Industri Otomotif Dukung Turunkan Emisi GRK

NERACA

Karawang – Sektor industri otomotif tidak hanya berperan dalam mendukung mobilitas dan logistik, tetapi juga berkontribusi besar dalam penyerapan tenaga kerja, pengembangan teknologi, serta pertumbuhan ekonomi nasional. Seiring target Net Zero Emission Nasional pada tahun 2060 dan Net Zero Emission sektor Industri pada tahun 2050, industri otomotif memegang peranan penting untuk mencapai target tersebut.

Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Pertahanan Kementerian Perindustrian Mahardi Tunggul Wicaksono mengungkapkan, “Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menyusun berbagai kebijakan yang sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong penggunaan kendaraan bermotor yang rendah emisi dan hemat bahan bakar. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan kita terhadap bahan bakar fosil.”

Transisi industri kendaraan bermotor ke arah yang lebih ramah lingkungan bukanlah hal yang mudah. Karenanya, ia mengapresiasi kepada Toyota Indonesia atas komitmennya dalam mendukung upaya pemerintah, dengan melakukan peluncuran fasilitas HRS yang merupakan langkah penting dalam membangun ekosistem hijau di industri otomotif.

Kemenperin berharap inisiatif ini dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perekonomian nasional. “Dengan kolaborasi dan inovasi yang berkelanjutan, industri otomotif Indonesia tidak hanya dapat mendukung target-target pemerintah, tetapi juga menjadi salah satu pemain utama dalam rantai pasok industri otomotif global di masa depan,” kata Wicaksono.

Upaya yang dilakukan Toyota juga sejalan dengan Kebijakan Industri Hijau yang sedang dikembangkan oleh Kementerian Perindustrian. “Sektor otomotif merupakan salah satu sektor prioritas dalam pencapaian dekarbonisasi industri. Oleh sebab itu, apa yang dilakukan Toyota sangat membantu percepatan pencapaian dekarbonisasi industri,” ujar Kepala Pusat Industri Hijau (PIH) Kementerian Perindustrian, Apit Pria Nugraha.

Apit juga menyampaikan, peluncuran Hydrogen Refueling Station (HRS) menjadi bukti bahwa hidrogen adalah salah satu opsi teknologi rendah karbon yang dapat diimplementasikan di berbagai sektor industri, termasuk otomotif. Hal ini tentunya akan semakin mempercepat target bauran energi Indonesia.

Dalam peluncuran fasilitas HRS bertema “Refueling the Future”, beberapa teknologi Hidrogen ditampilkan, termasuk griller hidrogen, cartridge, forklift sel dengan bahan bakar hidrogen, dan Toyota Mirai sebagai kendaraan Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV) ikonik dari Toyota. HRS Toyota Indonesia memiliki dua tipe sistem tekanan yaitu 350 bar untuk pengisian forklift dan 700 bar untuk pengisian kendaraan Toyota Mirai dan truk FC.

“Pengembangan infrastruktur HRS mendukung ketahanan energi dan keberlanjutan di berbagai sektor termasuk industri, energi, dan mobilitas yang berbasis hidrogen. Ini adalah langkah nyata bagi industri otomotif nasional menuju pencapaian target NZE 2060,” ujar Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Nandi Julyanto.

Melalui teknologi multipathway, Toyota Indonesia akan mengimplementasikan semua jenis teknologi kendaraan dengan prinsip “no one left behind.” Artinya, semua jenis teknologi berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon. Sehingga jika dimanfaatkan dengan optimal, akan berdampak positif terhadap industri otomotif hingga rantai pasoknya, yang menaungi lebih dari 300.000 tenaga kerja.

Menurut Nandi, penggunaan hidrogen sebagai energi alternatif di berbagai sektor mampu mengurangi emisi karbon secara signifikan, karena hidrogen merupakan energi bersih dan energi berkelanjutan dengan kapasitas yang besar. Selain itu, hidrogen bisa disimpan dan didistribusikan, sehingga sangat berguna untuk berbagai sektor.

Hidrogen memainkan sejumlah peran strategis dalam transisi energi, di antaranya memungkinkan integrasi energi terbarukan beserta pembangkit listrik skala besar, mendistribusikan energi ke seluruh sektor atau wilayah, bertindak sebagai penyangga yang meningkatkan ketahanan sistem. Lebih lanjut, hidrogen dapat membantu dekarbonisasi pada transportasi, energi industri, pemanas dan listrik gedung, serta menjadi bahan baku terbarukan.

Meski begitu, industri otomotif masih menghadapi tantangan yang cukup berat untuk bisa semakin melaju. Tidak hanya terbentur dengan pelemahan daya beli masyarakat serta kenaikan suku bunga kredit kendaraan bermotor, di tahun 2025 kinerja industri otomotif diproyeksi bisa menurun karena adanya implementasi kebijakan kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) serta penerapan opsen pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB).

“Sebagai salah satu sektor yang memiliki kontribusi signifikan terhadap PDB nasional, industri otomotif mencatatkan perkiraan penurunan sebesar Rp4,21 triliun pada 2024. Ini berimbas ke sektor backward linkage sebesar Rp 4,11 triliun dan sektor forward linkage sebesar Rp3,519 triliun,” kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Setia Darta.

 

BERITA TERKAIT

Industri Sawit Kuatkan Posisi Tawar Indonesia pada Dunia

NERACA Bali – Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono mengajak para pelaku usaha dan pengembang kelapa sawit di dunia untuk meningkatkan produktivitasnya…

Pertamina Manfaatkan Gas Suar Kilang Menjadi Listrik

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) dan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) resmi menjalin kerja sama…

Indonesia " Turki Jaling Kerja Sama Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral

NERACA Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia (RI) Bahlil Lahadalia dan Menteri Energi dan Sumber…

BERITA LAINNYA DI Industri

Industri Sawit Kuatkan Posisi Tawar Indonesia pada Dunia

NERACA Bali – Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono mengajak para pelaku usaha dan pengembang kelapa sawit di dunia untuk meningkatkan produktivitasnya…

Pertamina Manfaatkan Gas Suar Kilang Menjadi Listrik

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) dan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) resmi menjalin kerja sama…

Indonesia " Turki Jaling Kerja Sama Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral

NERACA Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia (RI) Bahlil Lahadalia dan Menteri Energi dan Sumber…