Maret 2025 Harga Referensi CPO Sebesar USD954,50/MT

Maret 2025 Harga Referensi CPO Sebesar USD954,50/MT
Jakarta – Harga Referensi (HR) komoditas minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) untuk penetapan Bea Keluar (BK) dan tarif Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan (BLU BPDP), atau biasa dikenal sebagai Pungutan Ekspor (PE), periode Maret 2025 adalah sebesar USD954,50/MT. 
Nilai ini turun sebesar USD 0,94 atau 0,10 persen dari HR CPO periode 1—28 Februari 2025 yang tercatat sebesar USD 955,44/MT. 
Penetapan ini tercantum dalam Keputusan Menteri Perdagangan (Kepmendag) Nomor 220 Tahun 2025 tentang HR CPO yang Dikenakan BK dan Tarif Layanan Umum BPDP-KS periode Maret 2025.
Plt.Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Isy Karim  mengatakan, BK CPO periode Maret 2025 merujuk pada Kolom Angka 7 Lampiran Huruf C Peraturan  Menteri Keuangan (PMK) Nomor 38 Tahun 2024 sebesar USD124/MT.  
Sementara itu, PE CPO periode Maret 2025 merujuk  pada Lampiran I PMK Nomor 62 Tahun 2024 sebesar 7,5 persen dari HR CPO periode Maret 2025, yaitu sebesar USD 71,5877/MT.
“Saat ini, HR CPO turun mendekati ambang batas sebesar USD 680/MT. Untuk itu, merujuk pada PMK yang berlaku saat ini, pemerintah mengenakan BK CPO sebesar USD 124/MT dan PE CPO sebesar 7,5 persen dari HR CPO Maret 2025, yaitu sebesar USD71,5877/MT untuk periode Maret 2025,” tutur Isy.
Sumber harga untuk penetapan HR CPO dimaksud diperoleh dari rata-rata harga selama periode 25 Januari—24 Februari 2025 pada bursa CPO di Indonesia sebesar USD 845,38/MT, bursa CPO di Malaysia sebesarUSD 1.063,62/MT, dan Pasar Lelang CPO Rotterdam sebesar USD 1.418,68/MT. 
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 46 Tahun 2022, bila terdapat perbedaan harga rata-rata pada tiga sumber harga sebesar lebih dari USD 40, maka perhitungan HR CPO menggunakan rata-rata dari dua sumber harga yang menjadi median dansumber harga terdekat dari median. Oleh karena itu, HR bersumber dari bursa CPO di Malaysia dan bursa CPO di Indonesia. 
Sesuai dengan perhitungan tersebut, ditetapkan HR CPO turun menjadi sebesar USD954,50/MT.   Penurunan HR CPO tersebut dikarenakan beberapa faktor, yaitu adanya penurunan permintaan terutama dari India dan penurunan harga minyak nabati lainnya.
Selain itu, minyak goreng (Refined, Bleached, and Deodorized/RBD palm olein) dalam kemasan bermerek dan dikemas dengan berat neto ≤ 25 kilogram (kg) dikenakan BK USD31/MT dengan penetapan merek sebagaimana tercantum dalam Kepmendag Nomor221 Tahun 2025 tentang Daftar Merek Refined,  Bleached, and Deodorized (RBD) Palm Olein dalam Kemasan Bermerek dan Dikemas dengan Berat Netto ≤ 25 kg. 
Sebelumnya, HR CPO periode Februari  2025 adalah sebesar USD955,44/MT. Nilai ini turun sebesar USD104,10 atau 9,82 persen dari HR CPO periode 1—31 Januari 2025 yang tercatat sebesar USD1.059,54/MT.
“Saat ini, HR CPO turun mendekati ambang batas sebesar USD680/MT. Untuk itu, merujuk pada PMK yang berlaku saat ini, pemerintah mengenakan BK CPO sebesar USD124/MT dan PE CPO sebesar 7,5 persen dari HR CPO Februari 2025, yaitu sebesar USD71,6581/MT untuk periode Februari 2025,” ungkap Isy.
Sementara itu, Mukti Sardjono, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memaparkan produksi CPO bulan November 2024 mencapai 4.333 ribu ton, turun 2,03 persen dibandingkan produksi bulan Oktober sebesar 4.423 ribu ton, demikian juga dengan produksi PKO turun menjadi 412 ribu ton dari 420 ribu ton pada bulan Oktober. Sampai dengan bulan November, produksi tahun 2024 adalah 3,87 persen lebih rendah dari periode yang sama tahun 2023, yaitu dari 46.073 ribu ton menjadi 44.288 ribu ton.
Total konsumsi dalam negeri turun 53 ribu ton dari 2.083 ribu ton pada bulan Oktober menjadi 2.030 ribu ton pada bulan November 2024 (turun 2,54 persen). Untuk keperluan biodiesel turun dari 1.052 ribu ton menjadi 994 ribu ton dan oleokimia turun 19 ribu ton dari 186 ribu ton menjadi 167 ribu ton, sedangkan untuk konsumsi pangan naik 24 ribu ton dari 845 ribu ton pada bulan Oktober menjadi 869 ribu ton. 
Secara YoY sampai dengan bulan November, konsumsi dalam negeri tahun 2024 mencapai 21.672 ribu ton atau 2,14 persen lebih tinggi dari tahun 2023 sebesar 21.218 ribu ton. Konsumsi untuk pangan mencapai 9.244 ribu ton atau 2,76 persen lebih rendah dari tahun lalu, oleokimia 2.027 atau lebih rendah 2,36 persen dari tahun sebelumnya, sedangkan biodiesel 10.401 ribu ton atau 7,71 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya

NERACA

Jakarta – Harga Referensi (HR) komoditas minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) untuk penetapan Bea Keluar (BK) dan tarif Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan (BLU BPDP), atau biasa dikenal sebagai Pungutan Ekspor (PE), periode Maret 2025 adalah sebesar USD954,50/MT. 

Nilai ini turun sebesar USD 0,94 atau 0,10 persen dari HR CPO periode 1—28 Februari 2025 yang tercatat sebesar USD 955,44/MT. 

Penetapan ini tercantum dalam Keputusan Menteri Perdagangan (Kepmendag) Nomor 220 Tahun 2025 tentang HR CPO yang Dikenakan BK dan Tarif Layanan Umum BPDP-KS periode Maret 2025.

Plt.Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Isy Karim  mengatakan, BK CPO periode Maret 2025 merujuk pada Kolom Angka 7 Lampiran Huruf C Peraturan  Menteri Keuangan (PMK) Nomor 38 Tahun 2024 sebesar USD124/MT.  

Sementara itu, PE CPO periode Maret 2025 merujuk  pada Lampiran I PMK Nomor 62 Tahun 2024 sebesar 7,5 persen dari HR CPO periode Maret 2025, yaitu sebesar USD 71,5877/MT.

“Saat ini, HR CPO turun mendekati ambang batas sebesar USD 680/MT. Untuk itu, merujuk pada PMK yang berlaku saat ini, pemerintah mengenakan BK CPO sebesar USD 124/MT dan PE CPO sebesar 7,5 persen dari HR CPO Maret 2025, yaitu sebesar USD71,5877/MT untuk periode Maret 2025,” tutur Isy.

Sumber harga untuk penetapan HR CPO dimaksud diperoleh dari rata-rata harga selama periode 25 Januari—24 Februari 2025 pada bursa CPO di Indonesia sebesar USD 845,38/MT, bursa CPO di Malaysia sebesarUSD 1.063,62/MT, dan Pasar Lelang CPO Rotterdam sebesar USD 1.418,68/MT. 

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 46 Tahun 2022, bila terdapat perbedaan harga rata-rata pada tiga sumber harga sebesar lebih dari USD 40, maka perhitungan HR CPO menggunakan rata-rata dari dua sumber harga yang menjadi median dansumber harga terdekat dari median. Oleh karena itu, HR bersumber dari bursa CPO di Malaysia dan bursa CPO di Indonesia. 

Sesuai dengan perhitungan tersebut, ditetapkan HR CPO turun menjadi sebesar USD954,50/MT.   Penurunan HR CPO tersebut dikarenakan beberapa faktor, yaitu adanya penurunan permintaan terutama dari India dan penurunan harga minyak nabati lainnya.

