Oleh: Mohamad Bawazeer, Ketua Kadin Komite Timur Tengah dan OKI
Indonesia, yang merupakan mayoritas penduduknya Muslim, bahkan terbesar di dunia merupakan mitra yang strategis bagi Arab Saudi dan negara Timur Tengah lainnya. Secara historis dan religius, hubungan baik Indonesia dan Arab Saudi setidaknya dilandasi oleh berbagai persamaan kepentingan dan budaya.
Arab Saudi, misalnya, termasuk salah satu negara yang amat mendukung kemerdekaan Indonesia. Di saat Indonesia masih dijajah Belanda, ulama-ulama Arab Saudi banyak memberikan inspirasi kepada para ulama dan kaum cendekia Indonesia untuk meraih kemerdekaan. Dalam beberapa kasus, Arab Saudi memberikan dukungan politik kepada Indonesia dan mendukung posisi Indonesia pada forum-forum internasional.
Dalam perjalanannya, hubungan baik Indonesia Arab Saudi terjalin semakin erat di era Presiden Soekarno dan Raja Faisal dan kini diteruskan oleh Presiden Joko Widodo. Walau sempat mengalami pasang surut, secara umum hubungan bilateral ini terus membaik.
Kendati hubungan kedua negara pernah diterpa beberapa kasus yang kemudian menyebar menjadi persoalan politik, seperti kasus pekerja migran Indonesia di Arab Saudi, , namun dari tahun ke tahun, hubungan Indonesia-Arab Saudi selalu mengalami peningkatan, baik di bidang ekonomi, politik, pendidikan, maupun budaya. Kerja sama dalam bidang pendidikan dan kebudayaan antara Indonesia-Arab Saudi merupakan bidang kerja sama yang mengalami perkembangan pesat. Sejak lama Arab Saudi menjadi tujuan utama warga negara Indonesia dalam menuntut ilmu.
Memang harus diakui bahwa hubungan di bidang pendidikan dan kebudayaan ini sangat berkontribusi dalam membangun hubungan antar kedua negara. Hal ini dikarenakan budaya diplomasi Arab Saudi secara umum dijalankan secara informal, baik itu diplomasi politik, ekonomi, maupun investasi bersifat sangat personal (kekeluargaan) dan lebih mengandalkan pada kepercayaan. Diplomasi yang berjalan lebih mengikuti pola persahabatan dan pola hubungan keluarga serta bersifat informal.
Keberhasilan dunia kampus, misalnya, untuk memberikan anugerah kehormatan berupa doctor honoris causa (Dr HC) kepada Raja Abdullah, hendaknya dapat diapresiasi dan dipahami sebagai langkah strategis untuk menopang diplomasi politik Indonesia.
Keberhasilan misi diplomasi Indonesia-Arab Saudi sangat ditentukan dengan kualitas kerja sama pendidikan dan budaya. Lewat kerja sama ini diharapkan akan terbangun persepsi positif tentang Indonesia. Dalam prespektif hubungan internasional, Indonesia memiliki posisi yang strategis terhadap Arab Saudi. Indonesia adalah negara berpenduduk muslim terbesar di dunia dan Indonesia selalu bersikap proaktif dalam memberikan dukungan politik dan solusi atas konflik-konflik yang terjadi di Timur Tengah. Diplomasi ekonomi harus diakui belum tersentuh secara maksimal, ekspor Indonesia ke Saudi Arabia baru sekitar 1.6 % dari total ekspor Indonesia .
Sudah saatnya posisi strategis ini, dimanfaatkan melalui kerjasama yang berdampak optimal dalam kerangka membangun hubungan bilateral di bidang ekonomi antarkedua negara. Apalagi kedua negara telah memiliki peluang kerja sama besar di berbagai bidang dan isu strategis, di luar isu pengiriman tenaga kerja serta haji yang selama ini mendominasi hubungan kedua negara. Sebagai anggota G-20 yang sedang mengalami pertumbuhan pesat, kedua negara dapat saling memanfaatkan potensi yang ada.
Kunjungan Presiden Jokowi ke Arab Saudi beberapa waktu lalu layak untuk memperoleh apresiasi. Sambutan hangat dari pemerintah Arab Saudi kepada Presiden Jokowi memberikan kesan yang mendalam bagi siapapun yang mengikuti dan menyaksikan kunjungan ini dan memberikan sinyal penting tentang kedekatan hubungan kedua negara. Selama di Arab Saudi, selain menerima kunjungan kehormatan Presiden Islamic Development Bank (IDB) dan Sekjen Organisasi Konferensi Islam (OKI) juga mengikuti sambutan kenegaraan dan menerima penghargaan King Abdulaziz Medal di Istana Al Salam Diwam Maliki.
