Kasus DBD Tinggi, Simak Fakta Tentang DBD dan Tips agar Tidak Berakibat Fatal

 

Saat ini, Indonesia tengah berada di musim pancaroba, di mana perubahan cuaca yang tidak menentu dan meningkatnya curah hujan menciptakan kondisi ideal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak dan menyebarkan virus dengue dengan lebih cepat. Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan lonjakan kasus yang tinggi kerap memicu status Kejadian Luar Biasa (KLB) di berbagai daerah, menjadi sebuah ancaman kesehatan di Indonesia karena tingkat prevalensinya yang terbilang tinggi.

Allianz Life juga mencatat tingginya kasus DBD dari tahun ke tahun, bahkan pada 2024 tercatat kenaikan klaim pengobatan menjadi lebih dari 9 ribu kasus atau meningkat 112% dibandingkan tahun sebelumnya. “Tingginya kasus DBD di Indonesia dari tahun ke tahun menjadi perhatian semua pihak. Sebagai perusahaan asuransi yang berkomitmen pada perlindungan kesehatan masyarakat, Allianz Life ingin membantu masyarakat dengan memberikan proteksi dan edukasi agar dapat ditangani secara tepat,” kata dr. Tubagus Argie FS Sunartadirdja, Head of Claim Supports and Data Analytics Allianz Life Indonesia.

Edukasi yang tepat ini misalnya dengan memaparkan fakta sebenarnya terkait DBD, sehingga mitos/pemahaman yang kurang tepat terkait penyakit DBD tidak menghalangi masyarakat dalam menangani penyakit DBD. Beberapa mitos yang sering beredar misalnya:

  1. Gejala DBD selalu muncul secara bersamaan

Pemikiran ini dapat menghambat masyarakat untuk melakukan pengobatan yang tepat secara tanggap, sedangkan penanganan yang lambat dapat berdampak pada adanya komplikasi dan berakibat fatal. Faktanya, gejala DBD bisa berkembang secara bertahap, sehingga pasien dengan gejala DBD harus sering dimonitor keadaannya. Beberapa gejala utama penyakit DBD yang biasanya muncul secara bertahap dimulai dari:

  • Demam mencapai suhu hingga 38,5 derajat celsius
  • Demam berlangsung terus-menerus selama 2x24 jam, kemudian turun dengan cepat
  • Nyeri kepala, otot dan tulang disertai lemas
  • Ruam kulit kemerahan/ bintik-bintik merah pada kulit (sudah memasuki fase kritis)
  • Kesulitan menelan makanan dan minuman,
  • Mual dan atau disertai muntah

Sama dengan penyakit lainnya, gejala utama penyakit DBD adalah demam tinggi. Apabila seseorang sudah memiliki gejala demam tinggi selama 2x24 jam, segeralah konsultasi dengan dokter. Saat ini, untuk konsultasi dengan dokter kian mudah dan dapat dilakukan dari rumah, melalui pelayanan telekonsultasi Halodoc yang disediakan Allianz. Fasilitas ini dapat membantu Anda berkonsultasi dengan dokter secara mudah untuk mengenali gejala DBD dan melakukan penanganan yang cepat dengan biaya yang terjangkau agar tidak jatuh ke dalam kondisi yang lebih fatal.

  1. Gejala DBD tidak terhitung parah apabila tidak ada pendarahan

Tidak semua kasus DBD yang berat biasanya disertai dengan pendarahan (mimisan, gusi berdarah, atau leban di kulit). Faktanya, fase kritis justru terjadi pada saat suhu tubuh menurun dan tubuh terasa dingin (penderita mungkin merasa seperti sudah sembuh) karena pada fase tersebut pembuluh darah mengalami kebocoran.

Kerusakan pada pembuluh darah akan membuat trombosit (keping darah) dalam aliran daran menurun, yang mengakibatkan perdarahan internal, kerusakan organ, sindrom syok dengue, yang dapat mengancam jiwa.

  1. DBD hanya bisa menyerang anak-anak dan tidak berisiko pada orang dewasa

Meski anak-anak lebih sering terinfeksi DBD, jangan abaikan gejala penyakit DBD yang dialami oleh orang dewasa. Faktanya, beberapa orang dewasa yang telah terinfeksi virus dengue bisa mengalami penyakit DBD dengan gejala yang lebih berat.