Selain itu, minyak goreng (Refined, Bleached, and Deodorized/RBD palm olein) dalam kemasan bermerek dan dikemas dengan berat neto ≤ 25 kilogram (kg) dikenakan BK USD31/MT dengan penetapan merek sebagaimana tercantum dalam Kepmendag Nomor221 Tahun 2025 tentang Daftar Merek Refined,  Bleached, and Deodorized (RBD) Palm Olein dalam Kemasan Bermerek dan Dikemas dengan Berat Netto ≤ 25 kg. 

Sebelumnya, HR CPO periode Februari  2025 adalah sebesar USD955,44/MT. Nilai ini turun sebesar USD104,10 atau 9,82 persen dari HR CPO periode 1—31 Januari 2025 yang tercatat sebesar USD1.059,54/MT.

“Saat ini, HR CPO turun mendekati ambang batas sebesar USD680/MT. Untuk itu, merujuk pada PMK yang berlaku saat ini, pemerintah mengenakan BK CPO sebesar USD124/MT dan PE CPO sebesar 7,5 persen dari HR CPO Februari 2025, yaitu sebesar USD71,6581/MT untuk periode Februari 2025,” ungkap Isy.

Sementara itu, Mukti Sardjono, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memaparkan produksi CPO bulan November 2024 mencapai 4.333 ribu ton, turun 2,03 persen dibandingkan produksi bulan Oktober sebesar 4.423 ribu ton, demikian juga dengan produksi PKO turun menjadi 412 ribu ton dari 420 ribu ton pada bulan Oktober. Sampai dengan bulan November, produksi tahun 2024 adalah 3,87 persen lebih rendah dari periode yang sama tahun 2023, yaitu dari 46.073 ribu ton menjadi 44.288 ribu ton.

Total konsumsi dalam negeri turun 53 ribu ton dari 2.083 ribu ton pada bulan Oktober menjadi 2.030 ribu ton pada bulan November 2024 (turun 2,54 persen). Untuk keperluan biodiesel turun dari 1.052 ribu ton menjadi 994 ribu ton dan oleokimia turun 19 ribu ton dari 186 ribu ton menjadi 167 ribu ton, sedangkan untuk konsumsi pangan naik 24 ribu ton dari 845 ribu ton pada bulan Oktober menjadi 869 ribu ton. 

Secara YoY sampai dengan bulan November, konsumsi dalam negeri tahun 2024 mencapai 21.672 ribu ton atau 2,14 persen lebih tinggi dari tahun 2023 sebesar 21.218 ribu ton. Konsumsi untuk pangan mencapai 9.244 ribu ton atau 2,76 persen lebih rendah dari tahun lalu, oleokimia 2.027 atau lebih rendah 2,36 persen dari tahun sebelumnya, sedangkan biodiesel 10.401 ribu ton atau 7,71 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya

 

BERITA TERKAIT

Stok Ikan di Pelabuhan Perikanan Stabil Selama Ramadhan

Stok Ikan di Pelabuhan Perikanan Stabil Selama Ramadhan Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memastikan stok produksi dan harga…

Kemendag Lepas Ekspor Perdana Kratom

Kemendag Lepas Ekspor Perdana Kratom Bekasi – Kementerian Perdagangan (Kemendag) melepas ekspor perdana kratom produksi CV Cahaya dari Pontianak, Kalimantan…

Stimulus Ekonomi untuk Masyarakat Selama Libur Lebaran - Diskon Tiket Pesawat dan Tarif Tol

Diskon Tiket Pesawat dan Tarif Tol, Stimulus Ekonomi untuk Masyarakat Selama Libur Lebaran Jakarta – Pemerintah memastikan adanya penurunan tarif…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Maret 2025 Harga Referensi CPO Sebesar USD954,50/MT

Maret 2025 Harga Referensi CPO Sebesar USD954,50/MT Jakarta – Harga Referensi (HR) komoditas minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) untuk…

Stok Ikan di Pelabuhan Perikanan Stabil Selama Ramadhan

Stok Ikan di Pelabuhan Perikanan Stabil Selama Ramadhan Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memastikan stok produksi dan harga…

Kemendag Lepas Ekspor Perdana Kratom

Kemendag Lepas Ekspor Perdana Kratom Bekasi – Kementerian Perdagangan (Kemendag) melepas ekspor perdana kratom produksi CV Cahaya dari Pontianak, Kalimantan…