Pemberian Star of the Order of King Abdulaziz Al-Saud Medal kepada Joko Widodo di Istana Al-Salam Diwan Malaki merupakan bentuk apresiasi yang luar biasa dari Kerajaan Arab Saudi kepada Presiden dan Pemerintah Republik Indonesia. Karena, medali itu merupakan Order of Merit tertinggi bagi pemimpin negara sahabat.
Kunjungan kenegaraan ini memberikan sinyal positif perkembangan kedua negara untuk saling meningkatkan kerjasama di berbagai sektor. Komunikasi harus terus dilakukan untuk bisa mengimplementasikan berbagai bentuk kerjasama ekonomi dan bisnis yang telah disepakati.
Indonesia-Arab Saudi memiliki kerangka kerja sama dalam bentuk Sidang Komisi Bersama yang terbentuk sejak tahun 1982, untuk memperkuat hubungan bilateral dalam berbagai area termasuk kerja sama perdagangan dan investasi. Indonesia kini sedang giat giatnya membangun infrastruktur, termasuk di sektor energi yang membutuhkan dana investasi besar. Oleh sebab itu, dalam kondisi hubungan yang hangat ini, sudah seharusnya kita menyiapkan perangkat modus kerja sama yang tidak hanya condong kepada pola G to G, skema B to B. Terobosan baru pola people to people perlu segera dimulai melalui saling kunjung di antara pelaku bisnis dan pejabat terkait. IDB telah menyampaikan komitmennya untuk membantu dalam merealisasi proyek proyek kerja sama kedua negara. Dalam konteks ini, IDB berharap dapat segera dilakukan reaktivasi dan revitalisasi kerja sama KADIN Indonesia dan KADIN negara negara Arab.
Arab Saudi merupakan salah satu mitra dagang Indonesia terpenting di kawasan teluk. Pada 2014, nilai perdagangan kedua negara kembali meningkat mencapai US$ 8,67 milyar, dengan nilai ekspor Indonesia sebesar US$2,15 miliar dan impor US$6,51 milyar (Indonesia defisit sebesar US$4,36 miliar merupakan besarnya impor bahan bakar minyak dari Arab Saudi). Nilai investasi Arab Saudi di Indonesia mencapai 29,3 juta dolar AS di paruh pertama tahun 2015.
Arab Saudi juga merupakan pasar yang besar untuk produk halal, sehingga harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk bisa menembus pasar Arab Saudi. Indonesia harus bisa memanfaatkan akses lebih besar untuk memasuki pasar produk halal Arab Saudi dan kawasan Timur Tengah lainnya.
Potensi ekspor produk halal Indonesia ke Timur tengah memiliki prospek yang bagus. Hal ini dapat dibuktikan dengan dilihat semakin meningkatnya ekspor Indonesia ke pasar Timur Tengah. Menurut laporan Global State of Islamic Economic, permintaan produk halal dunia akan mengalami pertumbuhan sebesar 9,5% dalam 6 tahun ke depan, yaitu dari US$ 2 triliun pada tahun 2013 menjadi US$ 3,7 triliun pada tahun 2019. Pasar halal disadari telah menjadi ceruk pasar yang sangat menarik untuk digarap oleh pelaku industri baik di segmen barang dan jasa.
Angka ini menunjukan potensi pasar pada produk halal yang besar, yang seharusnya dapat dimanfaatkan oleh Indonesia sebagai Negara dengan mayoritas penduduk yaitu Muslim terbesar di dunia yang juga menjadi salah satu anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).***
Oleh : Aria Seto, Pemerhati Sosial Budaya Judi daring atau Judi Online bukan sekadar pelanggaran hukum,…
Oleh: Mustika Annan, Pengamat Hukum Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU KUHAP) tengah memasuki tahap penting dalam…
Oleh: Dr. Wirawan B. Ilyas, CPA., BKP, Akuntan Forensik Sebuah media nasional (29/11/23) mengungkapkan terkait penjelasan frasa kerugian…
Oleh : Aria Seto, Pemerhati Sosial Budaya Judi daring atau Judi Online bukan sekadar pelanggaran hukum,…
Oleh: Mustika Annan, Pengamat Hukum Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU KUHAP) tengah memasuki tahap penting dalam…
Oleh: Dr. Wirawan B. Ilyas, CPA., BKP, Akuntan Forensik Sebuah media nasional (29/11/23) mengungkapkan terkait penjelasan frasa kerugian…