29% Masyarakat Kota Punya Pekerjaan Sampingan - Riset Kadence International

NERACA

Jakarta - Perusahaan riset global, Kadence International mengumumkan hasil riset bahwa 29% dari total masyarakat perkotaan saat ini memiliki pekerjaan sampingan atau side job. Dari angka tersebut, kelas ekonomi atas (SES, Sosial Ekonomi Status A) dan kelas ekonomi bawah (SES DE) adalah kelompok yang paling banyak memiliki pekerjaan sampingan, yaitu masing-masing 34% dan 35%. Kemudian disusul oleh SES C sebesar 32% dan SES B sebesar 19%.

Riset ini dilaksanakan pada 6-14 Maret 2014 di tujuh kota besar di Indonesia, yaitu Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), Bandung, Surabaya, Semarang, Makassar, Medan, dan Bali yang melibatkan 500 responden. Vivek Thomas, Managing Director Kadence International Indonesia mengatakan, studi ini dilakukan untuk memberi pemahaman tentang pengaruh pekerjaan sampingan dan kontribusinya terhadap perekonomian Indonesia.

Dia juga menjelaskan, dari riset yang dilakukan dengan metode random sampling dan telephonic interview ini didapat hasil rata-rata total pendapatan SES A yang memiliki pekerjaan sampingan meningkat dari Rp8 juta menjadi Rp11,8juta, meningkat 48% dari pendapatan utama. Rata-rata total pendapatan SES B yang memiliki pekerjaan sampingan meningkat dari Rp4,6juta menjadi Rp7,6juta, naik 65%.

Adapun total pendapatan SES C yang memiliki pekerjaan sampingan meningkat dari Rp3,5 juta menjadi Rp5,2juta, naik 49%. Total pendapatan SES DE yang memiliki pekerjaan sampingan meningkat dari Rp2,2 juta ke Rp3,2juta, juga meningkat 45%.

“Alasan memiliki pekerjaan sampingan bagi kelas atas (SES A) adalah untuk menambah pendapatan yang pada akhirnya akan dibelanjakan (kenaikan tingkat konsumerisme).Sementara bagi kelas bawah (SES DE) memiliki pekerjaan sampingan sama artinya dengan mencari tambahan nafkah untuk bertahan hidup,” ungkap Vivek di Jakarta, Rabu (30/4).

Jenis pekerjaan sampingan yang dilakukan oleh kelas ekonomi atas (SES A) adalah berjualan secara online dan bisnis multi level marketing (MLM). “Mereka biasanya melakukan pekerjaan sampingan ini saat weekend. Sementara pekerjaan sampingan yang paling banyak dilakukan oleh SES C dan DE adalah membuka usaha warung/toko dan membuka usaha jasa katering,” paparnya.

Seiring dengan meningkatnya jumlah pendapatan, lanjut Vivek, pekerjaan sampingan juga berperan dalam meningkatkan kelas sosial masyarakat. “Banyak orang yang berhasil meng-upgrade kelas sosialnya dengan memiliki pekerjaan sampingan.Tren pekerjaan sampingan di Indonesia diprediksi akan terus meningkat. Tahun 2016, jumlah orang yang memiliki pekerjaan sampingan diperkirakan mencapai 34% dari total masyarakat perkotaan,” tandasnya.(ardi)

BERITA TERKAIT

SKK Migas Klaim 40 Investor Baru Tertarik dengan Indonesia

  NERACA Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyampaikan bahwa terdapat…

BP Tapera Tingkatkan Keterhunian dan Kondisi Rumah Subsidi

  NERACA Jakarta - Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) fokus meningkatkan keterhunian dan kondisi rumah subsidi Fasilitas Likuiditas…

Perang Dagang AS VS China, Dimana Posisi Indonesia?

  NERACA Jakarta - Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati memastikan posisi tawar Indonesia tetap netral di tengah ketegangan Amerika…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

SKK Migas Klaim 40 Investor Baru Tertarik dengan Indonesia

  NERACA Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyampaikan bahwa terdapat…

BP Tapera Tingkatkan Keterhunian dan Kondisi Rumah Subsidi

  NERACA Jakarta - Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) fokus meningkatkan keterhunian dan kondisi rumah subsidi Fasilitas Likuiditas…

Perang Dagang AS VS China, Dimana Posisi Indonesia?

  NERACA Jakarta - Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati memastikan posisi tawar Indonesia tetap netral di tengah ketegangan Amerika…