  1. Pengobatan DBD harus diobati dengan antibiotik

Faktanya, penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue, sehingga antibiotik pada dasarnya tidak efektif untuk mengobati penyakit ini. Untuk itu, pahami juga obat-obat apa saja yang dibutuhkan karena konsumsi obat yang tidak sesuai dengan penyakit juga tidak baik bagi kondisi tubuh. Kunci penyembuhan dari penyakit DBD adalah melalui cairan (cairan oral maupun intravena jika dibutuhkan) dan obat yang dapat mengontrol demam seperti parasetamol.

Dengan memperbanyak konsumsi air, cairan dapat mencegah dehidrasi dan menjaga keseimbangan tubuh, menjaga volume darah akibat kebocoran cairan dari pembuluh darah dan membantu menjaga sirkulasi darah yang optimal.

Selain mengonsumsi banyak cairan, penanganan tepat yang dapat dilakukan pasien DBD, yaitu: mencukupi kebutuhan nutrisi dengan makanan yang bergizi, beristirahat total, melakukan kompres pada tubuh untuk membantu mengatasi demam, dan berkonsultasi untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dengan dokter apabila kondisi tidak membaik dalam waktu 2-3 hari.

  1. Penyakit DBD hanya terjadi pada musim Hujan

Faktanya, Meski tingginya kasus DBD terjadi saat curah hujan tinggi, namun masyarakat juga harus tetap berwaspada di musim kemarau. Bahkan, Kementerian Kesehatan Indonesia sempat memberikan peringatan bagi masyarakat untuk waspada perkiraan peningkatan frekuensi gigitan nyamuk di musim kemarau. Hal ini karena nyamuk akan sering menggigit ketika suhu meningkat.

Untuk mewaspadai penyebaran kasus DBD, langkah terbaik dimulai dari pencegahan yaitu dengan menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan strategi 3M Plus, yaitu:

  • Menguras tempat penampungan air secara rutin untuk menghilangkan telur nyamuk.
  • Menutup rapat tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
  • Mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air dan menjadi tempat berkembang biak nyamuk.
  • Plus, tindakan tambahan seperti menanam tanaman pengusir nyamuk, memasang kelambu saat tidur, serta mengoleskan losion anti nyamuk.

Selain menjaga kebersihan lingkungan, melindungi diri sendiri juga merupakan langkah penting dalam mencegah DBD. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:

  • Menggunakan pakaian tertutup terutama saat berada di luar rumah.
  • Menggunakan obat nyamuk atau memasang kawat kasa di ventilasi rumah.
  • Meningkatkan daya tahan tubuh dengan berolahraga, konsumsi makanan bergizi dan tidur yang cukup.
  • Menjaga Kebersihan Diri dan Lingkungan
  • Vaksinasi dengue juga dapat dilakukan pada anak-anak berusia 9-16 tahun.

“Allianz Life Indonesia ingin mengajak semua orang untuk lebih proaktif dalam mencegah penyebaran DBD dan melakukan penanganan penyakit DBD agar tidak berdampak pada komplikasi yang fatal. Selain menjaga kebersihan lingkungan, memahami gejala dan tindakan medis yang tepat sangat penting agar kondisi tidak memburuk,” tutup dr. Argie.

 

BERITA TERKAIT

Istirahat Berkala dan Peregangan - Pentingnya Jaga Kebugaran Tubuh Selama Mudik

Libur lebaran tren arus mudik dan trafic lalu lintas yang akan berwisata mengisi libur lebaran akan akan tinggi. Tentunya ditengah…

Berikut Kiat Cegah Kenaikan Berat Badan Saat Puasa

Sejatinya orang berpuasa di bulan Ramadan banyak manfaat kesehatan yang didapat dan salah satunya menurunkan berat badan. Namun bila menjalankan…

Tips Memilih Dokter Mata Anak Sesuai dengan Kebutuhan

  Tips Memilih Dokter Mata Anak Sesuai dengan Kebutuhan Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya, termasuk dalam…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Istirahat Berkala dan Peregangan - Pentingnya Jaga Kebugaran Tubuh Selama Mudik

Libur lebaran tren arus mudik dan trafic lalu lintas yang akan berwisata mengisi libur lebaran akan akan tinggi. Tentunya ditengah…

Berikut Kiat Cegah Kenaikan Berat Badan Saat Puasa

Sejatinya orang berpuasa di bulan Ramadan banyak manfaat kesehatan yang didapat dan salah satunya menurunkan berat badan. Namun bila menjalankan…

Tips Memilih Dokter Mata Anak Sesuai dengan Kebutuhan

  Tips Memilih Dokter Mata Anak Sesuai dengan Kebutuhan Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya, termasuk dalam…