarta – Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) bergerak cepat merespon isu 'rembesnya' importasi gandum. Dalam sepekan terakhir, masalah…

Program BIPOSC, Musim Mas Group Dorong Petani Sawit Swadaya Terapkan Perkebunan Regeneratif

  NERACA Jakarta – Musim Mas Group, bersama Livelihoods Fund for Family Farming (L3F), SNV Indonesia, dan ICRAF melakukan kerjasama…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Polbangtan Kementan Sukseskan Pameran Kambing dan Domba di Pakan Sari

NERACA Bogor - Dalam rangka mempromosikan budidaya ternak, Kabupaten Bogor menggelar Festival Domba dan Kambing yang berlangsung selama 2 hari,…

Gandum Pangan Dipakai Pakan Ternak, KPPU Segera Panggil Pihak Terkait

  NERACA Jakarta – Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) bergerak cepat merespon isu 'rembesnya' importasi gandum. Dalam sepekan terakhir, masalah…

Program BIPOSC, Musim Mas Group Dorong Petani Sawit Swadaya Terapkan Perkebunan Regeneratif

  NERACA Jakarta – Musim Mas Group, bersama Livelihoods Fund for Family Farming (L3F), SNV Indonesia, dan ICRAF melakukan kerjasama…