NERACA
Jakarta - Seseorang yang berdomisili di Jakarta, ber-KTP DKI dan ingin membeli rumah baru di Jakarta maupun rumah tidak baru membutuhkan pertimbangan matang karena faktor-faktor seperti harga tinggi, kepadatan penduduk dan kemudahan akses.
"Untuk rumah baru, pastikan memilih lokasi yang strategis dengan akses transportasi yang baik, fasilitas umum lengkap dan reputasi pengembang (developer) yang terpercaya," kata CEO&Founder Pinhome, Dayu Dara Permata saat dihubungi di Jakarta, Jumat (14/2).
Selain itu, kata dia, pastikan legalitas properti lengkap dan periksa kualitas bangunan. Juga potensi pengembangan area sekitar yang bisa meningkatkan nilai properti di masa depan.
Hal penting lainnya, yakni jangan lupa untuk mempertimbangkan biaya tambahan seperti pajak dan biaya administrasi.
Sedangkan untuk rumah tidak baru (bekas), periksa legalitas dan riwayat propertinya agar bebas dari masalah hukum atau utang. Kemudian, lakukan inspeksi fisik secara menyeluruh, terutama pada kondisi atap, saluran air, kelistrikan dan struktur bangunan.
"Rumah bekas mungkin memerlukan renovasi. Jadi pastikan biaya perbaikan sudah dihitung dalam anggaran," kata Dayu.
Selanjutnya periksa lingkungan sekitar untuk memastikan keamanan, aksesibilitas dan potensi risiko seperti banjir. Negosiasi harga juga penting, terutama jika ada kekurangan fisik yang perlu diperbaiki.
Data Pinhome Home Value Index (PHVI) Kuartal IV-2024 memperlihatkan harga jual rumah di Jakarta cenderung mengalami ketahanan pasar atau bahkan penurunan. Peningkatan inventori yang lebih pesat dari permintaan diduga salah satu penyebabnya.
Berdasarkan data, terdapat peluang yang lebih kompetitif, terutama di wilayah yang mengalami penurunan seperti Jakarta Utara dan Jakarta Pusat.
"Pada tipe 54, penurunan signifikan terjadi di Tanjung Priok (Jakarta Utara) dan Cempaka Putih (Jakarta Pusat) dimana harga jual rumah turun 10 persen (Rp70 juta)," kata dia.
Kemudian prospek Gen Z memiliki rumah saat ini cukup menantang, namun masih ada peluang bagi mereka untuk membeli rumah atau mulai berinvestasi di properti.
Hal itu bisa terwujud, salah satunya mengikuti Program Sejuta Rumah yang telah diluncurkan pemerintah. Ini merupakan program subsidi untuk mempermudah pembelian rumah.
"Selain itu, properti vertikal yang lebih terjangkau juga tersedia di lokasi strategis," kata Dayu.
Dia mengatakan, opsi pembiayaan dan perkembangan teknologi keuangan (fintech) saat ini sudah tersedia dan dapat memberi solusi bagi Gen Z yang ingin membeli rumah.
Menurut Dayu, Gen Z menghadapi tantangan cukup besar dalam memiliki rumah karena harga properti tinggi, sementara penghasilan mereka rendah.
"Banyak dari mereka yang baru mulai bekerja dan memiliki sedikit tabungan sehingga sulit untuk membeli rumah," kata dia.
Selain itu, pengajuan KPR juga sulit karena kurangnya riwayat kredit dan pekerjaan yang tidak stabil. Kemudian, inflasi dan biaya hidup yang terus meningkat juga mengurangi daya beli mereka.
Penyebab lainnya adalah banyaknya Gen Z yang harus menghidupi keluarga sekaligus membantu orang tua atau keluarga yang biasa disebut “Generasi Sandwich”.
Data terbaru Pinhome bersama dengan YouGov menunjukkan setidaknya ada 41 juta orang di Indonesia yang masuk dalam kategori "Generasi Sandwich" atau 26 persen Gen Z.
Lalu, terkait harga rumah di Jakarta, data Pinhome Home Value Index (PHVI) Kuartal IV-2024 memperlihatkan ada kecenderungan mengalami ketahanan pasar atau bahkan penurunan harga jual rumah.
"Peningkatan inventori yang lebih pesat dari permintaan diduga salah satu penyebabnya," ujar Dayu.
Dayu mengatakan, terdapat peluang yang lebih kompetitif, terutama di wilayah yang mengalami penurunan seperti Jakarta Utara dan Jakarta Pusat.
"Pada tipe 54, penurunan signifikan terjadi di Tanjung Priok (Jakarta Utara) dan Cempaka Putih (Jakarta Pusat) dimana harga jual rumah turun 10 persen (Rp70 juta)," kata dia.
Sementara itu, harga sewa rumah tahunan di wilayah Jakarta cenderung stabil hingga menurun, khususnya pada rumah dengan tipe lebih kecil atau sama dengan 200.
Harga sewa rumah dengan tipe 121-200 di Jakarta Timur kembali turun hingga minus 7 persen pada kuartal ini setelah menurun minus 6 persen pada kuartal lalu.
"Penurunan paling signifikan hingga minus 9 persen terjadi pada rumah dengan tipe yang sama di Jakarta Utara, dimana harga sewa rumah tahunannya menurun sebesar Rp10 juta," kata Dayu. (Mohar/Ant)
NERACA Jakarta - Rumah atau tempat tinggal (papan) adalah kebutuhan primer bagi manusia bersama dengan makanan (pangan) dan pakaian (sandang).…
NERACA Tangerang, Banten - Sinar Mas Land dan Hongkong Land meluncurkan NavaPark Business Suites yang merupakan kawasan business premium dan…
NERACA Jambi - Real Estate Indonesia (REI) Provinsi Jambi menargetkan pembangunan 6.167 unit rumah subsidi pada 2025 di provinsi itu…
NERACA Jakarta - Rumah atau tempat tinggal (papan) adalah kebutuhan primer bagi manusia bersama dengan makanan (pangan) dan pakaian (sandang).…
NERACA Jakarta - Seseorang yang berdomisili di Jakarta, ber-KTP DKI dan ingin membeli rumah baru di Jakarta maupun rumah tidak baru…
NERACA Tangerang, Banten - Sinar Mas Land dan Hongkong Land meluncurkan NavaPark Business Suites yang merupakan kawasan business premium dan…