Kopi sering kali dikonsumsi sebagai solusi untuk menghilangkan kantuk dan meningkatkan konsentrasi. Namun, ada beberapa efek samping kopi yang perlu diwaspadai, terlebih jika Anda berlebihan dalam mengonsumsinya. Kopi umumnya aman bagi orang dewasa dan tidak merugikan kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah yang sesuai, yaitu tidak lebih dari 2-3 cangkir perhari.
Dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin dijelaskan, jika kopi dikonsumsi secara berlebihan tentu akan memunculkan efek samping yang berkaitan dengan gangguan kesehatan, efek samping kopi yang sering kali terjadi meliputi gangguan pencernaan.
Apakah Anda menjadi lebih sering buang air besar setelah mengonsumsi kopi? Jika iya, ini disebabkan oleh efek pencahar pada kopi. Efek samping kopi ini dapat membuat usus menjadi lebih aktif, sehingga pergerakan usus menjadi lebih cepat.
Kemudian gangguan pada lambung. Kopi bersifat asam karena dalam kopi terkandung asam kafeat yang dapat meningkatkan asam lambung dan akan lebih bermasalah jika kopi diminum dalam keadaan perut kosong. Kadar asam tinggi dapat mengiritasi lambung dan memnunculkan gejala perut terasa perih, sensasi panas di dada dan bahkan refluks asam (GERD).
Lalu sering buang air kecil. Peningkatan frekuensi buang air kecil adalah efek samping kopi yang umum terjadi. Kopi bersifat diuretik sehingga dapat merangsang pembuangan urine dan membuat Anda lebih sering buang air kecil. Hal inilah yang membuat Anda akan lebih sering ke toilet setelah mengonsumsi kopi.
Yang perlu diingat, tetap banyak konsumsi air putih agar terhindar dari dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh. Bagi peminum kopi yang bermasalah dengan nyeri lambung tetap bisa konsumsi kopi dalam bentuk permen kafein tanpa mengandung asam kafeat seperti permen Cafetab. Kandungan kafein dalam setiap 1 permen 50 mg atau setara dengan 1 gelas kopi atau 1 shot. Ngantuk hilang tapi perut tetap nyaman.
Meskipun epilepsi tidak selalu mematikan, tetapi dapat berbahaya jika tidak ditangani dengan baik. Dokter spesialis neurologi Ranette Roza dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional,…
Banyak orang tua beranggapan penyakit autoimun yang diderita seseorang sebagai penyakit menular. Sehingga mereka yang menderita penyakit tersebut dikucilkan agar…
Dokter Edi Hidayat Sp.PD, FINASIM, AIFO-K, FISQua, seorang dokter ahli di Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh mengatakan pola makan…
Meskipun epilepsi tidak selalu mematikan, tetapi dapat berbahaya jika tidak ditangani dengan baik. Dokter spesialis neurologi Ranette Roza dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional,…
Banyak orang tua beranggapan penyakit autoimun yang diderita seseorang sebagai penyakit menular. Sehingga mereka yang menderita penyakit tersebut dikucilkan agar…
Dokter Edi Hidayat Sp.PD, FINASIM, AIFO-K, FISQua, seorang dokter ahli di Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh mengatakan pola makan…