Jakarta - Keberadaan gudang beku (cold storage) di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Cilacap, terbukti mampu memberikan manfaat untuk mempertahankan mutu ikan ekonomis penting seperti layur, tuna, tongkol, cakalang dan udang di daerah sekitar. Bahkan, komoditas yang disimpan di dalam gudang beku tersebut juga dijadikan bahan baku produk olahan di pasar Tiongkok.
NERACA
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Artati Widiarti mengungkapkan, KKP terus melakukan penguatan terhadap pelaku usaha, termasuk nelayan di sekitar PPS Cilacap.
"Salah satunya ialah dengan membangun cold storage untuk membantu nelayan-nelayan kecil yang kesulitan menjual hasil tangkapannya karena belum mempunyai mitra," ujar Artati di Jakarta.
Senada Direktur Logistik, Ditjen PDSPKP, Innes Rahmania saat di Cilacap, Jawa Tengah, menyebutkan, “Di Kota Cilacap ini, memang sudah ada 16 cold storage milik swasta, tapi mereka hanya menampung tangkapan nelayan-nelayan yang sudah bermitra."
Innes menambahkan, ikan layur yang diekspor dari cold storage PPS Cilacap sejak Januari hingga Oktober 2020 mencapai lebih dari 900 ton. Adapun gudang beku yang dikelola PPS, merupakan fasilitas penyimpanan dari Ditjen PDSPKP yang dibangun pada tahun 2017 dan berkapasitas 100 ton.
Ke depan, Innes memastikan Ditjen PDSPKP akan terus berkolaborasi dengan PPS Cilacap guna melakukan pembinaan kepada nelayan dan juga para pekerja yang terlibat dalam operasional cold storage.
"Kita ke Cilacap dalam rangka mengecek sekaligus mengevaluasi untuk kita laporkan ke Pak Menteri," urai Innes.
Sementara salah satu supplier yang menitipkan ikannya di cold storage PPS Cilacap, Bowo mengaku sangat merasakan manfaat keberadaan gudang beku. Menurutnya, sebelum ada cold storage ini, ia harus menjual ikan secara langsung ke Jakarta atau Surabaya. Jaraknya yang jauh menyebabkan biaya transportasi membengkak.
"Parahnya lagi mutu ikan turun drastis. Saya beli dari nelayan dengan harga kualitas ikan bagus, tetapi begitu sampai di tujuan harganya turun karena banyak ikan-ikan yang turun kualitasnya,“ terang Bowo.
Setiap hari, Bowo mengakui, mampu menyimpan 3-5 ton ikan layur ke gudang beku PPS Cilacap. Ikan-ikan tersebut dikumpulkan dari nelayan di daerah Cilacap, Pangandaran, Pacitan, Sadeng dan Gombong.
Bahkan, di tengah pandemi Covid-19 sektor kelautan dan perikanan justru optimis untuk mendongkrak ekspor . Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor hasil perikanan Indonesia pada Maret 2020 mencapai USD427,71 Juta atau meningkat 6,34% dibanding ekspor Februari 2020. Sementara dibanding Maret 2019 meningkat 3,92%.
Volume ekspor hasil perikanan Indonesia pada Maret 2020 mencapai 105,20 ribu ton atau meningkat 15,37% dibanding ekspor Februari 2020. Jika dibandingkan Maret 2019 meningkat 4,89%.
Artinya, secara kumulatif nilai ekspor Indonesia selama Januari–Maret 2020 mencapai USD1,24 miliar atau meningkat 9,82% dibanding periode yang sama tahun 2019. Demikian pula volume ekspor Januari–Maret 2020 mencapai 295,13 ribu ton atau meningkat 10,96% dibanding periode yang sama tahun 2019.
Amerika Serikat menempati urutan pertama dari lima negara tujuan utama ekspor selama Januari–Maret 2020. Nilai ekspor ke negeri Paman Sam tersebut mencapai USD 508,67 juta (40,97%). Di peringkat kedua, Tiongkok dengan nilai USD173,22 juta (13,95%). Ketiga ada negara-negara di ASEAN dengan nilai USD162,29 juta (13,07%).
Sebelumnya, KKP juga telah menyiapkan sejumlah jurus (skenario) jika pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap produksi perikanan di Tanah Air, terutama perikanan budidaya dan kinerja ekspor.
Hal ini lantaran tidak menutup kemungkinan bahwa serangan Covid-19 akan berpengaruh terhadap terhadap kinerja produksi dan ekspor perikanan. Menteri Edhy mengatakan, hingga saat ini pihaknya terus memantau dan memastikan, sekaligus melakukan langkah-langkah antisipatif jika ada tren penurunan ke depan.
"KKP atau negara akan terus hadir untuk memastikan bahwa produktivitas tetap terjaga karena saat ini produktivitas di sektor perikanan budidaya kita sedang bagus-bagusnya. Kami terus memantau untuk memastikan bahwa perikanan budidaya terus maju, "kata Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo.
"Memang dalam kondisi ini ada penurunan ekspor karena konsumsi udang/ikan di beberapa negara menurun. Seperti di Amerika, Eropa dan China membatasi jumlah impor karena banyak restoran yang tutup. Namun ini saya harap tidak menjadi kendala dan saya harap masyarakat tidak kendor dalam berbudidaya, harus diyakini bahwa negara tetap hadir untuk masyakarat. KKP akan terus memantau dan memastikan bahwa usaha budidaya tetap berjalan,” papar Edhy.
NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan melalui Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag) menargetkan nilai ekspor sebesar USD294,45 miliar dengan pertumbuhan 7,1 persen…
NERACA Jakarta – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng otoritas Norwegia guna meningkatkan kapasitas pengujian mutu dan…
NERACA Jakarta – Pada periode Januari—Oktober2024, total impor Indonesia tercatat sebesar USD192,81 miliar atau naik 5,25 persen dibanding periode yang…
NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan melalui Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag) menargetkan nilai ekspor sebesar USD294,45 miliar dengan pertumbuhan 7,1 persen…
NERACA Jakarta – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng otoritas Norwegia guna meningkatkan kapasitas pengujian mutu dan…
NERACA Jakarta – Pada periode Januari—Oktober2024, total impor Indonesia tercatat sebesar USD192,81 miliar atau naik 5,25 persen dibanding periode yang…